Personal Blog

KAU MENJADI LEBIH BERHARGA SAAT KAU TELAH PERGI



Kalau masih ada, disia-siain, giliran udah pergi, baru nangis diam-diam….
Saat masih duduk manis di depanmu, dicuekin rempong sama gadget, giliran udah pisah, ehhh….kangen lagi.
Saat dia sudah pergi begitu jauh, yang sangat sulit untuk dijumpai sesuka hatimu, baru kerasa kangen, sedih, pilu, rindu, melting.
Kala dia sudah memutuskan untuk hidup bersama orang lain, baru nyesel! Sebelumnya, kemana aja rika? Dimarahin, dicuekin, diacuhin, nggak dianggep. Sekarang mewek, kepoin mulu akunnya. Lalu sakit hati sendiri, gelo, gemes, mewek lagi.
Parah lagi, saat dia sudah dipanggil Tuhan lebih dulu, baru nyeseeellll belum berbuat banyak untuknya selama ini.
Kita ini demen banget berbuat bego begitu. Iya, ente.
Sekadar ada mis dikit, busyet dah, sikapmu udah melebihi kayak melihat Kurawa yang menyebalkan. Bak musuh!
Nggak cukup dimarahin, dimaki, malah disebarin ke mana-mana via sosmed, nyinggung ke sana-sini.
Seolah dia kentut banget! Nggak penting banget! Menjijikkan! Bikin kacau hidupmu!
Sejam kemudian, nyesel!
Lalu terus megang HP kali aja dia kirim pesan. Dibolak-balik tuh HP. Yang ada SMS dari operator.
Kalaupun dia kirim pesen duluan, gilanya ente masih aja pura-pura nggak butuhin dia. Acuh. Cuek. Nggak mentingin.
Betapa ya, sungguh betapa ya, kita ini sukaaaaa banget berbuat sesuatu yang itu sangat bisa membuat leher kita terpenggal sendiri kemudian.
Kita demen banget mengandaikan orang lain itu butuuhhh banget sama kita, sayanggg banget, dan nggak mungkin dia ngilang dari inyong.
Kita melulu ngarep dibaikin duluan, disenengin duluan, dimengertiin duluan, diatasin duluan, dijunjung duluan (*lalu bantingin!), bahkan sekalipun nurani kita udah bolak-balik ngasih tahu bahwa kita yang salah.
Bahwa kita yang bikin perkara, gara-gara, termasuk untuk suatu hal nggak penting sama sekali, kayak masalah sinyal operator.
Memperkarakan sinyal operator, lalu nuduh ke mana-mana, ngatain macam-macam, lalu sebel sendiri, sakit hati sendiri.
*Gimana kalau ente buat operator sendiri aja kalau gitu?*
****
Teramat sering kita nggak mampu merasakan makna kehadiran seseorang dalam hidup kita saat ia masih ada di sisi kita. Lalu kita begitu galau saat orang itu sudah nggak ada lagi untuk kita. Baru kita merasakan makna hadirnya buat kehidupan kita. Buat kelangsungan napas kita. Buat nyenyaknya tidur kita. Buat rekahnya senyum di bibir kita. Buat hari yang cerah dengan cintanya. Pret!
Seseorang yang kau perlakukan begitu, ketahuilah, memiliki jiwanya sendiri, pikirannya sendiri, asanya sendiri, perasaannya sendiri, dan keputusannya sendiri. Mungkin saja kau memiliki seseorang yang tahan banting dimarahin setahun lamanya, setelah itu ia mengambil keputusan menyerah.
Yang lainnya, boleh jadi hanya kuasa bertahan 3 bulan sebelum kemudian mengambil langkahnya sendiri untuk meninggalkanmu.
Atau, malah ada yang cuma bisa memberimu toleransi selama 1 bulan. Selebihnya, ia pun pergi atas keputusan perasaan dan pikirannya sendiri.
Dan kau takkan pernah punya hak mutlak untuk menahan langkahnya pergi, bukan?
Ya kau hanya akan bisa menangis, meratap, meminta padanya untuk tidak pergi. Tetapi, namanya permintaan, boleh saja disetujui atau ditolak. Jika ketolak, terpenggallah lehermu sendiri oleh tanganmu sendiri.
Betapa menyedihkannya hidup dalam penyesalan yang diciptakan oleh kebodohan diri sendiri.
****
Maka berhentilah memenggal lehermu sendiri hanya atas dasar egoisme, arogansi, dan segala rasa sok lainnya. Nurani diberikan oleh Tuhan kepada kita untuk dipakai sebagai penuntun pada kebaikan. Pikiran dianugerahkan kepada kita untuk dijadikan tandem penyeimbang terhadap sejuta rasa egoisme.
Siapa yang membiarkan dirinya ditindih egoisme, hancurlah ia. Menyesallah ia. Semenyesal kau kehilangan seseorang yang baru kau sadari maknanya bagi hidupmu saat ia tak lagi ada untukmu.
See?
Jogja, 1 April 2014
9 Komentar untuk "KAU MENJADI LEBIH BERHARGA SAAT KAU TELAH PERGI"

Ada yg mengatakan cara mngetahui terbaik cinta yg sebenarnya adalah dengan meninggalkan "good Job" Mas Edi.. terima kasih jadi tercerahkan.

Iya iya, iyaaa. Aku ngerti itu semua aku pak edi. Tapi pleease beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Mengawali semuanya seperti kala itu.

#mendadak kangen suamiku

Semoga kita mampu menghargai keberadaan seseorang tanpa kehilangannya terlebih dahulu :)

Menggebu2 mengharu biru, nila, hijau dan ungu.
Pengalaman pribadi Sang Penulis kah? ;-) :-P :-D

Back To Top