“Kamu nggak
sayang lagi padaku ya?” tanyanya.
“Sayang….”
jawabku.
“Tapi kok kamu
berubah?” tanyanya.
“Nggak kok,”
jawabku.
“Iya kok, kamu
berubah. Tolong jelasin aja dengan jujur,” katanya.
“Nggak kok,
aku nggak ada apa-apa,” jawabku.
“Kamu bohong,”
katanya.
“Sumpah,”
jawabku.
“Kamu nggak
terbuka begitu,” katanya.
“Sudah kubuka semuanya
padamu tanpa kecuali,” jawabku. *silakan
curiga.
“Tapi kamu
tetap telah berubah,” katanya.
“Aku nggak
ngerasa begitu,” jawabku.
“Setidaknya
menuruku,” katanya.
“Iya kan cuma menurutmu,”
jawabku.
“Ya iya,
karena aku yang merasakannya,” katanya.
“Aku beneran
nggak merasa berubah,” jawabku.
“Ah, sudahlah,
aku capek,” katanya.
“Aku juga,”
jawabku.
“Aku mau
pulang aja,” katanya.
“Aku juga,”
jawabku.
“Bye,” katanya.
“Bye,” jawabku.
****
Ini penyajian
cerita apa-apa pun coba?! Katanya,
jawabku, katanya, jawabku. Lemparin KBBI, tahu rasa deh! Tanpa sela narasi
suasana, setting, emosi, karakter
tokoh, dll. *Saking gedeknya sampai saya
nggak bilang apa-apaan, tapi apa-apa pun.
Guys, tanpa saya merasa perlu
menghabiskan waktu lebih lama lagi untuk membaca halaman kedua, ketiga, apalagi
keseratus, saya langsung akan menyingkirkan naskah novel ini.
“Why? Nggak adil iiihhh, hargain penulis dong, baca semua dong, capek tahu nulisnya,
sampai punggung bengkok gini, mana laptop dapat utang lagi, udah nunggak lagi
ngangsurnya…” kata penulis dengan nada meninggi.
“Enak aja!”
sahut saya dengan intonasi yang tak kalah tingginya.
Saya nggak
sudi ngabisin waktu sekian jam, sekian hari, hanya untuk membaca sebuah naskah
yang saya yakin sekali disajikan dengan teknik yang amburadul. Lebih baik saya
ngopi, tennisan, futsalan, jalan-jalan, ngobrol, nonton bola, atau tedooorrr.
“Weh! Egois!” sergah penulis. “Boleh jadi
di halaman 20 ntar ada kerennya.”
“EGP!” tukas
saya.
Saya punya
dasar metodologis untuk langkah yang saya terapkan ini. Dan saya kira penting
bagi penulis untuk mengetahuinya. Dan saya yakin, list ini dipakai secara umum oleh penerbit-penerbit lain.
Pertama, orang-orang akan menilai orang
lain dari kesan pertama. First signal.
First impression. Kau tidak berhak
sama sekali untuk memaksa orang bertahan jalan denganmu dengan dalih, “Ntar aku
bisa memberimu sikap yang manis kok, kalau yang kemarin aku marah-marah itu hanya
selentingan, selingan, bukan aku yang sesungguhnya. Jadi plis jangan keburu ngejudge aku.”
Hemm, enak
aja!
Self excuse.
Dunia rame
hari ini kagak demen pada argumen meminta pemaafaan atas diri sendiri. Meminta
orang lain selalu mengertimu. Apalagi dunia industri. Jika kau menulis novel
yang membosankan di 3 halaman pertama, jangan meminta pembaca untuk bertahan
terus membacanya sampai 200 halaman dengan dalih, “Di belakang, banyak lho
pesan inspiratifnya, juga setting-nya
yang keren.” *Iya, di belakang sekali, di novel lain yang ketumpuk di belakang
novelku.
Jadi, jika kau
melakukan kesalahan yang membuat orang lain gedek padamu, kau tak berhak sama
sekali untuk menuntut orang lain untuk melebarkan dadanya agar memberimu waktu
lagi dan lagi. Itu dunia orang lain, bukan duniamu. Itu hak mereka, bukan
hakmu. Dan kau tidak laik memasangkan hakmu pada hak orang lain. Pasti nggak
pas! Kamu gemuk, dia langsing, beda banget kan? Ngoaahhaaa…
“Waktu melaju sangat cepat, siapa yang tak
bisa memberikan sikap, karya, terbaik padanya, maka ia akan terlibas tanpa
ampun,” kata sang mativator yang gagah perlente dari atas mimbar, meski saya
tahu dia kalau sedang di rumahnya selalu dibentak istrinya untuk ngepel dan ngulek sambal.
