Personal Blog

HIDUP NGGAK SEMUDAH CONTHONGMU!

Tahu conthong?


Gambarannya gini: conthong bisa dibuat dari kertas atau daun pisang yang ditekuk sedemikian rupa sehingga membentuk wadah tertentu. Paling gampang kalau kamu beli kacang rebus di jalanan, bungkusnya itulah conthong. Karena hanya terbut dari kertas koran atau daun pisang, biasanya conthong itu dibuang kemudian. Nggak berharga!


Bahwa hidup itu nggak semudah nyonthong, ini bisa dipahami sebagai protes betapa hidup ini nggak semudah mewadahi teori ini atau itu, yang lahir dari hasil nyonthong gitu. Kalau cuma nyonthong, nggak perlulah kudu sekolah tinggi, pakai jas, sepatu mengkilat, mobil mentereng, di gedung mahal, bayar sekian juta, untuk sekadar memperoleh celotoh conthong bahwa kita mesti begini, begitu, jangan begini, jangan begitu.


Betul, emang bukan conthong-nya yang salah, nggak ada yang salah dengan semua teori itu. Namanya teori ya silakan aja sapa mau nyonthongin-nya. Conthong-conthong itu kan jualan, dagangan, sama dengan orang-orang yang nggak pinter nyonthong di pasar-pasar rakyat itu jualan sayur, ayam, daging sapi, beras, sandal jepit, bros, atau pun jadi juru parker. Semuanya soal jualan kok, nyari duit, buat memperkaya diri, syukur-syukur sebagian di antaranya digunakan untuk membantu orang lain.


Dua kali berturut-turut aku terima gambar BBM tentang protes keras terhadap para pedagang conthong itu. Inti protesnya ialah: “Hidup itu nggak semudah conthongmu!”


Basyeeettt!!


Sampai segitukah level kemuakan yang muncul belakangan ini terhadap seabrek conthong tentang kemurahan, kemudahan, kebermaknaan hidup?


Ironi emang. Di satu sisi, semua bakul conthong itu dengan begitu antusias bak tukang sulap menyorongkan kalimat-kalimat sakti, bahwa “Hidupmu akan indah sekali jika kamu begini dan begitu. Jadi kalau kamu ingin bahagia, hidup yang indah, kaya raya (kalau perlu tambahin: “Ntar mati masuk surga!”), maka hiduplah dengan cara begini dan begitu itu.”


Salahkah?


Nggak salah, sekali lagi ora salah babar pisan!


Yang bikin nganyel di hati ialah realitas faktual bahwa hidup itu nggak bisa dipandang dan disetel untuk seragam dalam sebuah teori itu. Ini masalahnya. Soal itu teori pas buatmu, silakan, tetapi belum tentu bagiku dan baginya. Karena itu, sangat penting untuk tidak menyederhanakan hidup hanya pada satu potret saja, karena itu jelas menyesatkan cara pandang semua orang tentang kehidupan indah, sementara mereka begitu beragam warna latar belakang kehidupan riilnya.


Lebih rumit lagi bila conthongan itu dikemas sebagai sebuah mimpi di kening langit. Wowww, semua orang jadi terobsesi, pengeeennnn, tapi nggak semua orang punya tangga untuk memanjat mimpi di kejauhan sana itu.


Maka sia-sialah conthongan tentang mimpi indah itu, sehingga hasilnya conthongan-conthongan itu hanya berkisah tentang keindahan tetapi tidak pernah bisa di-breakdown ke dalam alam kenyataan.


Yahhh, namanya dagangan, tentu semua bakulnya pasti berusaha menghadirkan kemasan yang menarik, indah, mempesona. Tapi tentu nggak adil juga rasanya bila anda jadi pedagang yang nggak memberikan purna jual. Pokoknya, asal laku! Asal dapat duit! Soal menguntungkan atau nggak, bukan urusan gue!


Pedagang yang baik bukanlah yang bermental begitu. Pedagang yang baik selalu menjadikan pembelinya dalam posisi layaknya sedang memberikan utang pada penjualnya. Utang di sini adalah kejujuran terhadap mutu dagangan, garansi kepuasan, dan purna jual itu.


Tentu kalau anda yang berdagang conthongan, harus dipikirkan apakah conthong-conthong anda itu bernilai tepat guna kepada pembelinya, yang rela bayar jutaan rupiah itu? Karena itu, anda harus fair dong. Jangan cuma menjual mimpi tetapi anda tidak menyatakan seiringnya bahwa itu adalah mimpi, yang untuk mewujudkannya kea lam kenyataan membutuhkan banyak perjuangan keras, kasar, bahkan begitu melelahkan.


Ini nih pangkal protes itu.


Kalau tentang hidup indah, semua orang juga udah tahu dan menginginkannya kali, tanpa perlu bayar training apa pun. Tetapi bagaimana cara menjangkau kehidupan indah itu, sepatutnya tidak hanya dengan cara nyonthong! Teori penting, tetapi teori hanya akan menjadi sampah belaka jika tidak bisa menuturkan tentang langkah-langkah mewujudkannya.


Ahhh, dilema emang. Dilema yang ditangkap dengan cerdas oleh para bakul untuk dijadikan sumber income, meski senyatanya begitu jauh dari kenyataan, karena dagangnnya hanyalah mimpi. Semakin tinggi mimpi yang dijual, maka semakin menariklah ia. Lalu kita beramai-ramai menjadi tersentak bahwa itu hanyalah mimpi di saat kita terbangun dan mendapati mimpi itu hanyalah tinggal sebuah ingatan yang sangat lamat.


Kalau anda kurang percaya pada conthongan ini, coba buat sajalah: “Training Masuk Surga! Garansi Uang Kembali!”


Isinya ya conthongan seputar: rajin ibadah, berbuat baik, mendidikan diri, memberanjakkan diri, menaikkan derajat diri, hargai keluarga, muliakan anak-anak, dll.


Apakah anda (si bakul conthong dan pesertanya) bakalan bener masuk surga?


Mimpi kok itu, namanya juga mimpi ya ada di alam bawah sadar. Saat anda sadar, kemanakah mimpi itu?


Dagangan, yupss, menurutku, sangat penting bagi anda yang berdagang untuk memberikan purna jual pada dagangan anda dan bagi anda yang membeli dagangan itu sangat penting untuk meneliti dulu sebelum membeli. Karena garansi uang kembali hanya akan anda dapat bila anda sungguh benar-benar nggak bisa masuk surga!!!


Jogja, 28 Desember 2012
0 Komentar untuk "HIDUP NGGAK SEMUDAH CONTHONGMU!"

Back To Top