Personal Blog

“JOMBLO ADALAH YANG-YANGAN YANG TERTUNDA”



Aslinya, galau itu bukan trend baru. Sejak era Nabi Adam pun, galau telah melanda. Perpisahan Adam dan Hawa yang kabarnya diperjumpakan kembali setelah 400 tahun di Jabal Rahmah (Mina), yang kini diabadikan dalam sebuah tugu putih menjulang di atas bukit, yang penuh corat-coret spidol (saya yakin pelakunya para jomblo), jelas adalah bentuk kegalauan yang tiada tertandingi dalam sejarah peradaban manusia. Lha bayangin, Mblo, 400 tahun terpisah. Ndak bermaksud celelekan lho nih ya, tapi perpisahan Rangga dan Cinta yang hanya 12 tahun, lalu dipertemukan kembali oleh LINE, jelas ndak bisa dijadikan tandingan pada sejarah kegalauan Adam dan Hawa itu.
Maka bila kini kamu sudah umur 25 tahunan dan belum pernah yang-yangan, bisikin gini pada hatimu sendiri biar ndak galau, “Iiih, baru 25 tahun juga, nggak ada apa-apanya dibanding 400 tahun.”
Hanya bedanya nih ya, bila Nabi Adam menumpahkan galaunya dengan doa yang dilantunkan berulang-ulang selama 400 tahun (rabbana dzalamna anfusana wa inlam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna min al-khasirin), kalau jomblo gadget masa kini berdoa dengan status, PM, twet, path sejenis gini:

Semua akan indah pada waktunya (*ini jenis status jomblo yang mencitrakan dirinya baik-baik saja.)

Semoga tahajjudku ini berbuah berkah, Ya Allah, didekatkan padanya (*ini jenis status religi anak shalih (ah) yang rajin tahajjud di akunnya.)

Tuhan, jika dia jodohku, dekatkanlah. Jika dia bukan jodohku, jadohkanlah kami (*ini jenis status yang heorik banget sampai maksa Tuhan segala.)

Jomblo bukanlah masalah. Aku bahagia tanpa harus pacaran kok (*ini jenis status yang entah sebab pilihan prinsip atau berprinsip sebab keadaan, entahlah.)

Resolusi tahun 2015: MENIKAH! (*ini status paling mengharukan bila dituliskan saat tak ada bayangan siapa-siapa di sampingnya untuk diajak menikah. Ya, bayangannya saja ndak ada lho.)

Baiklah, haru biru galau kaum jomblo yang terekspos sedemikian mengharukannya di sosmed itu menandakan bahwa menyendiri itu ndak enak. Asli ndak enak. Kalau ada yang membantah, dengan argumen paling Felix sekalipun, pastilah ia sedang pura-pura lupa bahwa Indonesia pernah memiliki lagu spektakuler Caca Handika: “Makan makan sendiri, tidur tidur sendiri, nyuci nyuci sendiri….
Ia pun pasti sedang pura-pura lupa bahwa anak kecil saja bisa ngomong, “Truk aja gandengan, Om kok nggak ya?”
Setiap malam Minggu, saya selalu nyempatin diri untuk mosting tips-tips motivasi untuk kawan-kawan jomblo se Indonesia Raya. Di antaranya begini:

Jelang pukul 19.00, matiin HP. Lakukan apa yang kalian suka, yang bisa bikin kalian pura-pura lupa bahwa ini adalah Malam Minggu yang lazimnya ditunggu dengan hati berbunga oleh anak-anak muda. Lalu, sekitar pukul 22.00, nyalain lagi HP-mu. Bila ada message masuk, bilang aja gini, “Maaf ya, tadi saya jalan, maklum malming….” Bila tak ada message, gabunglah grup apa pun, dari BBM sampai WA, biar saat HP dinyalain lagi, ada suara tang-ting-tung di HP-mu.
Catatan: Jangan posting apa pun dalam durasi 19.00 – 22.00 itu. Jangan!

