Personal Blog

BERAPA TABUNGANKU SEKARANG YA? (Catatan Awal Tahun 2012)

Wadawww…!!!


Mataku melompat-lompat melihat angka yang tertera di buku tabungan yang baru kupritn ini. Kaget! Takjub! Terkesima! Rp. 122.200.


Weeekkk!!!


Banyak amat nih…


Yalah, kalau dibandingkan saldo 67.000., apalagi 49.000., yang udah gak bisa lagi diambil cash di ATM. Tapi kalau dibandingkan 500.000., apalagi 10.000.000., apalagi 99.000.000., apalagi 1.288.987.000., hueeekkk…!!!


Dulu, awal tahun lalu, aku begitu kuat bersitekad untuk menabung setidaknya 20% dari pendapatan bulananku. Ya, tekad yang amat kuat, bahkan kutuliskan di buku diary-ku, plus kutambahkan ayat penguat untuk meyakinkan hebatnya obsesiku itu: “Jangaanlah kamu berbuat boros (mubazir), sesungguhnya berbuat boros itu bagian dari kawan setan…”


1 Januari 2011, kutulis itu. Ingat betul aku, begitu heroiknya semangatku untuk menabung selama tahun 2011 itu. Saat itu, hasrat terbesar di kepalaku ialah untuk membeli motor di tahun depan, setidaknya sudah cukup untuk DP-nya, agar angsurannya nggak terlalu mencekik leher bila DP-nya kekecilan, yang kudu diangsur sampe tujuh turunan, kalau perlu tetangga pun diminta bantu ngangsur!


Motor idaman selalu mewarnai hari-hariku selama tahun 2011. Tapi, kenapa saldoku cuma segitu ya, yang nggak mungkin bisa dijadiin DP motor impian itu? Kemana gerangan semua komitmen, janji, obsesi, cita-cita, bahkan ayat suci itu ya kok nggak terwujud blas?


Ahaa, ayat suci ya tetaplah ayat suci bila nggak diamalkan. Petuah bijak sang pertapa ya tetap terwujud sebagai kata-kata saja bila tak diperjuangkan praktiknya. Janji pun ya hanya tinggal pepesan kosong bila nggak di-action-kan.


Berarti, biang kerok kerempengnya saldoku di awal tahun 2012 ini karena kegagalan mewujudkan falsafah, ayat suci, petuah bijak, janji, komitmen itu ya?


Betul. Gagal maning, gagal maning, ironisnya kita terus mengulanginya, lagi dan lagi, setiap tahun, bulan, minggu, dan hari. Lalu, saat udah kejadian bener begitu, nyesellll segunung Himalaya!


Bergunakah sesal itu?


Nggak dong. Sesal akan tetap selalu di belakang posisinya, persis perut betisnya yang akan terus mengekor tulang betismu, atau bokongmu yang nggak bakal pernah menyalip posisi selangkanganmu.


Selalu begitu, sunnatullah, hukum kausalitas, bahwa sesal hadir belakangan saat janji, cita-cita, komitmen nggak bisa diwujudkan.


Sayang beribu sayang, kita semua selain begitu jago membiarkan sesal melanggar komitmen di kemudian hari, juga sangat piawai untuk memberikan maaf atas kegagalan-kegagalan yang terus berulang itu. Dipasanglah helm fullface di kepala kita, bahwa masih ada esok hari, masih ada tahun 2012, plus embel-embel, ahhh…orang lain juga banyak sekali kok yang ngalamin kayak aku gini, dan yang terpenting aku memiliki kesadaran itu, soal mewujudkannya kan bisa ntar lagi.


