Personal Blog

AYO NYOBLOS! (TIPS SEDERHANA MILIH CALEG YANG BUKAN BEDEBAH)



Jika kau melihat baliho raksasa di tepian jalan, lalu kau eneg padanya, karena kau merasa terlalu lama dikecewain oleh caleg-caleg yang giliran jadi begitu kemaruk hanya mikirin dirinya sendiri, kau jelas tidak sendiri. Setidaknya, saya juga punya perasaan yang sama. Karena kita punya perasaan yang sama, bagaimana kalau kita jadian saja? Ngoahaaa…
Hopeless: itulah perasaan pilu paling dalam yang melukai jiwa kita (halah) selama bertahun-tahun. Lihat tampang mereka di baliho-baliho, rasanya udah kayak lihat calon koruptor, calog egois, calon ngeyel berbusa ludah membela kepentingannya melulu, ya calon pengkhianat kita.
Bila kau menyimpan perasaan yang sama, kau jelas tak sendiri. Setidaknya, saya pun memiliki perasaan yang sama. So, bagaimana kalau kita jadian saja? Ngoahaaa…
Apa kalau begitu kita golput saja? Kan percuma, milih juga dikadalin.
Jika kau memendam perasaan demikian, kau berbeda telak dengan saya. Karena kita ternyata berbeda di sini, mari kita pikirkan ulang sebelum memutuskan jadian ya. Ngoahaaa…
Saya pikir (meminjam style Rama @damar_kembang di Youtube, silakan search), golput bukanlah sikap politik yang baik. Boleh jadi kau memutuskan golput lantaran memendam kecewa pada kenyataan-kenyataan sebelumnya, yang itu dibenarkan di alam demokrasi, dan kau merasa niscaya produk pemilu 2014 pun takkan berbeda. Tapi coba camkan lagi bahwa satu suaramu sangat bisa mempengaruhi keadaan, hasil akhirnya. Setidaknya, satu suaramu yang mencoba memilih calegmu dengan lebih kritis dan jeli, bahkan sekalipun ia tak menang, telah menghambat para caleg busuk untuk melenggang dengan mudah. Apalagi jika satu suaramu ternyata menentukan kemenangan caleg bersih yang kau pilih.
Jika rasa kecewamu pada masa lalu membuatmu menutup diri terhadap optimisme masa depan, bahwa mentari besok masih kan bersinar terang (hayaaahh), maka kau takkan menempuh kebaikan masa depan sama sekali. Boleh saja kau dilukai oleh seorang lelaki yang kau cintai, tetapi tentu tak layak kau bunuh masa depanmu atas nama kekecewaan cinta yang nggak kunjung buatmu move on. Bukankah hidup yang begitu hanya kan didera keanyepan? Tahu anyep? Halah, di note sebelumnya sudah saya ilustrasikan itu, jadi nggak perlu saya ulang di sini. Ngoahaaaa...
Jika di negeri ini ada sejuta orang yang berpikir demikian, maka pastilah akan lahir legislator-legislator yang diidamkan orang-orang kritis dan jeli sepertimu. Bahwa lalu di sisi lain tetap ada legislator-legislator ber-treck record bedebah yang menang pula, itu jelas tak bisa kau hindarkan. Bukankah amatlah mustahil mendamba seluruh anggota dewan kita kelak diisi oleh orang-orang bersih? Bukankah musykil mengharap ada sebuah kota yang dihuni oleh orang bijaksana semua, sebagaimana mustahilnya mengidamkan semua ustadz tidak gila harta semua?
So, Guys, lebih bijak jika kau gunakan hak pilihmu. Itu tanda kau ikut menjulurkan tangan untuk mengubah negeri ini menuju arah yang lebih keren. Menang atau kalahnya caleg bersih yang kau pilih bukan lagi wewenangmu kok. Tetapi bahwa kau harus memperjuangkannya, ya itu tugasmu. Tugas kita.
 Sepertinya kita udah mulai memiliki perasaan yang sama lagi di sini, jadi bagaimana kalau kita coba pikirkan untuk jadian yuk? Ngoaahaaaa
Saya pribadi jelas akan menyoblos caleg yang saya pikir bakal membawa perubahan lebih baik di negeri ini. Buat saya, ukurannya sederhana:
Pertama, kagak punya treck record buruk. Partainya apa saja kagak penteeeenggg! Saya akan pentingin sosoknya saja. Saya nggak peduli caleg yang akan saya pilih itu punya apa saja di dalam rumahnya. Itu biar jadi urusan dia personal. Saya hanya akan lebih menilai ke masalah record komunalnya. Maksud saya, sudah pasti saya takkan memilih caleg yang secara publik diketahui ora nggenah.
Kedua, saya kan pilih caleg yang berpendidikan baik. Di Senayan kelak, begitu jadi legislator, dia nggak boleh cuma diam. Dia harus piawai ngomong, tentu dengan omongan yang bermutu. Omongan yang lahir dari otak yang berisi dan berlandaskan moralitas. Ya itu hanya akan bisa dilakukan oleh orang yang berpendidikan baik (meski nggak otomatis orang berpendidikan baik pun akan begitu juga).
Saya nggak bakal pilih caleg yang hanya bermodal popularitas, macam seleb itu. Bukannya seleb nggak boleh nyaleg, ya boleh to. Tapi kalau dia nggak memenuhi ukuran berpendidikan baik itu, buat apa milih dia. Cuma jadi pemanis ruangan aja? Untuk diminta nyanyi Oplosan aja saat masa deadlock? Gombal!