Oke, bila tips sejenis itu sudah dilakukan, biarkanlah orang di sosmed berpikir bahwa kamu tidak sendirian lagi. Bahwa kamu sudah bisa malmingan. Namanya sosmed, who knows?! Pencitraan ya ndak masalah to, bodo amat ajalah.
Tapi sih memang hati ini ndak cukup dengan pencitraan. Hati butuh ketulusan. Hati butuh kebenaran. Bila tak tulus dan tak benar, biasanya hati gelisah. Jadi galau lagi.
Tips berikutnya, tahanlah untuk tidak lagi ngepost yang galau-galau gitu. Kalau ini begitu sulit dilakukan sebab udah kadung kebiasaan menggalau di sosmed, yang pastinya berbanding lurus dengan rentang tahun yang panjang dalam kesendirian, ya cobalah geserlah dikit-dikit galaumu. Misal gini: “Kereta saja setia kutungguin, masak iya kamu nggak setia kutungguin sih.” Atau, bisa juga gini: “Jarak dua benua itu dekat ternyata ya selama hati kita terikat selalu.”
Kesannya jadi beda kan dibanding status awal: yang awal kesannya jomblo, yang kedua kesannya LDR-an. Ya iyalah, mending LDR-an dong daripada jomblo, meski sih sesungguhnya: “LDR-an adalah yang-yangan yang tergantikan gadget.”
Begitulah tips-tips yang bisa saya bagiin buat para jomblo. Semoga itu bisa membantu menenangkan hatimu, utamanya di malam Minggu, dan ndak lagi berdoa buruk, “Semoga malam Minggu ini hujan dari sore sampai Subuh.”
Oh ya, terakhir, ada sebuah rahasia penyejuk hati yang saya ingin bagiin buat para jomblo tentang hikmah spiritual menjomblo.
Tagline-nya sederhana:

JOMBLO ADALAH YANG-YANGAN YANG TERTUNDA.



Pertama, pada akhirnya jomblo akan berakhir. Iya, ini serius. Percaya saja deh bahwa setiap orang dilahirkan beserta jodohnya. Kepercayaan ini akan membuatmu tenang hati bahwa pasti, iya PASTI, suatu kelak kekasih hatimu akan datang padamu. PASTI. Jadi, suatu hari, jomblomu akan berakhir; ya sih, digantikan oleh jomblo-jomblo lain memang yang inventory-nya pasti lebih banyak lagi.
Namanya suatu hari ya bima’na suatu kelak. Ya entah kapan, saya ndak bisa nentuin tanggalnya, kecuali saya hanya bisa bilang itu akan terjadi sebelum mati. Bila sampai mati kok masih jomblo, itu pasti pengecualiaan. Kasuistik. Namanya kasuistik, pasti ndak banyak. Jadi tenang saja, prosentasemu untuk mengakhiri jomblomu itu sangat tinggi, tinggi sekali.
Senang, kan, sekarang? Senyum dong….
Kedua, luruskan niatmu untuk apa pacaran. Paling ampuh, pakai tameng begini: “Pacaran nambah dosa! Bukan muhrim! TIDAK!” (Soal itu berbanding lurus dengan suara asli hatimu atau tidak, bodo amatlah, siapa yang tahu sih.).
Buahnya, lebih mudah to kini bagimu untuk tidak iri pada orang yang pacaran. Tambahin lagi nih dengan pikiran begini: kenyataannya, pacaran itu kan ujungnya cuma dua: nikah atau pisah. Jelas dong, tujuan utama adalah nikah. Maka, untungnya di sini, kalian ndak perlu merasakan “pisah” itu, sebab ndak pernah pacaran to. Kelak, langsung nikah. Gitu.
Ngomong tentang “luruskan niat” itu, di dunia ini ndak ada yang tahu warna niat seseorang, termasuk orang yang sedang pacaran sekalipun. Yang bisa kita tahu hanya permukaannya, seperti makan bareng, nonton bareng, nongkrong bareng, belajar bareng, ngemall bareng, nulis bareng, dll. Gitu doang, kan? Nah, sekarang mantapkan hatimu, Mblo, bahwa hal-hal bareng begituan sungguh sangat bisa pula kamu lakukan to tanpa kudu punya yang?
Iya dong!
Sama teman, sepupu, tetangga, atau teman kerja, misal. Jika hal-hal bareng begitu juga bisa kamu lakukan di tengah kejombloanmu, bukankah ndak salah to untuk menanamkan prinsip di hatimu bahwa “Jomblo adalah yang-yangan yang tertunda”.
Kalau pacaran dianggap jadi punya teman chat yang selalu ada untukmu, itu solusinya juga sangat gampang kamu lakuin dalam keadaan jomblomu: gabung deh di banyak grup, dari grup nulis, grup olsop, sampai grup penghasut. Kurang intens chat-nya? Unduh game Simsimi, dijamin ia sangat setia menemanimu chat sepanjang hayat dikandung badan.
Oohh, bila kamu berpikir saya lupa ndak memasukkan “cemburu” sebagai bagian dari ikatan hati orang pacaran, kamu salah. Saya ndak mungkin lupa itu.
Cemburu itu aslinya hanya soal “ofensif”. Merasa “hak diri” diganggu, ya lahirlah cemburu. Ekspresinya sih macam-macamlah. Biasanya, kalau cewek, ekspresinya diam. Ya, diam.
Ndak ada salahnya bila kamu ingin merasakan bagaimana gemuruh cemburu itu, diemin saja dulu orang yang ada di sekitarmu. Bisa teman kelasmu. Atau teman kerjamu. Pokoknya diemin, jangan banyak cakap kayak biasanya. Apalagi kan ya sah-sah saja to untuk cemburu pada seseorang yang belum jadi pacarmu. Ndak ada yang salah dengan perasaan itu. Justru itu tandanya kamu orang yang penuh perhatian, termasuk pada orang yang bukan apa-apamu tadi itu.

