Jika Anda
termasuk anak muda kekinian, Anda niscaya tahu beberapa merek pakaian, kaos,
dan sejenisnya yang dikenal branded. Ndak usahlah sampai ke Hermes, itu bukan
levelmu. Juga jangan sebut Chanel, itu masih ketinggian. Cukup ini aja, GAP.
Brand
yang menerbitkan beragam jenis pakaian, kaos, dan jaket ini emang anak muda
banget. Harganya pun bersahabat. Apalagi yang KW.
Di tahun
1969, di San Fransisco, AS, ada suami istri bernama Donald dan Doris Fisher
menggagas sebuah bisnis factory. Mereka jelas orang cerdas, sebab dari
awal berbisnis sudah sadar untuk memilih segmen pasar yang dituju. Dan, pilihan
segmen mereka sangat cespleng: remaja.
Mereka lalu diskusi
memilih nama mereknya. Tentu, sebagai orang cerdas, mereka sangat mafhum untuk
tidak memilih merek yang ndakik-ndakik. Susah disebut, apalagi diingat.
Jadi,
pelajarannya di sini ialah jika kalian hendak membangun sebuah brand,
pilihlah nama merek yang simple. Mudah dieja dan diingat. Hindari bikin
merek baju, misal, “Aku Cayang Camuh Cellaluh Celamanyah”. Ini merek
yang madesu. Untuk tidak saya teriaki: “Lebay banget jadi orang kayak nggak
bakal terbuka peluang jatuh cinta pada yang lain!”
Juga jangan
pakai merek: “Kebenaran Hanya Milik Allah”. Halah, itu terlalu
panjang, Bro. Sekalipun Islami. Baiknya kamu tegaskan dulu dalam hati, ini mau
berbisnis atau beribadah?
Lanjut ke
suami-istri itu, akhirnya mereka mencetuskan sebuah nama: The GAP. Apa artinya?
Ternyata, itu
hanya merujuk pada sebuah kata bahasa Inggris, gap, yang berarti “celah”.
Apa relevansi
arti “celah” dengan segmen bisnis baju remaja itu?
Halah,
kamu ini kok terlalu sibuk sok filsuf gitu. Makannya tempe mulu kok mikire
ndakik-ndakik mulu. Sok bermazhab Frankfurt segala yang mengidak-idak rasionalitas
teknis dengan mengumbulkan rasionalitas epistemologis. Mumet, to? Kandani
kok….
Mbok wes,
jangan ndakik-ndakik, toh konsumen ndak pernah peduli apa arti filosofis
merek daganganmu? Yang konsumen peduli ialah suka barangmu, lalu mudah mengeja
merekmu, dan selalu mengingatnya. Itu aja. Lagian, kan belum tentu bisnismu
melejit gede. Soal kok kelak jadi bisnis raksasa beneran, lalu ditanya sama
wartawan tentang makna filosofis merekmu, wes gampang, karang aja. Apa
sih yang nggak bisa dikarang-karang hari ini? Wong ngapusi saja ya tetap
urip kok.
Begitu juga
yang terjadi pada suami istri itu dengan merek GAP-nya. Mereka hanya fokus pada
nama yang mudah dieja dan ingat, lalu action! Berbisnis.
Hari ini,
merek GAP sangat luas. Mendunia. Kamu carilah di Singapura hingga Banguntapan,
ya ada pemakainya. Dari Bukit Bintang hingga Bringharjo ya ada.
Diuraikanlah kemudian
bahwa penamaan GAP itu untuk menunjuk pada makna “celah generasi” (generation
gap), yakni celah antara anak-anak dan dewasa, ya remaja itu. Jadi, makna
filosofis “jeda” itu adalah mengantarai masa kecil dan dewasa.
Lalu entah
bagaimana riwayatnya, seiring dengan trend isu LGBT, GAP diunggah
sebagai bagian dari gerakan LGBT. Untuk meyakinkan khalayak, digunakanlah
pendekatan Cocoklogi (ilmu gotak-gatuk cocak-cocokan cocot-cocotan). GAP
diterjemahkan sebagai “Gay and Proud”. Gay dan Bangga. Dalam seretan Cocoklogi
lagi, ia akan berarti sejenis: “Saya gay dan saya bangga.”
Tervonislah bahwa
para pemakai merek GAP dimuslihati untuk mengkampanyekan gerakan LGBT. Dengan caption:
“Hati-hati ya, Akhi/Ukhti, musuh-musuh Islam menyebar di mana-mana, jaga
akidahmu, Allahu akbar….”
Hasyuuhh
tenah!
Pihak GAP
Incorporation sampai mengeluarkan pernyataan resmi bahwa penerjemahan GAP
sebagai Gay and Proud sangat mengada-ada. Bos GAP saya kira terlalu baik
hati dengan hanya mengambil sikap demikian. Pasti lebih santun hatinya dibanding
kamu yang ikutan ngeshare. Kalau saya bosnya, akan saya pidanakan pengunggah dan
pengeshare fitnah kekinian itu.
Mengapa sampai
perlu dipidanakan?
Di medsos,
kini, entah bagaimana juntrungnya, segala hal yang berbau Jokowi dan Islam,
amat sangat sensitif. Gampang sekali meraih simpatisan berkaliber nyinyiran.