Lihat aja tuh Fahri Hamzah. Wah, siapa yang nggak akan bilang dia juara ngomong, pertanda dia punya pendidikan yang baik? Jago dia. Tapi, kan tadi sudah saya garisbawahi juga, bahwa bukan melulu yang juara ngomong, melainkan kudu juga “omongan yang bermutu. Omongan yang lahir dari otak yang berisi dan berlandaskan moralitas”.
Lihat pula tuh Ruhut Sitompul. Jago kan dia ngomongnya? Iya! Tanda dia berpendidikan baik juga. Tapi ya itu lagi, balik ke prinsip “omongan yang bermutu. Omongan yang lahir dari otak yang berisi dan berlandaskan moralitas.”
Buat apa coba memilih caleg yang begitu duduk di Senayan hanya jadi anak bawang? Nggak ada suaranya. Sariawan mulu! Sakit gigi mulu! Mulutnya dilakban mulu! Makan gaji buta aja dia. Kagak bisa bersuara apa-apa, kayak orang nggak sekolah. Dan legislator yang beginian seabrek, Boys!
Ketiga, saya akan memilih caleg yang punya idealisme. Ya tentu saja, sebagaimana saya tulis di note sebelumnya, namanya idealisme itu fleksibel. Elatis. Apalagi di ranah politik. Tapi nggak berarti bunglon kan. Nggak berarti munafik kan. Ada idealisme yang harus diperjuangkan secara kompromistis, ada pula idealisme yang harus dikokohkan dengan tegas kayak sikap final walk out itu.
Buat apa milih caleg yang begitu jadi legislator hanya bersikap sami’na wa katokna? Katoookkkk siisinya mulu dipikirin. Ehh, sami’na wa atha’na ding. Tipikal orang macam dia nih hanya akan melulu main aman. Diam aja. Manggut aja. Kalau cuma bisanya diam dan manggut, mendingan tuh janggut kambing kau ikat, lalu tarik-tarik ke bawah, lalu foto, lalu upload, pasti juga tampakannya akan diam dan manggut aja. Ngoaahaaaa
Keempat, saya bakal hindarin milih caleg yang sok peduliiiiii banget jelang kampanye. Namanya reputasi yang hakiki, itu nggak bisa diwakili hanya dalam masa kampanye yang pendek. Reputasi yang hakiki pasti tercipta lantaran adanya habit yang terpelihara dalam masa yang panjang.
Kau nggak bisa mengubah reputasimu yang sukanya marah-marah aja di sosmed hanya lantaran suatu hari kau bersayang-sayang pada seseorang. Tidak. Reputasimu selalu akan terukur dalam masa yang panjang.
Maka sungguh layak dicurigai jika ada seorang caleg tiba-tiba jadi baiiiikkkk dan peduliiiiii banget pada rakyat kecil, masuk ke pasar, padahal sebelumnya (dalam masa yang panjang) dia ilang nggak tahu kemana. Orang yang nggak pernah peduli padamu, kok tiba-tiba jadi perhatian padamu, patutlah kau curiga bahwa dia ada maunya. Dan maunya caleg ya cuma suaramu. Itu tipe orang oportunis yang sungguh maha menyebalkan!
Kelima, saya akan tolak caleg yang kagak punya penghasilan yang baik. Mengapa? Sebab ia pasti nyaleg untuk nyari penghasilan. Pasti otaknya hanya diisi dengan kalkulasi bisnis.
Guys, menjadi pejabat atau politikus seharusnya adalah sebuah pengabdian, bukan mencari penghasilan. Bahwa dari pengabdiannya ada penghasilan, itu wajar. Tetapi, cermatilah, pasti terdapat perbedaan spirit mendasar antara orang yang nyaleg karena nyari duit dengan yang demi pengabdian.
Maka saya kira penting untuk mencermati seseorang itu nyaleg dalam rangka berbisnis atau mengabdi.  
List saya ini niscaya masih bisa ditambahin dengan kriteria-kriteria lainnya. Silakan aja kalian jika minat nambahin di kolom komen postingan ini. Setidaknya, jika kalian bersetuju dengan list yang saya buat tersebut, itu layak kita jadiin optimisme bahwa secara prinsipil antara “kau dan aku” memiliki perasaan yang sama. Soal ada satu atau dua hal elementer yang berbeda, itu biasa saja, manusiawi saja. Jadi, bagaimana kalau kita jadian?
Ngoahaaaaa….
Jogja, 17 Maret 2014
6 Komentar untuk "AYO NYOBLOS! (TIPS SEDERHANA MILIH CALEG YANG BUKAN BEDEBAH)"

Maaph pak saya sudah suami pilihan terkahir kita pikirkan ulang sebelum jadian.. ngoooahhahahha

Pfffttttttttttttttttttttttt.......baiklah XD...ngoaahhaaa

Pak Edi for president 2019 XD


Masalahnya adalah profil dan jejak rekam caleg tidak dipublish, kecuali mukanya yang tiba2 muncul di pohon

hmm...walaupun masih enek ama caleg, tapi insyaallah bakal nyoblos, pilih yang kira2 'agak bersih' diantara yang kurang bersih, haha

maaf, sepertinya saya akan seperti tahun lalu, tidak memilih

Merasa kenal dengan 2 wajah yang nempel di pohon, ternyata beliau pemilik rental komputer & pemilik warnet yang bersaing jadi caleg DPRD. Pilih yang mana ya? :D

Back To Top