Personal Blog

JAMBUL KHATULISTIWA (Sequel Kedua dari Syahrini dan Beckham)

Jambul, what is jambul?
Jambul itu, hemm…adalah sesuatu yaaa, alhamdulillah yaaa…haaa…haaahh..karena jambul itu sama dengan jengger ayam atau tanduk kambing. Ya tentu itu adalah sesuatu banget yaa, karena kalau ayam nggak punya jengger sebagai jambulnya atau kambing nggak punya tanduk sebagai jambulnya, tentu ayam dan kambing itu menjadi kurang sesuatu yaa, kurang kuat karakter keayaman dan kekambingannya.

Setelah dinyatakan sebagai sesuatu banget itu, maka jelas menjadi kewajiban bagi ayam yang berjengger dan kambing yang bertanduk untuk mengungkapkan syukur dengan alhamdulillah yaaa, karena kalau ayam dan kambing tidak memiliki jambul itu, otomatis mereka kurang sempurna sebagai makhluk itu.

Jelas kan sampai di sini, bahwa jambul pada ayam dan kambing adalah sesuatu banget dan alhamdulillah banget.

Tapi, eng-ing-eng, gimana kalau manusia yang berjambul ya? Ada jenggernya atau tanduknya gitu?

Huahha…apakah masih bisa disebut sesuatu banget dan karenanya kudu ber-alhamdulillah banget juga ya?

Kita tahu, manusia itu sejatinya tidak memiliki jambul. Manusia normal lahir dan besar tanpa jengger dan tanduk di kepala kan. Kodratnya begitu. Yang ada pada manusia yang paling memungkinkan untuk dipaksa-paksain sebagai “jambulnya” adalah lele, meski bukan di kepala letaknya. Ya, lelenya!

Manusia yang nggak punya lele pastilah akan diemohi oleh kaum wanita dong. Atau, manusia yang punya lele tapi ngelokrooooo aja, pasti juga dienggaki kaum wanita dong. Karena itu, anda yang punya lele yang sehat dan tegar menghadapi segala badai zaman (haiiissss…) sebagai jambul, kudu beralhamdulillah dong, karena itu pertanda anda sesuatu banget yang sempurna sebagai makhluk.

Namun lele pada kita ini nggak boleh dong berenang sembarangan. Lele kita terikat dengan kolam norma dan tata nilai. Karenanya, orang yang punya lele, sehat pula, akan kian sempurna sebagai manusia kalau mampu memelihara lelenya dalam kolam norma dan tata nilai itu.

Nah, yang begini ini berarti patut sekali untuk menyatakan sebagai sesuatu banget yaaa dan alhamdulillah banget yaaa….

Tegasnya, kalau kita sebagai manusia pengen banget menyatakan diri punya jambul, ya mestinya hanya lele itu yang layak disebut. Bukan lainnya. Masak iya gigi atau perut mau disebut jambul? Ntar malah repot sendiri lho kalau sesuatu yang bukan pada tempatnya dipaksakan untuk ditempatkan, karena hasilnya pasti menyusahkan. Misal nih, gigi dan perut kan bukan jambul to, tapi kalau dipaksain ditempatkan sebagai jambul, maka akan sanggat mengganggu anda saat main bola, umpama. Itu gigi dan perut bisa offside mulu ntar, lalu kapan ngegolnya dong? Haa..haaa..repot sendiri kan.

Jadi, jangan paksakan sesuatu yang bukan peruntukannya untuk diperuntukkan pada tempat yang bukan tempatnya.

Sampai di sini, menjadi terang kan betapa pentingnya untuk mensyukuri anugerah komplit Tuhan pada hidup kita dan sekaligus mampu menempatkan anugerah itu sesuai dengan khittah-nya, termasuk urusan jambul itu.

Karena sudah dari sononya manusia didesain tanpa jambul di kepala layaknya jengger dan tanduk itu, kecuali lelenya itu, tentu akan menjadi aneh banget kalau manusia lalu dijambul-jambuli. Apalagi dengan sesuatu yang bukan alhamdulillah banget itu. Plus lagi, diberi julukan yang tidak pada tempatnya juga itu. So complicated deh urusannya.

Tapi emang dasar manusia suka nyoba-nyoba untuk berkreasi ya. Sebagian sih itu melahirkan kreativitas. Tapi sebagian lain melahirkan norakitas (haa..istilah mekso). Tapi, mau hasilnya kreatif atau norak, satu hal yang menarik dicermati dari kegiatan nyoba-nyoba khas manusia ini ialah “filosofinya”. Aiiiissssshh, opooooo ikiii…? Jambul kok jadi filsafat segala…?

Ooo, bukan, jangan bayangkan tentang filsafat Nietzsche atau Foucault yang berat-berat itu. Ini hanya tentang jambul yang dicoba-kreasi oleh manusia dengan dasar pemikiran tertentu. “Dasar pemikiran” inilah yang kumaksud nilai filosofis di balik kreasi jambul itu.