Tak ada
pilihan apa pun bagimu kecuali berikan first
impression yang hangat, keren, dan memikat.
Jangan
coba-coba menulis cerita yang njelehi,
bosenin, di bagian awal karena itu pasti ditinggalkan pembacanya. Sama persis
dengan jangan coba-coba songong belagu banget tingkahnya kayak orang paling
cantik se Jogja jika tak ingin anyep
selamanya. Tahu anyep? Ambil air yang
sudah ditaruh di kulkas semalaman, lalu campurin dengan es batu, tambahin soda
sebotol, lalu pakai untuk cebok/cawik.
Begitulah gambarannya. Ngoooaaahaaaa…
Kedua, orang-orang akan menilai
konsistensimu. Boleh saja first
impression-mu keren, memikat hati seorang lelaki muda bermobil Honda Jazz
RS putih, lalu kau berkesempatan jalan dengannya. First impression-mu mencerminkan kau orang yang rendah hati, low profile, tidak belagu. Tapi giliran
tiga kali diajak makan, kau memperlihatkan rasa eneg, mual, bahkan mau muntah jika
dibawa makan ke Taman Bungkul atau Alun-Alun Kidul.
“Lho kamu
kenapa? Nggak suka ya makanan lesehan begini?”
“Iya, alergiku
kambuh nih, cocoknya yang pasta-pasta aja…”
*Lalu besoknya
saya akan sodorin pasta gigi biar dia makan buat sarapan. Bye! Happy anyep again and again.
Kau harus selalu
memberikan konsistensi sekeren first impression-mu.
Harus! Jangan PHP pembaca. Beri pembaca kepastian dan keyakinan bahwa tulisanmu
stabil kerennya, jlebnya, chemistry-nya,
dari halaman awal sampai akhir. Halaman-halaman awal keren, ehhh…kian lama kok
kian mbulet, muter-muter kayak odong-odong, ya sudah saya kan ucapin wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh *jawab kenapa sih orang panggil salam gitu? Jadi curiga ini
halaman-halaman awal nulis beneran sendiri atau copas ya?
Ketiga, orang tak suka digombalin. Suer!
So, jangan pernah gombalin pembaca dengan
naskah novel yang sok tebal, kayaknya penulis hebat, kaya konflik, setting detail, temanya guedeee banget, padahal aslinya hanya
kepalsuan. Setiap helai naskahmu haruslah memang memainkan peran penting bagi
keseluruhan ceritamu. Setiap dialog dan narasi, adegan apa pun, haruslah
menyumbangkan kekuatan bagi keutuhan ceritamu. Haruslah menjadi bagian dari
kisi-kisi keutuhan ceritamu.
Jangan
gombalin pembaca dengan naskah yang bertebal-tebal padahal sebagian besarnya
hanyalah helai-helai nggak penting, ditebal-tebalkan. Itu naskah yang penuh
kepalsuan!
“Jadi?”
“Apanya?”
“Ah, pura-pura
lagi…”
“Iya, apanya?”
“Yang kemarin
malam?”
“Ehmmm…”
“Lhah…”
“Lupa…”
“Ah…”
“Yeee, lupa
kok…”
“Aku serius…”
“Aku juga…”
“Ya jawab…”
“Bentar….”
Mainin HP.
Senyum sendiri.
“Ehhh….”
“Sorry…”
“Gimana?”
“Apanya sih?”
“Tadi…”
“Yang mana?”
“Iihhhh…”
“HP?”
“Bukan…!”
“SMS?”
Menggeleng.
“BBM?”
Menggeleng.
“WA?”
Menggeleng.
“Apa?”
“Jawabanmu….”
“Hemmm…”
“Ayo…”
“Bentar….”
Mainin HP
lagi.
“Ah kamu!”
“Ehhh, jangan
marah.”
“Aku nunggu
ini….”
“Nunggu apa?”
“Jawabanmu.”
“Iya.”
“Malah iya.”
“Gimana ya?”
Diam.
Aku juga diam.
Detik demi
detik berlalu tanpa suara.