Catat: cemburu pada orang yang belum jadi pacarmu ndak apa-apa, sebaiknya ndak ketahuan sih. Kalau ketahuan, bilang saja kamu care padanya atas nama kemanusiaan yang adil dan beradab.

Ya, itung-itung gini lho, siapa tahu kelak ternyata dia jadi jodohmu, kan berarti cemburumu dulu ada relevansinya. Kalaupun ndak jodoh, ya setidaknya kamu sudah tahu gimana rasanya cemburu to. Dua-duanya positif semua kok. Jad, lakuin saja….
Maka, Sobat Jomblo yang Budiman, keep strong ya! Life must go on. Percayalah, jomblo adalah yang-yangan yang tertunda. Biasanya, sesuatu yang tertunda itu ujungnya akan penuh bahagia. Sama persis dengan kegagalan yang oleh Mario Teguh dkk. dinobatkan sebagai kesuksesan yang tertunda.
Jadi, teruslah tempuh hidup yang tertunda itu, sebab semuanya akan indah pada waktunya. Insya Allah.

*) Judul tulisan ini dimodifikasi dari kalimat seseorang yang saya lupa namanya.
Jogja, 8 Desember 2014
3 Komentar untuk "“JOMBLO ADALAH YANG-YANGAN YANG TERTUNDA”"

Ngahahahaha... Ini ciamik. Jadi ide buat bikin bit standup comedy :))
Percayalah, Mblo... Kesendirianmu tidak sekukuhitam kerumitan LDR. Apalagi LDRnya suami istri. Lama lagi!
Kalian masih klop dengan status KTP, belum menikah.
Lha saya, jelas ada disfungsi status ’menikah’ di KTP ini, Mblo...
Dulu ada istilah Islam KTP, yaitu orang yg di KTP tertulis beragama Islam, tapi tidak menjalani syariatnya di kehidupan sehari-hari.
Saya jelas ’istri KTP’ bila dianalogikan dengan hal di atas itu.
Ngahahahaha... Malah curhat ^^
Ok deh, Mblo... Semangat, ya!

Curcollll bu. Ngoahaaa. Doa kami menyertamu.

infonya sangat menarik...
mantap..

Back To Top