Personal Blog

UMRAH (1): TAHAP SIAP-SIAP



Labbaikallahumma labbaik….labbaika la syarika laka labbaik….
Asyik.
Tiba juga injury time saya umrah tahun 2015 ini. Setiap akan umrah begini, yang nyesak di kepala saya ialah tentang ziarah ke kuburan almarhumah ibu di Maqbarah Syura’i, kira-kira setengah jam naik mobil dari hotel seputaran Madjidil Haram, biasanya dengan harga sewa 150-200 riyal.
Sebetulnya saya sih tahu, kabarnya kubur-kubur yang telah berusia 3 tahun ke atas dikeduk, diambil sisa-sisa tulangnya, untuk digantikan oleh jenazah-jenazah baru lainnya. Tapi ya nggak apa-apalah, mau kuburan yang saya kunjungi itu masih menyimpan jasad ibu atau nggak, yang penting saya akan selalu datang ziarah ke Maqbarah Syuar’i itu. Berdoa. Membayangkan sosok ibu hadir di depan saya. Menapak-tilasi siapa saya.
Oke, semoga nggak ada kendala ya. Doain. Insya Allah, saya akan rajin ngeblog selama di Mekkah Madinah. Bercerita tentang apa pun yang saya jumpai, kayak pedagang-pedagang Arab yang bisanya ngomong “Indonesia pelit” dan “Berapa istr?” hingga para kenek, sopir, dan kuli yang semuanya pakai jubah-jubah. Iya, kayak jubah-jubah yang kalian anggap suci itu lho. Heerrrr…
Kali ini saya akan cerita dikit tentang tahap persiapan.
Akan sulit bagi orang-orang untuk mengenali saya sebagai jamaah umrah. Saya mah gitu orangnya. Nggak mau pakai seragam-seragam kayak yang lainnya. Bukan apa-apa, tapi semata saya merasa nggak nyaman dengan kain-kain batik begituan untuk perjalanan jauh.
Ingat lho, flight dari Jakarta sampai Jeddah kisaran 10 jam. Masih mending jika pesawatnya Garuda Indonesia. Kalau pesawatnya Saudi Arabia Arline, apalagi Ettihad, byuh, ademnyaaaaa di dalam kabin itu.
Maka saya pakai persiapan baju-baju sendiri yang saya cocoki dan sukai. Mulai kaos dalam, baju lengan panjang (kadang kaos, kadang hem flannel), celana kain panjang yang tebalan, kaos kaki, sepatu sneaker semata kaki (saya sukanya Converse yang tinggi gitu), lalu jaket tebal. Oh ya, jangan lupa pakai celana dalam ya. Lol.


Lalu saya hanya menenteng satu ransel MU. Isinya nggak berat: laptop kecil, obat-obatan yang sekiranya dibutuhkan di tengah jalan kayak obat sakit kepala dan magh, tolak angin, earphone, juga buku-buku tipis. Alqur’an kecil. Juga duit. Dan powerbank. Selainnya, masukin koper di bagasi.
Oh ya, bab sangu duit ini, baiknya nukar sedikit riyal dari Indonesia. Dengan asumsi misal mau jajan di Jeddah atau Madinah saat baru tiba itu nggak diribetin nyari money changer dulu.  Lalu selebihnya berupa US dollar. Kalau masih merasa kurang, bawa juga rupiah. Banyak kok pedagang Arab yang mau nerima duit rupiah.
Jangan lupa bawa colokan yang kaki tiga ya. Rokok? Waini. Nyangu aja secukupnya. Misal beberapa bungkus. Cara nyimpen rokok itu disebar di banyak tas aja, diumpelin di balik baju-baju. Kopi juga silakan bawa seperlunya. Kalau parfum dan seperangkat alat wajah, simpan di dalam koper yang masuk bagasi. Jangan kabin, sebab pasti nggak boleh di imigrasi Jakarta.
Di dalam koper, bawalah yang diperlukan saja. Jelas baju ihram. Selebihnya kaos-kaos, baju koko, atau hem, atau batik, surban, peci, dll. Nggak usah bawa krupuk, sambel, saos, kecap, apalagi panci dan kompor. Di hotel, semua makanan kita sudah terjamin banget!
Agar tak terlalu payah jelang berangkat, baiknya datanglah ke bandara Jakarta, misal, sekitar 2 jam sebelum take off. Nggak usah berangkat pagi padahal take off dari Jakarta masih jam 5 sore. Plis, deh. Imigrasi internasional Jakarta simple kok. Saya pernah kurang sejam juga masih sangat longgar waktunya.
Oke. Di pesawat, sekalipun kadang kala makanannya nggak enak, tetaplah dimakan. Demi stamina tubuh. Lalu tidurlah. Ngaji ya boleh. Tapi jangan diforsir banget juga. Sebab, setiba di Jeddah setelah terbang 10 jam, kita masih harus imigrasi, ngurus koper, lalu ngendon di bus menuju Madinah selama 6 jam, yang sangat menguras tenaga. Capek banget pastinya.
Untuk ahlul hisab, begitu selesai imigrasi di Jeddah, mudah sekali kok nyari smoking area. Jadi merokoknya setelah proses imigrasi ya. Beli aja kopi di counter di dalam bandara, lalu tanya “makanut tadkhin” (smoking area), beres. Lalu merokoklah sebanyak-banyaknya di waktu yang singkat itu. Kalau perlu, telan deh batang-batang rokokmu sebanyaknya. Haa…
Banyak orang Arab merokok di sini. Tapi nggak lazim orang merokok di jalanan, sambil jalan begitu. Jika kamu ngotot ngerokok sambil jalan, lalu apes ketemu orang Arab yang kurang adus, kurang jungkatan, kurang bedakan, kamu bakal dicerami panjang kali lebar dalam bahasa Arab. Saat demikian, jawablah dengan satu kata: “Amiinnn….”
Anggap saja ceramahnya yang sebenarnya memarahimu itu sebagai doa. Kan berbahasa Arab?
Oh ya, jika sekiranya kamu datang terlalu cepat ke bandara Jakarta, take off masih lama, carilah lounge untuk nyantai dan minum-munim. Bayar memang. Maka tetap siapin uang rupiah. Jangan tletek di selasar bandara karena itu akan sangat melelahkan.
Oke, cusss….
Mohon doanya: semoga perjalanan saya sehat, selamat, lancar di darat laut dan udara, dan barakah. Juga nggak malas untuk ngeblog saking sibuknya ibadah. Lol.
Jogja, 23 Mei 2015
Tag : Traveling
3 Komentar untuk "UMRAH (1): TAHAP SIAP-SIAP"

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Gambarnya kok nggak ada yang nonggol ya? Jadi kurang gigit. :)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Semoga perjalanan Umrohnya lancar, dan semoga saya juga bisa umrah sekeluarga tahun ini, Mas...

Aaamiiiin

asyiknya pergi umrah masih sempat ngeblog.

Back To Top