Saking cintanya pada republik yang bertengger di garis Khatulistiwa ini (ini contoh lho yaaa…cuma contohh, nggak perlu ditafsirkan lain lho yaa….janji lho yaa…ming contoh, sumpah hanya contoohhh, catat itu…), Syahrini menciptakan kreasi jambul tinggi yang disebutnya jambul Khatulistiwa yang momentumnya pas sekali dengan tugasnya menyambut kedatangan Beckham dkk itu. Wowww, sesuatu banget yaaa, alhamdulillah banget yaaa negeri ini punya sosok cuaaanntrreeeeeekkkkk yang nasionalis biiaaanggeeeetttt kayak Syahrini.

Berkat kreasi jambul Syahrini itu, yang dasar pemikirannya adalah nasionalisme itu, Beckham menjadi tahu bahwa negeri kita ini punya sesuatu banget yang patut kita alhamdulillahi banget, yakni Khatulistiwa. Kreasi super kreatif Syahrini memadukan jambul di satu sisi dengan Khatulistiwa di sisi lain, menghadirkan cerminan filosofis itu. Wowww, amazing banget kan yaaa Syahrini itu…

Jadi, jika ditilik dari filosofi itu, nggak penting dong untuk membahas apakah hasil kreasi itu tampak kreatif atau norak, yang penting Beckham menjadi tersengal-sengal oleh jambul Khatulistiwa itu.

Beckham tampak sangat terpukau oleh jambul Khatulistiwa Syahrini. Menurut shohibul Twitter yang juga patut diragukan kebenarannya kayak note kemarin itu, Beckham sampai nanya gini:

What’is Khatulistiwa?”

Untung Syahrini nggak jawab, “Khatulistiwa itu sesuatu yaa, alhamdulillah ya…” tapi, “Khatulistiwa itu sesuatu garis lintang bumi di mana Indonesia berada di atasnya, sehingga Indonesia menjadi negara tropis, subur, kaya hutan lebat, termasuk kaya pepaya dan pisang itu, pokoknya alhamdulillah yaaa...”

Beckham manggut-manggut, “Hemmm, pepaya dan pisang? Saya suka buah pepaya. Saya juga terinspirasi oleh pisang dalam menciptakan tendangan melengkung khas saya itu. You are really really alhamdulillah yaaa…(haiisshhh, pooo iyoo Beckham ngomong alhamdulillah yaa…heeee) Tapi, bagaimana cara kita tahu Khatulistiwa itu?”

“Alhamdulillah ya, gampang sekali itu, karena sudah sejak lama Khatulistiwa diabadikan dalam monumen,” sahut Syahrini. “Mau lihat?”

Lalu Syahrini mengantar Beckham ke Senayan, dan menunjukkan Monas sebagai monumen Khatulistiwa yang dimaksud.

“Oooww, tinggi sekali ya, ada emasnya lagi…” seru Beckahm.

“Iya, tinggi, makanya jambul saya juga dibuat tinggi, tapi tanpa emas, karena sudah ada emas Beckham kan…” tertawa.

Sopir Syahrini yang sedari tadi gemes dengan kejadian itu menukas pada bosnya, “Tugu Khatulistiwa itu bukan di sini, Teh, tapi di Kalimantan Barat…”

Syahrini balas berbisik, “Lho, kan lebih tinggi ini? Sejak kapan Khatulistiwa dipindah kesana?”

“Bukan soal tingginya, tapi yang benar emang di sana…”

“Udah diem, yang penting aku cepat jawabnya, lagian emas Beckham kan nggak tahu ini benar atau salah…”

Sopir itu terdiam ditukas begitu oleh bosnya. Meski dalam hati ia bergumam, “Coba yang dibikin jambul itu benaran jambul manusia, ya lele itu, pasti Beckham ditunjukin ke kolam ikan itu dah. Emang sesuatu banget nih si bos…”

Wwwkk…hiiikkk…Ahhh…

Emang selalu kok, kebenaran terbungkam oleh kekuasaan, seperti terbungkamnya kebenaran tentang tugu Khatulistiwa yang diceritain sopir kepada bosnya itu. Soal patut atau nggak, baik atau buruk, bukan soal utamanya. Meski kalau sisi kepatutan dan keindahan itu diperhatikan, tentu hasilnya akan lebih sesuatu banget dan alhamdulillah banget ya…

Syahrini agaknya lupa beneran bahwa jambul manusia itu lele. Kebayang kan kalau lele didesain sedemikian rupa di atas kepala Syahrini, menjulang sebagai jambul itu, lalu dinamain jambul Khatulistiwa. Selain sisi nasionalisme dapat, juga secara hakikat benar karena mengenakan jambul yang emang milik manusia, serta tidak menyulitkannya untuk menunjukkan monumen Khatulistiwa berupa kolam lele, plus memberikan manfaat besar bagi para petani lele. Ya, pasti permintaan lele akan melambung tinggi karena kini tidak hanya untuk dimakan, tapi juga dibikin jambul-jambul.

Sayang sekali ya, Syahrini lupa itu, sehingga lele tidak menjadi sesuatu yaaa dan tidak alhamdulillah yaaaa…

Sampun, cukup sampai di sini, saya sudah kebelet pengen beol aja dari tadi gara-gara jambul nasionalisme itu.

Jogja, 1 Desember 2011
0 Komentar untuk "JAMBUL KHATULISTIWA (Sequel Kedua dari Syahrini dan Beckham)"

Back To Top