Ya, ya, ya, selama kita gemar menggunakan helm macam itu, maka selama itu pulalah kita akan terus memaafkan diri sendiri untuk sebuah kegagalan yang dipicu oleh kesalahan kita sendiri dalam berkonsistensi mewujudkannya. Dan, tentu, selama itu pulalah kita akan terus memiliki motor impian itu dalam dunia impian. Baiklah, silakan mengendarai motor impianmu, bergaya dengannya, di sepanjang jalanan luas yang begitu nyata itu…haaaa…


Ya Tuhan….betapa sulitnya menepati janji, komitmen, yang begitu hapal kita tahu sebagai kebaikan, bahkan yang itu teruntuk diri kita sendiri, dan tanpa terasa kita kembali menyia-nyiakan waktu setahun penuh itu, selama 2011 itu, untuk kemudian sejenak menyesal, lalu membangunkan mimpi janji dan komitmen yang sama lagi dengan yang telah kubangin di awal tahun lalu, 2011, sebagai kelanjutan mimpi yang gagal diwujudkan di tahun 2010, 2009, 2008, 2007, dan seterusnya.


Sampai kapan kita akan hidup di alam mimpi?


Sampai kita mau menyakiti diri sendiri untuk berkonsistensi berjuang melakukan secara nyata catatan mimpi yang kita bangun di awal tahun itu.


Juts do it!


Hanya ini obat terapinya, nggak ada lainnya, entah itu kalimat sakti ala Mario Teguh atau pun fatwa amalan ala Yusuf Mansur. Jangankan cuma kata-kata motivasi atau amalan religi, wong ayat sucinya saja yang jelas-jelas dituliskan dengan aksara indah dan tebal di kepala kita ini juga nggak ngaruh apa pun juga kok, akibat kita sendiri yang nggak kunjung ber-just do it itu!


Ya, baguslah kalau kita mengukuhkan dengan pembuka basmalah, plus kata-kata motivasi, juga amalan religi tertentu, sebagai peneguh hati kita, sebagai landasan filosofis langkah-langkah kita. Tapi, semua itu hanya akan tetap jadi pepesan kosong sepanjang nggak ada just do it-nya.


Just do it, just do it, just do it…!!!


Mau ente orang Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Syi’ah, Sunni, NU, Muhammadiyah, PKB, Demokrat, PDIP, orang kota, atau srukat kayak Ve dan temannya yang cah Megelang itu, sekeren Lie Ceng Sui atau Zhairy Ali, sepintar Foucault atau Whitehead, sepanjang nggak ada just do it-nya, jangan pernah ngarep ujug-ujug tabunganmu membengkak kayak bisul matang itu.


Bro/Sist, ingat selalu deh, Tuhan nggak akan memberikan mukjizat apa pun dalam hidup kita semua karena Tuhan telah menggariskan sunnatullah-Nya, hukum kausalitas-Nya, hukum alam-Nnya. Karena yang ada hanyalah kausalitas, maka nggak ada cara lain buat kita semua kecuali mematuhi prinsip kausalitas itu. Dan perjuangan mematuhi prinsip kausalitas itu memerlukan keringat, airmata, bahkan darah. Nggak gratis, apalagi kok kebetulan.


Maka jika saldomu kempes di awal tahun ini, itu semata karena kamu nggak memaksa dirimu sendiri untuk berkeringat, berairmata, dan berdarah. Sakit memang menabung itu, berinvestasi itu, nggak nyaman banget rasanya. Jelas lebih yummy untuk berhura-hura, berboros-boros, bermalas-malasan, dan berntar-ntaran. Tapi kentar-ntaranmu itu akan berakibat secara kausalitas pada keberntar-ntaran capaianmu sendiri. Semakin ntar, ya semakin ntar pula. Semakin sekarang, semakin sekarang pula.


Apa pun itu, mau soal duit, pasangan, pekerjaan, pertemanan, kekerabatan, hingga kepribadian, jika kita enggan memaksa diri sesakit-sakitnya untuk berkeringat, berairmata, dan berdarah di masa lalu, jangan harap kita akan panen hari ini.


Awal tahun 2012 sekarang nggak ada bedanya dengan awal tahun 2011 dulu: sama-sama terperangah dan menyesal menyaksikan saldo tabungan sendiri. Lalu juga sama-sama membangun janji dan komitmen untuk memperbaiki di tahun 2012 ini, untuk kemudian, di awal tahun 2013, kembali terperangah dan menyesal!


Weeekkkkk!!!


Jogja, 2 Januari 2012
0 Komentar untuk "BERAPA TABUNGANKU SEKARANG YA? (Catatan Awal Tahun 2012)"

Back To Top