Personal Blog

BBM DEK GARA: RINDU VERSUS GTA





Kadang kala, saya harus keluar kota untuk melakukan sesuatu. Tentu, dalam kegiatan begini, tidak termasuk traveling rame-rame komplit serumah. Jadi, yang saya maksud kegiatan ini ialah bepergian sendiri.
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk merindukan anak-anak. Dek Diva dan Dek Gara. Mamanya? Ehhm, biasa aja. Haaa…
Ah, iya, ini ada sebuah clue buat kalian: bila kita sudah memiliki anak, niscaya rindu kita ketika jauh terbit pertama kali untuk anak.
Biasanya, saya mengirim BBM pada anak-anak. Kalau Dek Diva ya lancar saja. Sebab ia telah gede, jadi tak ada masalah dalam hal BBM.
Lain cerita dengan Dek Gara.
Oh, bukan, ini sama sekali bukan karena HP Dek Gara tak aktif. Paketannya selalu aktif, malah menghabiskan lebih banyak biaya daripada paketan data HP saya. Maklum, dia mainnya Youtube melulu. Kalau nggak Youtube, ya GTA.
Maka bila saya berkirim BBM pada Dek Gara, saya harus mengirim BBM pada mamanya atau Dek Diva juga untuk meminta tolong supaya Dek Gara diberitahu untuk membaca BBM HP-nya.
Begitu terus.
Baru setelah dikasih tahu, ia membaca BBM saya. Lalu membalasnya dengan singkat-singkat. Seharu apa pun BBM saya, sepanjang apa pun, semelow apa pun, setulus apa pun, sesyar’i apa pun, jawabannya hanya akan satu dua kata.
Cool! Tepatnya, nyebelin.
Ternyata, kerinduannya pada saya selalu terkalahkan oleh pesona Youtube dan GTA. Hiikss…
Dan inilah yang kembali terjadi saat saya sedang jauh darinya kali ini, nyasar ke Lombok begini, menanggung rindu yang hunjam padanya.
“Le, lagi apa?” saya mengirim BBM.
Nyaris sejam kemudian, baru dibalasnya. Ya, tentu, setelah saya meminta tolong pada Dek Diva untuk memberitahu Dek Gara agar membuka BBM saya. Huh!
Jawabannya begini: “Lagi tiduran.”
“Ayah kangen e Le.” Saya membalas cepat.
“Ya gak papa.” Jawaban ini muncul lebih dari 20 menit kemudian.
Speechless!
Jawabnya lama, munculnya begitu.
Saya ingin teriak rasanya: Helloowwwww, gak papa apanya, gimana, kenapa, kamu ke mana, semalam berbuat apa? Kita putus saja ya, ya, ya , ya!!!
Holohh…
Ujungnya kemudian, saya selalu harus ngalah dengan menggiring obrolan supaya saya mendapatkan jawaban yang saya dambakan.
Maka saya membalas begini kemudian:
“Dek Gara gak kangen po?”
Sekian puluh menit kemudian, jawabannya muncul. Jawaban yang sangat saya dambakan dari lubuk hati terdalam, yang membuat saya seketika sangat terharu.
“Kangen.”
Satu kata! Puluhan menit kemudian!
Tiba-tiba saya ingin menjejalkan segenggam lombok ke mata, agar saya bisa seketika lelap!
Lombok, 8 Mei 2015


Back To Top