Dek Gara baru
kelas dua SD. Tentu masih sangat bocah, beda jauh usianya dibandingkan Adam
Yudhistira.
Anak ini,
seperti pernah saya bilang, suka sekali mengeluarkan statemen yang mengejutkan.
Kali ini,
jelang Ramadhan, dia mengatakan akan puasa seharian penuh asalkan dibeliin
PediaSure.
Oke, tak ada
masalah. Malamnya, saya meluncur ke Carrefour, beli PediaSure. Sepulangnya,
saya baru tahu bahwa Dek Gara adalah bagian dari korban iklan. Di iklan tipi,
dikisahkan seorang bocah kuat puasa seharian karena minum PediaSure.
Tipi emang amazing!
Setahu saya,
tentu setelah googling kemudian, PediaSure
jenis makanan cair yang diperuntukkan bagi anak-anak yang susah makan. Lha Dek
Gara ini nggak susah makan. Lalu di mana relevansi produk ini dengan puasa?
Menakjubkan!
Puasa pertama
sukses ditempuh Dek Gara tanpa keluhan. Sejak dua tahun sebelumnya, ia memang
sudah puasa setengah hari. Begitu adzan Dhuhur, ia berbuka. Lalu dilanjutkan
kembali.
Kali ini ia
nyantai aja. Ya berkat PediaSure itu. Tak ada gelagat mengeluh, nyari minum
setidaknya.
Dalam hati, saya
harus mengakui bahwa PediaSure adalah solusi strategis. Bukan hanya untuk Dek
Gara, tapi siapa pun yang mengaku berat untuk menahan makan dan minum seharian.
Saya lalu berangan, andai suatu kelak ada produk tertentu yang bisa menjadikan
kita mampu menahan hawa napsu, pastilah puasa kita akan menjadi lebih kaffah,
perfect.
Sore tadi,
kira-kira setengah jam jelang Maghrib, saya berbisik pada Dek Gara. “Le, Ayah
kok pengin kopi ya.”
Ia menatap
saya lalu menukas sembari menjulurkan telunjuknya tepat ke hidung. “Ayah sih
nggak minum PediaSure tadi waktu sahur.”
PediaSure,
menurut Dek Gara, adalah solusi mengatasi keinginan ngopi. Begitu
kesimpulannya. Wah, ini sungguh bahaya! Jangan sampai statemen Dek Gara
kedengeran para penggemar kopi, sebab dikhawatirkan akan memicu migrasi
besar-besaran ke PediaSure.
“Kalau Ayah
pengin ngerokok, apa juga karena tadi nggak minum PediaSure ya, Le?” tanya saya
lagi.
“Ya iyalah,
Yah,” sahutnya mantap.
Sungguh lebih
berbahaya statemen ini! Amat laten!
Saya lalu
merenung, biasalah sok-sokan mikir yang ndakik-ndakik.
Jika PediaSure
merupakan solusi strategis mengatasi masalah haus dan lapar di bulan puasa
begini, bahkan kata Dek Gara bisa mengempatkan keinginan ngopi dan ngerokok di siang
hari, maka sangat relevan sekali bila mas-mas yang udah tua, gede, njengatan,
tapi cemen berpuasa, juga direkom minum PediaSure. Apa pun keinginan ragawimu
terkait asupan, PediaSure solusinya.
Iya ya, bukankah
harus diakui pula bahwa kadangkala kita memang membutuhkan “alat bantu” untuk
melakukan sesuatu? Jomblo butuh sabun atau lotion sebagai “alat bantu”
untuk menduduki kursi lelaki sempurna. Misal!
Misal lain, pengin
online ya harus punya gejet dan paketan data. Ya, begitu. Begitu juga
dengan keinginan kuat puasa seharian, layak dicoba untuk meminum PediaSure itu
sebagai alat bantunya.
Akan tetapi, di
sisi lain, memang tak berarti bahwa “alat bantu” selalu menjamin sebuah
pencapaian yang maksimal. Bukan sebab alatnya tidak mumpuni, tapi pelakunya
saja yang kurang waras. Misal lagi ya, lotion selalu ada di kamarmu,
tapi bagaimanapun ia bukanlah Hawa to. Ingat, Hawa bukan lotion.
