Personal Blog

SURAT UNTUK RIKA (Jika Difitnah/Digosipin, Rika Pilih Sikap yang Mana?)



Rika nun jauh di mata….
Apa yang akan rika lakukan jika suatu hari rika difitnah, digosipin, atau diprovokasi oleh seseorang?
Lazimnya manusia, rika secara alami akan marah. Sedih, kecewa, sakit hati, merupakan sederet luka kalbu yang sungguh perih melebihi sayatan sembilu. Hoopooo ikih!
Njuk?
Then?
Tsumma?
Rika akan terbelah ke dalam beberapa pilihan langkah.
Ada rika yang kemudian melabrak dengan gagah perkasa bak Akhiles menyerbu benteng Troy mencari Hektor lalu duel. Duel fisik maupun caci-maki. Hasrat rika yang beginian ialah “Inyong bukan penakut!”
Hasilnya?
Dua kemungkinan: “Menang jadi arang, kalah jadi abu.” Orak nanak untunge babar blas. Tidak ada nilai plus sama sekali dalam langkah begini.
Orang-orang di sekitar yang baik hati hanya bisa mengelus dada turut merasa sedih atas sikap ekstrem rika. Orang-orang yang tidak baik hati akan keplok-keplok dan bercuap-cuap ke sana-sini, tentu dengan bumbu yang diperlezat. Jadilah rika bulan-bulanan gunjingan yang membuat rika malu untuk sekadar melongokkan wajah dari pintu rumah rika dewek.
Karena langkah ini tak ada untungnya, lalu buat apa diambil?
Inyong punya sebuah cerita untuk rika nih:

****
Dua orang ibu muda berantem di pasar Anom Sumenep. Di bawah hujan lagi, dengan jalanan pasar yang becek berlumpur. Khas wanita, mereka berjambakan sambil bermakian. Orang-orang yang melerai jadi tahu bahwa mereka berantem gara-gara masalah suami. Ya, sejenis cemburu gitulah.
“Wanita gata!” pekik ibu yang agak gendut.