“Udah?”
“Apa ya?”
“Haduh…”
Sumpah mati gedek
banget dipalsuin begini. Guys, catat
nih, selugu-lugunya orang ya kagak ada yang sudi dipalsuin, digombalin. Apalagi
pembaca yang udah buang duitnya sekian puluh ribu untuk menebus novelmu,
ehhh…ternyata sebagian isinya adalah kepalsuan!
Kau beli tahu isi
seharga tiga ribu perak aja, ternyata begitu dibawa pulang, mau dimakan, isinya
rumput coba? Bayangin tuh… Dikira kamu sapi kali ya. Pisss…
Keempat, jangan ruwet aja jadi orang.
Kagak ada orang yang suka bergaul, apalagi berhubungan, dengan orang yang
bawaannya ruwetttt melulu. Apa-apa
dibikin ruwet. Udah kayak mantannya
Saskia Gotik aja. Kesannya biar intelek, cerdas, cendik pandai, telik sandi, bank plecit (halah…).
Pembaca hanya
ingin membaca cerita yang menghiburnya atau memberikan pesan bermanfaat untuk
hidupnya. Sebagian bahkan hanya pure
mencari hiburan belaka. Saat kau buat kepala mereka bengap babak belur benjol
morat-marit sampai persegi empat kayak kepala Sponge Bob akibat ditinjuin
tulisanmu yang ruwet bin rumit, pastilah kau akan dicampakkan.
Alur tentang
makan frechfries aja sok banget difilosofikan
dengan filsafat Language Game Ludwig
Wittgenstein atau filsafat Gadamer tentang “Obyek yang menciptakan bahasa,
bukan subyek”.
Simply reading, simply story, simply life.
Catat nih,
Guys: “Orang cerdas adalah orang yang
mampu menyederhanakan hal rumit, bukan merumitkan hal rumit, apalagi merumitkan
hal sederhana”.
Kelima, saya teringat ada janjian sama Rama @damar_kembang dan Lora @abdulhamid82. FYI aja, berani
melanggar janji sama mereka, hidupmu akan menderita. Udah berasa di depan
neraka aja. So, pesan saya, jangan
pernah ingkar janji sama mereka, meleset pun jangan, apalagi membantah nasihat,
wejangan, atau taushiyah mereka. Jika
di dunia ini masih ada orang bersih, saya yakin itu pasti mereka! So, tulisan ini to be continued aja.
Next…
Tag :
Pasar Makalah,
Yang Serba Nakal
80 Komentar untuk "MENGAPA NOVELMU SAYA TOLAK? (BAGIAN I) (Catatan yang Bisa Bikin Kalian Gedek, Tapi Saya EGP Aja)"
Setiap helai naskahmu haruslah memang memainkan peran penting bagi keseluruhan ceritamu. Setiap dialog dan narasi, adegan apa pun, haruslah menyumbangkan kekuatan bagi keutuhan ceritamu. Haruslah menjadi bagian dari kisi-kisi keutuhan ceritamu.
Bagian ini saya ambil ya, Pak ... :D
Buat ditempel di atas monitor
Itu contoh penggarapannya nyebelin banget deh, haha sepakat dg isinya. :)
terimakasih ilmunya :)
Ahihihi, masukan yang keren ... cara nyampeinnya krispi ... *krauk*
Hihihi ;-)
Cuma mo nyahut salam di atas;
Wa'alækumus Salam wa Rahmatullahi wa Barakatuh :-)
hahaha...., mantabs banget nasihatnya, sampai sy juga terbawa bosan dgn kata2 awalnya.., yg suka pake ku, nya...,
Keren banget ini pak, nampol isinya, bikin nusuk ampe ke hati... hehehehe.... ajiiiib deh.
Cakeplah! Bikin tubuh ingin segera duduk di depan laptop dan baca kembali halaman awal!
Makaciiiihhhhhhhhhh Pak!!!!!! Copas lalu save, buat dibaca setiap malam sambil jaga lilin di depan laptop.
Dilakban di motor jg
Sy juga sebel kok setelah baca lg
Sami sami
Rasa barbeque cap pentungan
Orang baik ini
Iyaa bosenin emang tuh siapa sih yg nullis
Asyikkkk
Saat baca lagi langsung nunduk
Nulis nyambi ngepet ini
jleb bingitssss
First impression, konsistensi, makna, dan jelas.
