Personal Blog

MAU JADI GAJAH ATAU SEMUT?

Setiap kita bisa tumbuh menjadi gajah. Besar, gagah, kuat, berwibawa. Tapi, setiap kita juga bisa tumbuh menjadi semut. Kecil, ngumpet, nyempil, lemah.
Bagaimana kok bisa seseorang tumbuh menjadi gajah atau semut? Masak iya ada orang yang berpeluang untuk menjadi kuat dan besar di satu sisi, namun di sisi lain juga berpotensi untuk menjadi lemah dan kecil?
Ya, setiap kita berada dalam posisi begitu.
Pembedaan seseorang bisa menjadi gajah atau semut hanya terletak pada “seberapa mampu ia memikul masalah dalam hidupnya”.
Jika ia hanya berani menghadapi masalah sebesar semut, maka ia akan menjadi semut. Jika ia gigih menghadapi masalah sebesar gajah, maka ia akan menjadi gajah. Selalu begitu.
Ukuran kekuatan seseorang bukanlah terletak pada kemampuannya menyelesaikan sebuah masalah, tetapi pada kemampuannya menuntaskan masalah besar. Ini yang menjadi poin plus seseorang, yang menyebabkannya berbeda dengan seseorang lainnya.
Apa poin plus yang membuatmu begitu telah berhasil menabung sebesar 500.000., toh amat sangat banyak orang lain yang bisa melakukan hal yang sama, bahkan lebih besar dari itu.
Dimana letak keistimewaan personalitimu hanya karena kamu telah berhasil bekerja di sebuah kantor, toh nyatanya begitu berjubel orang yang bisa mendapatkan pekerjaan yang sama, hasil yang sama, dan level hidup yang sama.
Tantangan atau masalah yang biasa saja, yang berhasil kamu hadapi, takkan pernah melontarkanmu ke level tinggi dari segi apa pun. Tetapi kamu baru akan benar-benar terdorong ke level tinggi, istimewa, dan khas jika kamu berhasil menghadapi sebuah tantangan atau masalah yang tidak biasa.
“Tidak biasa”, c’est le grand, sesuatu yang besar, tentu dalam ukuran masing-masing.
Maka jika kamu ingin menjadi le grand, besar, gajah, maka kamu kudu dan wajib dan mutlak hukumnya untuk menempuh masalah yang juga le grand, besar, dan gajah. Inilah yang kemudian akan memberikan pembedaan mendasar antara kamu dengan orang lain.
Ahahhh, tentu saja, ada harga yang harus dibayar di situ. Harga yang berupa soal keringat, air mata, kesabaran, ketekunan, hingga kebesaran niat. Menjadi seeekor gajah, jelas kamu harus berkeringat dan gigih untuk memikul bebannya yang besar dan besar. Jika kamu enggan berkeringat dan emoh gigih, maka kamu takkan pernah menjadi gajah. Kamu akan tetap menjadi dirimu yang semut, kecil, penakut, dan lemah.
Menjadi gajah atau semut dalam hidupmu sama sekali nggak berkaitan dengan kamu keturunan siapa, wanita atau pria, rambut lurus atau kriting, apalagi ditakdirkan oleh Tuhan dan tidak. Sama sekali bukan!
Menjadi gajah sepenuhnya soal mampukah kamu memikul beban seekor gajah, sama persis dengan menjadi semut sepenuhnya soal kemampuanmu untuk memikul beban seekor semut.
Semakin besar tantangan dan masalah yang kamu hadapi, maka kamu akan semakin menjadi besar. Semakin kecil tantangan dan masalah yang kamu hadapi, maka kamu akan semakin menjadi kecil.
Hasil akhirnya?
Tentu tidak akan pernah sama hidup sebagai seekor gajah yang perkasa, gagah, besar, dan mendonggakkan kepala menatap langit dibanding hidup sebagai seekor semut yang harus ngumpet, nyempil, dan cemas segera mati terinjak-injak.
So now, kamu mau jadi gajah atau semut?
Pada dirimu, telah bersemayam gajah dan semut itu sekaligus. Ya, telah ada pada dirimu, bukan pada orang lain atau benda lainnya.
Jogja, 7 Maret 2012
0 Komentar untuk "MAU JADI GAJAH ATAU SEMUT?"

Back To Top