*Inyong heran, gatal kok berantem, harusnya digaruk kan?*

“Kamu yang nggak tahu diri, udah gendut jelek lagi!” balas lawannya.
“Kayak kamu cantik saja! Ngaca, mukaku kayak pantatmu tahu!” sergahnya lagi.
Inyong dan orang-orang yang ramai di sekitarnya saling noleh melongo. Kalimat makian itu terdengar ganjil sekali.
“Bu…” Seseorang menepuk pundak ibu yang agak gendut itu. “Kebalik tadi, yang benar, mukamu kayak pantatku gitu.”
“Biarin, yang penting cepat!” tukasnya pada orang yang mengingatkannya itu.
Inyong memilih segera pulang dan membaca #SilabusMenulisFiksi saja.
****
Ah, rika rika
Lalu ada rika yang memilih sikap tidak melabrak, tapi menyalakan api permusuhan pada sang pemfitnah. Bisa berupa menciptakan jarak. Diam-diaman. Memutus perkenalan, silaturrahmi bahkan.
Inyong emong lagi ingat nama itu. Ingat aja emong, apalagi sampai ketemu dan ngobrol kayak bengen!”
Jadilah kalau rika terjebak keadaan ketemu dengan yang bersangkutan, misal di mantenan atau mal, sontak dunia menjadi sempit! Rika menghindar, ngumpet, sambil kipas-kipas kepanasan di bawah AC.
Rika jadi orang yang paling repot sumpek dewek.
Ah, rika rika
Lalu rika bisa pula memilih sikap menumpahkan amarah melalui sosmed. Ya status-status galau. Status-status terdzalimi. Sebagian ada yang berupa umpatan makian meski tidak vulgar menyebut nama dituju. Sebagian lain ada yang “agak wise” dengan nyetatus galau-galau atau motivasi-mativasi gitu yang meranakan jiwa.
Sosmed dijadikan ajang curahan hati, seolah semua orang di sana peduli pada rika. Pedulikah mereka? Mboten! Tidak. Kalaupun ada satu dua orang yang peduli bertanya atau menasihati, lantaran misal kenal fisik, lalu rika merasa menemukan pundak untuk disandari, itu sungguh takkan membantu apa pun pada masalah rika. Itu sungguh hanya slapstik, selentingan, permukaan, sesaat belaka.
Selebihnya? Rika terus galau dan galau…
Lebih buruknya dari sikap beginian ialah rika sesungguhnya tengah “memasak di ruang tamu”. Rika sedang mengumumkan kelemahan personality rika sendiri kepada publik. Rika sedang memamerkan masalah rika, luka hati rika, pekikan rika, dan kegagalan jiwa rika bersikap cool.
Orang yang tidak tahu seketika rika kasih tahu melalui status-status rika. Kepala orang ditimpuki oleh seabrek dugaan dan opini tentang rika. Opini-opini liar yang berlarian ke mana-mana, yang sama sekali tidak menolong apa pun bagi penyelesaian masalah rika.
Kata orang Madura, sikap rika itu “Mittak lorong e tengah burik”. Membeber jalanan di tengah pantat rika.
Kebalik!
Inyong kebalik di sini. Yang benar, “Mittak burik e tengah lorong”. Membeber pantat sendiri di tengah jalan. Memalukan, bukan?!
*Maaf ya, kadang kalau inyong lagi terlalu bersemangat, suka khilaf begini, termasuk khilaf untuk menghapus bagian yang kebalik tadi*
Sikap rika yang beginian juga tak membantu apa-apa kok buat rika.
Ah, rika rika
Lalu ada rika yang memilih stay cool aja atas deraan fitnah itu. Iya, cool, baca  “masa bodoh, acuhkan saja”. Mau orang gosipin apa pun, biarin aja, sebab mereka kagak pernah tahu apa sebenarnya yang terjadi dan tak ada kuasa apa pun pada diri inyong untuk memaksa semua mulut berkata “Iya” pada inyong. Yang tahu yang sesungguhnya terjadi itu apa adalah Tuhan dan inyong. Yang terpenting itu saja. Jika pun gosip itu berefek kepada kehidupan orang lain di sekitar inyong, ya akan inyong jelasin hanya pada mereka, bukan pada yang lain-lain, termasuk para penghuni sosmed.
Rika nun jauh di sana…
Tentu saja rika bebas mau memilih sikap yang mana dari sekian langkah itu. Itu hak rika. Tapi rika hanya perlu selalu ngerti bahwa langkah apa pun yang rika ambil, itu ada konsekuensinya. Selalu. Hidup ini selalu woles menyediakan pilihan untuk kita ambil secara bebas beserta sederet konsekuensinya masing-masing. Yang penting rika kudu siap aja dengan konsekuensi pilihan rika.
Jika rika siap dengan konsekuensi masuk rumah sakit atau penjara, ya silakan aja rika memilih langkah pertama yang pakai labrakan itu.
Jika rika siap dengan konsekuensi “merasa sempit di tempat luas” dan kena kutukan memutus silatirrahmi, yang silakan aja rika ambil langkah kedua itu.
Jika rika siap dengan konsekuensi dicibir orang sejagat gara-gara rika suka ngumbar masalah rika di sosmed, suka memasak di ruang tamu, sehingga teropinikan rika itu kekanak-kanakan, ya silakan aja rika ambil langkah ketiga.
Jika rika siap dengan konsekuensi “melanggang kangkung” dengan easy going karena rika acuh pada gosip atau fitnah apa pun, ya pilihlah langkah keempat itu.
Semua hidangan itu selalu disajikan dengan ikhlas oleh kehidupan di atas meja makan rika, sekarang tinggal rika mau makan hidangan yang mana…
Begitu ya, rika rika
Jogja, 26 Maret 2014

0 Komentar untuk "SURAT UNTUK RIKA (Jika Difitnah/Digosipin, Rika Pilih Sikap yang Mana?)"

Back To Top