Personal Blog

CERITA LIK IAN BARBOUR: “TIPS CARI IDE UNIK DALAM NOVELMU”



Hukum pasar selalu berlaku dalam bidang apa pun, termasuk pernovelan. Sudahlah, simpan dulu klaim bahwa pernovelan itu adalah kerja literasi intelektual yang mulia, yang sarat proses idealisme nye-nye-nye, sebab faktanya ketika ia didorong ke pasar, jadilah ia bagian dari hiruk-pikuk hukum pasar murni.
Supply and demand, itu hukumnya. Barang berlimpah, permintaan kurang, maka harga anjlok. Revisi dikit deh untuk kasus pasar novel: barang melimpah, permintaan tetap, maka retur mencepat. Nggak usah heran karenanya jika minggu ini kamu main ke sebuah toko buku, novelmu terpajang oke, tapi 2 minggu kemudian saat kamu main lagi ke tempat yang sama, ternyata yang nangkring novel orang. Novelmu udah dipindah ke rak, atau malah nggak ada lagi karena udah diretur oleh pihak toko.
Apakah dalam kasus demikian, penerbitnya yang salah? Atau tokonya? Atau novelnya?
Nggak ada yang salah sejatinya, sepanjang semua pihak telah menjalankan perannya masing-masing. Penulis tentu berperan menulis yang terbaik, penerbit tentu berperan memproduksi dan mengawal distribusinya sampai mejeng di toko, dan toko berperan menjualkan dengan rapi.
Soal kemudian bukumu nggak bertahan lama di sebuah toko, sekalipun sudah ditulis, diproduksi, dan didistribusi dengan baik, itulah mekanisme pasar. Dan nggak ada satu pihak pun yang layak menghakimi negatif pada pihak lainnya akibat mekanisme pasar tersebut. Fair and gentle aja deh…
Selesai!
Saat sebuah tema, sebutlah teenlit, mengalami sesakan supply yang tinggi, sontak ia demam kompetisi tinggi. Saling jegal dan bunuh antarproduk sejenis adalah fakta biasa. Alamiah. Muncullah pemenang di antara persaingan tinggi itu.
Di sini, saya melihat unsur “keunikan ide” sebuah novel menjadi salah satu pilar penentu kemenangan pertarungan itu. Ide-ide novel yang biasa saja, jelas akan terbunuh secepatnya. Kalah saing! Cepat balik kandang alias keretur.
So, menyiapkan sebuah novel dengan pilihan ide yang unik sangat berharga untuk dipahami oleh setiap penulis, agar ketika bukunya dilempar ke pasar bisa memiliki daya saing yang tinggi pula.
Masalahnya adalah apakah masih ada ide yang unik? Segar? Baru?
Baru, saya kira bisa diklaim tak lagi ada. Rasanya, semua jenis ide telah dituliskan. Segar? Segar selalu ada, yang bersumber dari keunikan. So, mari berjuang meraih celah ini!
Gimana caranya menggali ide yang unik, agar menghasilkan tulisan segar?
Saya umbar beberapa riset kasus ini:
Saat buku Jakarta Undercover meledak, yang beridekan fenomena esek-esek, sejatinya ide sejenis telah lama juga tersedia dalam buku-buku Freddy S., misal. Kok tahu? Ya tahulah, wong saya juga pembaca setia novel-novel Freddy S. Dulu! Tetapi ada yang unik, karenanya fresh, dalam Jakarta Undercover, yakni unsur obyektivitas berbasis data riil lapangan. Inilah kekuatan eksplosifnya, sehingga wajar buku tersebut boom.
Sejenak kemudian, membanjirlah toko buku dengan ide-ide sejenis. Dari Kost Undercover sampai Ketek Underwear. Kemudian, pudarlah pesonanya, lalu mati. Mekanisme pasar bekerja!
Kemudian muncul fenomena best-seller Ayat-ayat Cinta. Idenya tentang religiusitas. Ini pun sejatinya bukanlah ide baru. Karena telah jauh-jauh hari sebelumnya ada banyak novel juga beride sejenis, sebutlah Tenggelamnya Kapal Vanderwijk. Tetapi, unsur unik, karenanya fresh, dalam Ayat-ayat Cinta, berupa penyajian religiusitas Islam yang smooth, dibaur dengan setting Timur Tengah, menguatkan posisinya untuk boom.
Sejenak kemudian, membanjirlah toko buku dengan ide-ide sejenis. Dari Syahadat Cinta sampai Ketika Sajadah Tak Bersyahadat dan Bercinta di Atas Sajadah. Kurang asin ini judul! Kemudian, pudarlah pesonanya, lalu mati. Mekanisme pasar bekerja!
Kemudian, lahirlah novel fenomenal Laskar Pelangi. Unsur lokalitas dan edukasi menjadi pembangun keunikannya, karenanya ia fresh. Sebelumnya, juga telah ada novel beride senada, sebutlah Tobong dan Orang Madura Tak Mati Lagi. Tapi kekuatan lokalitas Andrea Hirata, plus ketulusan dunia edukasi yang menakjubkan, menjadikan Laskar Pelangi tak tertahankan untuk boom.
