Personal Blog

SELESAIKAN KULIAHMU DEMI ORANG TUAMU, DEK…



Selesaikan kuliahmu. Demi ibu-bapakmu, bukan demi dirimu. Dengan demikian dirimu akan mulia.
Cak Nun



Bagi kalian yang sedang kuliah, bisa kuliah lebih sering terasa sebagai sesuatu yang biasa saja. Sebab memang bejibun anak sebayamu yang bisa kuliah. Kecuali, kala kamu berjumpa dengan anak muda sebayamu yang tak bisa kuliah karena masalah biaya, sejenak kamu akan merasa beruntung, lalu beralhamdulillah.
Tapi ya sejenak. Sekejap. Namanya kilasan, ya ndak bakalan menancap di kedalaman batin, sehingga mudah sekali terlupakan.
Orang tua kita memang kuno, bodoh, dan ndeso sehingga tak tahu apa-apa tentang perkuliahan, kecuali bahwa kuliah mereka yakini akan melempengkan jalan masa depanmu. Sesederhana itu saja. Sebodolah mereka dengan Foucault atau Maslow; Fazlur Rahman atau Jasser Auda; Marx atau Tan Malaka. Makluminlah, wong mereka kan cuma makhluk ndeso, jadul, bodoh, tak terdidik, beda sama kalian yang muda, bregas, gaul, rajin nongkrong, traveling, aktif onlen, dan sesekali membaca buku beneran.
Satu-satunya hal yang sementara ini mungkin pernah membuatmu bangga pada mereka yang ndeso itu ialah mereka rela melakukan apa pun demi kelancaran kuliahmu. Bahkan, hal-hal yang kamu pinta dengan penuh dusta. Mulai berutang tetangga, gadain kalung, jual kebun, hingga berdoa di malam buta dengan linangan air mata.
Sekalipun ndeso, mereka sangat tulus. Tiada hubungan yang lebih tulus dibanding tulusnya ketulusan orang tua pada anaknya. Tak ada sejumput pun di hati orang tua untuk kelak meminta balas jasa darimu, mengembalikan besarnya biaya yang telah dikeluarkan untukmu, atau sekadar memohonmu mengakui mereka sebagai orang yang pernah berjasa atas capaian masa depanmu.
Ndak. Orang tua ndak pernah punya pretensi begituan. Kelak, kau akan tahu kebenaran kisahku ini setelah menjadi orang tua atas anak-anakmu sendiri.
Bahwa kamu lalu berterima kasih pada mereka dengan cara menghormati dan memuliakan mereka, mencukupi kebutuhan hidup mereka di masa rentanya, semua itu hanya kelogisan alamiah belaka. Sunnatullah saja. Bukan tuntutan orang tua. Sehingga bila ada anak yang suatu kelak sukses, lalu lalai pada kehidupan orang tuanya, sungguh ia telah melanggar hukum alam, memurtadi sunnatullah. Wajar, mau sekaya apa pun, setenar apa pun, dan sepintar apa pun, tetapi ingkar sunnatullah untuk menghormati dan menolong orang tua, hidupmu takkan pernah bahagia. Kekayaan, ketenaran, dan kepintaranmu takkan sanggup menolong dirimu sendiri untuk bahagia.
Di luar sana, bejibun orang beginian; orang-orang kaya, pintar, dan tenar yang hanya menunggu untuk mati dengan amat meyedihkan lantaran gagal bahagia.
Maka selayaknya kamu mengerti kini bahwa merupakan bagian dari sunnatullah pula untuk menyelesaikan kuliahmu dengan sebaik-baiknya. Bukan demi dirimu, tetapi demi orang tuamu, sebab yang aslinya membuhulkan sunnatullah itu adalah orang tuamu, bukan kamu. Tersebab orang tuamu mencitakan masa depanmu cemerlang, lalu mereka banting-tulang menguliahkanmu, maka lahirlah kewajiban sunnatullah bagimu untuk menyelesaikan embanan itu. Bila kamu tak menyelesaikannya, dengan dalih apa pun, kamu telah memurtadi sunnatullah itu. Wajar bila seumur hidup kamu akan sangat menyesal, kecewa pada dirimu sendiri, dan merengek pada waktu untuk mengembalikanmu ke masa perkuliahan lagi.
Mari selesaikanlah kuliahmu, Dek Safitri. Bahkan sekalipun kamu muak dengan jurusan yang sudah kadung ditempuh, dosen yang menurutmu arogan, maupun birokrasi kampus yang menurutmu menyebalkan. Apa pun alasan muakmu, selesaikanlah kuliahmu, Dek Safitri, bukan demi dirimu, tetapi demi orang tuamu.
Kamu akan melihat buah manis sunnatullah ini pada hari saat kamu diwisuda: orang tuamu bersemangat datang dengan lelah dan payah dari desa jauh, berdandan dengan pakaian terbaik, lalu berfoto dengan background kampus bersamamu yang tengah mengenakan toga.
Pada setiap sore, sembari menunggu kunjungan malaikat Izrail, orang tuamu tak pernah bosan untuk menatap foto wisudamu yang tergantung di dinding rumah sederhana itu. Matanya akan selalu begitu berbinar hingga mengatup rapat selamanya.
Tak usah pedulilah apakah jurusan kuliahmu benar-benar memberikanmu jalan masa depan yang sesuai dengan disiplinmu, niscaya kamu akan bahagia dengan hidupmu yang berbentuk apa pun karena kamu telah pernah membahagiakan orang tuamu dalam hidupnya.
Maka selesaikan kuliahmu, Dek Safitri, demi orang tuamu, bukan dirimu, sebab itu menjadi akan epitaf bahwa kamu pernah membahagiakan mereka dengan membuat mereka merasa sangat berarti sebagai orang tua.
Alam dan semesta selalu mendukung orang-orang yang memuliakan orang tuanya. Tuhan pun begitu. Apalah yang lebih berharga dalam hidup yang hanya sejenak ini selain membuat orang tua kita merasa berharga sebagai orang tua?
Jogja, 21 April 2015
4 Komentar untuk "SELESAIKAN KULIAHMU DEMI ORANG TUAMU, DEK…"

Saya juga blm kelar kuliah ni om. Doain kelar segera, deh :)

Waktu kuliah emang kepikiran cepat lulus pak, apa daya kadang skripsi menjadi sebuah ujian yg paling sulit ditaklukkan haaa

masyaaAlloh seperti tamparan yang menyadarkan.

sangat menggugah hati, ngena banget

Back To Top