Personal Blog

DEK GARA DZIKIRAN




Bila saya sedang tak ke masjid saat shalat Maghrib, saya selalu memimpin shalat jamaah di mushalla rumah. Semua harus ikut, termasuk Dek Gara. Dulu, saya biarkan dia shalat pakai celana pendek. Tapi sudah beberapa bulan ini bila ia sedang bercelana pendek, ya saya suruh pakai sarung.
Lalu, seiring bertambahnya usia, saya ajarin lagi dzikiran dengan suara keras habis shalat. Biar mereka tahu apa saja yang lazim dibaca sehabis shalat. Berlanjut ngaji. Suatu hari, mereka akan saya ajari shalat rawatib. Bertahap sajalah.
Nah, saat akan dimulai dzikiran dengan suara keras ini, saya bilang sama anak-anak. “Jadi harus bersuara ngikutin ayah dan dihitung ya 33 kali. Boleh pakai tasbih atau ruas jari.”
Mulanya, saya berharap anak-anak akan bertanya bagaimana caranya untuk berhitung dzikiran dengan ruas jari. Tapi ndak ada yang tanya. Saya lihat Dek Diva sudah melakukan dengan benar, tanda ia sudah tahu jauh sebelumnya.
Lhah, yang bikin shock ini ya Dek Gara.
Begini ceritanya.
Setelah saya membaca prolog dzikir (allahumma antas salam wa minkas salam….), lalu mulai dengan subhanallah….saya lihat Dek Gara memainkan jari kanannya dengan tangkas. Saya meyangka dia sudah bisa berhitung dzikir dengan ruas jari. Tapi setelah dicermati, saya heran kenapa jari telunjuknya tak bergerak dari jempol, telunjuk, jari tengah, jari manis, terus kelingking nih.
Jari telunjuknya hanya diadu-adu saja dengan ujung jempolnya. Begitu terus. Ya nggak jalan jadinya. Macet di jempol!
Saya menghentikan dzikir dan bertanya, “Itu maksudnya gimana, Le, kok gerakan jarinya macet di jempol?”
Dengan gayanya yang khas, yakni cool dekat ke nyebelin,  dia menjawab, “Ayah masak nggak tahu, lha ini kan gantinya tasbih, Yah.”
“Iya, tahu. Tapi masak macet di jempol aja? Trus hitungannya gimana dong?”
“Ya kalau Ayah sudah berhenti berarti hitungannya sudah selesai.” Enteng sekali nadanya terdengar di telinga saya.
Kami terbahak di atas sajadah. Lalu saya memegang tangan kananya dan mengajarinya cara hitungan dzikir dengan ruas jari. “Nah, gitu yang bener, jadi kalau sudah balik lagi ke jempol, berarti sudah 33 kali.”
Matanya menatap saya lekat-lekat, ekspresinya datar. Lalu katanya, “Ayah salahin aja temanku yang ngajarin gerak-gerak di jempol begitu.”
“Oh, jadi diajarin temanmu?”
“Iya.”
“Baiklah, besok akan saya cari temanmu yang mengajari hitungan salah itu, lalu akan Ayah hajar seperti aksi Narutomu.”
Dek Gara mengancungkan jempol ke arah saya. Tanpa suara.
Tiba-tiba saya ingin menjadi anak kecil saja.
Jogja, 11 April 2015
4 Komentar untuk "DEK GARA DZIKIRAN"

Hahaha-Haha-Ha-aa... :( tiba-tiba saya ingin jadi anak kecil saja.

hahahha jawabannya keren rada nyebelin haha

pak edi, sering-sering nulis ceria tentang anaknya dong. lucu-lucuuuu :D

Back To Top