Sejenak kemudian, membanjirlah toko buku dengan ide-ide sejenis. Kemudian, pudarlah pesonanya, lalu mati. Mekanisme pasar bekerja!
Lantas, muncullah sosok Raditya Dika dengan keunikan ide cerita remaja super gokilnya. Plus basis komunitas blogger yang kuat. Sebutlah misal Marmut Merah Jambu, yang saya tahu sendiri di sebuah toko bisa terjual 1000 eks/perbulan!
Sejenak kemudian, membanjirlah toko buku dengan ide-ide sejenis. Dari Pocong Juga Pocong hingga Ayam Kuning Langsat dan Sapi Naik Jazz. Kemudian, pudarlah pesonanya, lalu mati. Mekanisme pasar bekerja!
Kini, apa yang bisa kamu lakukan coba, wahai penulis-penulis muda, khususnya yang suka galau, DL-er, dan e-Malmingan?
Satu hal: cari ide unik!
Caranya?
Waktu bikin malakah Philosophical Research di S-3 UIN, saya mengulas pemikiran Ian Barbour. Satu hal yang buat saya terkesan sekali dengan pemikiran Lik Barbour ini adalah teorinya tentang “penggabungan dua atau lebih hal yang secara lazim tidak berkaitan tetapi jika berhasil dibangun benang merahnya maka akan menghasilkan keunikan, kesegaran!”
Catat itu!
Misalnya?
KPop. Lazim memahami KPop sebagai lifestyle ala Suju, Siwon, Miwon, Ajinomoto, Antangin, Kroto, dll. J
Ngaitkan cinta dengan KPop, biasa banget! Coba berpikir out of the box ala Lik Barbour tadi, misal, ngaitkan KPop (satu hal) dengan hal-hal lain yang lazimnya tak berkaitan, sebutlah telor asin. KPop dan telor asin. Ya, ya…mikir dah! Gimana membangun benang merahnya, argumentasinya, logika ceritanya. Jika kamu berhasil membangun benang merahnya, jadilah ia ide yang unik, fresh!
Contoh lain dong….
Oke, oke, Penonton, nggak usah histeris gitu deh… Keep smile
Bicara teenlit memang lazim memahaminya sebagai cerita remaja, utamanya cinta. Coba terapin teori Lik Barbour tadi: cinta (satu hal) kaitkan dengan hal-hal lain yang lazimnya nggak berhubungan sama cinta dan remaja. Apa ya? Ehhmmm…mikir dong! Gimana kalo hal lainnya adalah valuta asing! Cinta dan remaja dan valuta asing, nggak nyambung deh…
Nah, justru itulah tugas penulis! Mencari benang merah antara hal-hal yang tak nyambung itu! Dan itulah yang akan membedakan ide novelmu unik tidak, fresh tidak, sekaligus pembeda utama penulis kreatif dan kagak!
Menggatuk-gatukkan antara dua atau lebih hal yang lazimnya tak nyambung menjadi nyambung merupakan tips ilmiah ala Lik Barbour yang amat telak untuk menciptakan ide-ide unik. Bukankah Facebook dan Twitter pun menjadi fenomenal berkat keunikannya yang lahir dari kemampuan penciptanya menggatuk-gatukkan komunikasi (satu hal) dengan dunia maya (hal lain). Komunikasi dan dunia maya, mana nyambung? Komunikasi ya harus kenal dong, bersihadap. Mulanya. Tapi begitu Facebook dan Twitter terealisasi, terciptalah komunikasi yang fresh, maka tersambutlah mereka dengan dahsyat. Bukankah banyak tuh kalian yang pedekate dari sosmed, meski nggak selalu sukses juga sih ujungnya, ya kan…?
Entah ya kalau Friendster (FS) itu, saya mah nggak paham sosmed yang super legendaries itu, soalnya bukan generasi saya itu…
Wes ngunu wae, Cah…
Jogja, 25 September 2013
10 Komentar untuk "CERITA LIK IAN BARBOUR: “TIPS CARI IDE UNIK DALAM NOVELMU”"

bermanfaat sekali pak..maternuwun sanget ^^

Entah ya kalau Friendster (FS) itu, saya mah nggak paham sosmed yang super legendaries itu, soalnya bukan generasi saya itu…

semuda apa sih anda? xixixi

keren, jadi semangat nulis :),

terimakasih, Mas edi. Super. Lik Ian Barbour... aku ingat-ingat terus tulisan ini.

makasih buat tips nya :D sangat membantu! :D

Waaah iya juga ya haha
Makasih tips nya :)

Keren sekali pak... Setuju dengan komentar anda...
Sekedar info saja buat temen-temen, ada buku asik yang bisa membantu memacu ide fresh
Buku best seller karya Michael Michalko judulnya "Thinker Toys, Handbook permainan berpikir para pebisnis kreatif" Hal serupa dg bisnis, ide nulis cerita fresh.
Ini covernya --> http://www.halamanmoeka.com/1506-1564-large/thinker-toys-handbook-permainan-berpikir-para-pebisnis-kreatif.jpg

Back To Top