Sebab isu
LGBT sangat sensitif di sini, tanpa ampun unggahan GAP sebagai Gay and Proud
itu menuai share dan komen yang luas. Tentu saja, yang langsung terinfeksi
fitnah murahan begini hanyalah kaum kimcil-icik-icik-ihik-ihik.
Yang cerdas dan jeli pasti bisa lebih mawas diri. Celakanya, populasi kaum bego
ini kian hari kian berjubel.
Asal berbau
Islam, apa pun itu, secepat-cepatnya dishare dan dikomenin sembari bermurah
hati menyertakan caption dzikir: subahanallah…. astaghfirullah…. Seolah
itu berpahala; seolah itu dakwah; jihad fi sabilillah; libtighai
mardhatillah. Padahal, fitnah belaka. Hasyuuhh….
Saya tak
habis pikir, bagaimana bisa kita yang mengaku beriman, mati-matian membela hijab,
kok rela benar jadi manusia murahan gitu? Menebar-nebar postingan yang tak
jelas mutunya, apalagi belakangan terbukti sekadar sebuah fitnah.
Dosakah itu?
Ya jelas. Minta dalil? Ini: “Al-fitnatu asyaddu minal qatli”.
Mau ngeles
dengan dalih: “Wah, saya tak tahu….” Salah sendiri bego kok dipiara, dipamerin
lagi, pantas ndak laku-laku. Minta dalil lagi? Ini: “Yarfa’illlahul lazdina amanu minkum wallazdina utul 'llma darajat.” Kapokmu kapan?
Bayangkan,
bila bos GAP itu saya, lalu saya minta lawyer in house saya menggugat
fitnah Anda, serta seluruh ukhuwatis syaithan yang ikutan ngeshare-ngeshare,
bisa apa kamu?
Palingan
mewek, to? Bersimpuh minta ampun di kaki saya, to? Ngajak pak’e dan mak’e
untuk merayu saya, to?
Come on-lah,
Akhi/Ukhti, stop bego! Bego itu jelek, bego itu suram. Stop mosting, ngeshare,
dan ngomenin hal-hal yang kamu sendiri belum tahu duduk perkaranya. Apa pun
itu.
Jika minggu
depan kok muncul unggahan bahwa Kompas, Tempo, Detik, Samsung, Kopi Luwak,
hingga basabasi.co itu disebut artinya Yahudi (yang kalian benci orangnya,
tapi cintai facebooknya), stop ngeshare. Baiknya, cari tahu dulu deh benarnya
itu gimana.
Ingat selalu,
brand dan merek itu ada UU yang melindunginya. Siapa pun yang melanggarnya,
termasuk merusaknya dengan fitnah, kayak kasus GAP itu, sangat penjarable.
Kamu pikir
dipenjara itu enak? Ngejomblo aja berat, kok malah penjara….
Ah, kamu….
Jogja,
9 Juli 2015
Tag :
Artikel,
Yang Serba Nakal
9 Komentar untuk "MEREK “GAP”, FITNAH BARU YANG KAU KIRA DAKWAH (LAGI)"
Haaaa, di beradan saya banyak yang share itu pak, sama persis yang njenengan bilang. "Hati-hati itu adalah Gay and Pround". Besok-besok pakaian lainnya yang di sukai anak muda maca spiderbilt dll juga dicari-cari yang kayak gitu lagi.
Nasib tenan kok, pokoknya asal njeplak omongane :-)
Dalil yang kedua ada yg hilang ditengah2 om Edi, ditambah kata "minkum"...hehe..
Setuju sama om penulis nih, kalau ga tau apa2 maka wajib ya kita cari tau dulu sebelum share berita, minta dalil.....IN JAAKUM FAASIQUN BINABAIN FATABAYYANU.....(niru penulis biar ketularan jadi penulis....hehe)
Hahahaha. Thanks mas Ed, ini baru ketje
Saya yang termasuk ngeshare tulisan njenengan, mas. Calon doktor Islamic Studies. hhhh....
Untuk akhi dan ukhti yang hendak "membakar" jaketnya kalo bisa jangan. Lebih baik di sedekahkan kepada saya saja. Suwun.
www.soearamoeria.com
Menurut saya lebih baik lagi lain kali pake produuk dalam negeri saja alangkah lebih baik jika kita makmurkan industri sendiri , tidak usah pusing pusing mikirin produk orang lain kaan 😌
Memang harus hati-hati kalau mau menyebarkan berita. Singkatan GAP memang bukan itu, tapi merk ini dulu memang pernah bikin sensasi dengan membuat iklan ttg gay sampai diprotes sejuta ibu2 di US. Mungkin pengaruh itu juga.
https://www.numpta.com/qa/Apa_singkatan_dari_produk_fashion_GAP
@Bima Anggara: nice comment (y)
Bersikap bijak sebelum sharing, mungkin dengan menyaring terlebih dulu. Dari artikel berita ini, setidaknya muncul asosiasi GAP sbg Gay And Proud. Bisa jadi marak belakangan ini seiring situasi terbaru di negerinya Obama. http://www.mirror.co.uk/news/world-news/gap-under-fire-from-one-million-842769
Menarik artikelnya sebagai bahan penyeimbang informasi