Saya sejujurnya
agak cemas di sini untuk memastikan bahwa nasib PediaSure di tangan sebagian
mas-mas yang udah tua, gede, njengatan, tapi cemen berpuasa, takkan
selalu sesukses ia bekerja pada diri Dek Gara. Jika kecemasan ini yang terjadi,
yang tak berarti PediaSure-nya invalid, saya lalu membayangkan “alat
bantu” lain yang niscaya lebih sakti.
Apa itu?
SUNAT!
Iya, sunat
lagi aja itu mas-mas yang yang udah tua, gede, njengatan, tapi cemen
berpuasa. Umpama tahun ini ia disunat lagi gara-gara PediaSure nggak mempan
menjadikannya kuat puasa seharian, niscaya kepedeannya akan berkurang.
Setidaknya, sekadar contoh, kala berada
di deretan toilet umum. Kayak mal atau bandara.
Lha
disunat lagi kok, tentu jadi pendek lagi. Udah pendek, masih dipendekin. Lihat
deh punyamu! Jika tahun depan kok masih cemen berpuasa, sunat lagi. Begitu
seterusnya, sampai kepedeannya sebagai lelaki kuter sekuter-kuternya karena
terus-menerus disunati.
Saya yakin,
tiadalah lelaki yang bangga dengan kekuterannya, kendati kata para seksolog,
hal itu sama sekali bukanlah ukuran kepuasan akivitas seksualitas. Dr. Boyke
jelas tak salah, tetapi bagaimana perasaanmu bila istrimu kelak malah tertawa
kala sarungmu melorot ke lantai: “Iiihh, lucu, Maz….”
Anda juga bisa
membayangkan, bila sedang pipis di toilet umum, lalu di sebelah Anda ada
mas-mas sixpack, dehem-dehem dengan jantannya sambil buka resleting, lantas
begitu tititnya nongol, kok ya Allah….! Cilik-mentik kayak puntung Marlboro.
Ini sungguh anomali: sixpack tapi puntung Marlboro! Sekaligus indicator:
cemen puasa!
Pernyaannya
kemudian ialah siapa yang mampu mengemban tugas nyunat-nyunati mas-mas yang udah
tua, gede, njengatan, tapi cemen berpuasa?
Jelas bukan
Dek Gara. Juga PediaSure. Tapi FPI.
Lho, kenapa jadi
FPI?
Ah, Anda ini
kok pura-pura ndak paham gitu. Emangnya, apa sih yang nggak bisa dipaksakan
oleh FPI di sini? Negara gagal memaksakan suatu hal, ndak usah khawatir, kita
punya FPI. Ahok gagal dilengserkan, FPI pun bikin gubernur sendiri kok. Siapalah
yang sanggup begitu kecuali FPI coba?
Sosok Kapolri
pun tak lolos dari intimidasi FPI. “Oke, FPI takkan melakukan sweeping
asalkan polisi yang melakukannya.” Bukankah ini serupa dengan intimidasi: “Oke,
jika kamu bisa nginjak orang itu, aku takkan maju, tapi jika kamu gagal
nginjakin dia, aku yang akan nginjak-nginjakin dia.” Iya, to?
Lalu, kenapa
masih meragukan otoritas FPI untuk cuma motongi titit mas-mas yang cemen puasa to?
Jogja,
20 Juni 2015
Tag :
Kisah Keluargaku,
Yang Serba Nakal
4 Komentar untuk "MAS-MAS CEMEN HARUS MINUM PEDIASURE AGAR KUAT PUASA ATAU DIPOTONG TITITNYA"
besok kalo nemu mas-mas cemen ndak mau puasa, tak hubungi FPI Call center saja :p
Haaa...iyaaa
susah jaman sekarang, ramadhan 3 hari pertama tempat makan tutup abis itu buka sambil di tutup gorden, subhanallah..
Biasanya anak gak mau kalau potong titit,,, yg ini keren,
Perlengkapan Bayi