Kalo baca yg ktnya jawabnya, rasanya pgn lgsg scroll ke bawah, skip skip, haha
Makasi Pak :)
sugoi~ X))
Ganteng, pak! :D
Keren Pak! Jadi inget waktu pertama kali baca novel terbitan Diva yg judulnya Aidoru ni sekai no yoroshiku. Cerita dan bahasanya sederhana tapi dari halaman pertama sampe akhir stabil terus. Karakternya kuat, dan bisa menginspirasi, sejak itu jadi keterusan baca novel-novel terbitan Diva lainnya. X)
Mak jleb nih, mas. memang ngebosankan kalau membaca percakapan seperti di atas. haha..
Wah, ini bisa dijadikan gambaran, dan berlaku tidak seperti itu, biar gak dicampakkan, hehe.
hahaha!! BENER BANGET!! sering sebel kalo udah beli buku ternyata isinya amburadul!!
ada yang bercerita sendiri (nggak meduliin pembaca)
ada yang alay (tanda bacanya itu lho... hadeeeehh)
kalo udah gini pengen teriak ke penulisnya: "KEMBALIKAN UANG GUE!!"
jangan terlalu menohok,... buatlah penikmat berfikir sejenak dan menemukan jawabannya
eh... itu bicara soal seni...
apakah menulis itu bukan termasuk seni ya
emmmm...
kira2 apa kata yg tepat ? dan tindakan apa yg lbih brmanfaat dri pd sbtas kata? ini PR BERSAMA YA BAGI PARA PENULIS :D
Rama @damar_kembang dan Lora @abdulhamid82 itu siapa ya?
Si Kakak IPS keponya hidup ==,
*ikutan OOT
ini kalau bisa dibilang curcol juga ya? XD
kak, aku mau ambil dialog yg bikin jengkelnya buat dibagikan di FB-ku ya
tadi baca dialognya bikin sebel gak lama ingat ini naskah orang jadi mau ngakak :v
nyesek banget bacanya :'( #umpetintulisansendiri
tapi kebanyakan, novel yang ku baca ngga sederhana kenyataannya terlalu banyak kiasan, tapi tetep diterima... bingung dengan kata sederhana itu sendiri maksudnya seperti apa
Nyesek gilaaaa...
Dan sy nggk paham heee
Itu taipan jogja lagi cari bini tuh
Mangga atuh
Bkn ttg kiasan or diksi jg tp gk bikin jidat benjol bacanya sih
Semoga segera sehat xd
Gpp namanya perjuangan xd
Iyaa balikiiinnnnnn
Semoga sukaa
Semoga manfaat n praktikkan
Ket biyennn xd
Ngakak trus merenung
wow, keren tipsnya. buat novel ah..
izin copas.
buat motivasi plus hiburan tersendiri
terima kasih ilmunya sesepuh, ane jadi tahu cara nulis novel dan cerita yang bener....
tanks bikin tambah termotivasi untuk menghasilkan sebuah karya yang harusnya lebih baik he he he he
SEMANGAAAAAT..!!!!!!
ayoo cemumut
silakeun
tinggal action atuh kang
semangaaatttttt eaaaaaa
Bener banget, Mending melakukan hal yang lain daripada membaca Naskah kayak gitu.
Hehehe.. Lucu bangettt artikelnyaa! >,<
Mudah-mudahan tulisanku gak termasuk naskah yang bikin gedeg parah kaya yang dibahas di blog ini, hehehe..
Yang pengin baca2 novel gratis, mampir ke sini yuk! ;)
http://nayacorath.wordpress.com
Ketawa-ketawa sendiri baca percakapan yang "hmm","yaa?","apa ya?" :D Masukannya nusukk tapi bener bgt :)
saya juga..
Emang CEO paling koplak, jadi merasa tersungging >_<
Terima kasih ilmunya, yakin banget bermanfaat.
Subhanallah, semoga Allah balas. Aamiin
gak perlu banyak waktu, bagian katanya jawabnya lagsung di scroll, skip ke bagian selanjutnya. wkwkk. terimakasih pak.
setuujaahh
tusukan yang penuh ikhlas tentunya
ukhti terlalu berlebihan pada ane, afwan yaa xd
yaaa emang gitu risikonya
Bersediakah Kang Edi baca naskah saya? hihihii... tenang aja, gak nyebelin kok. Suwerrr!!! :D
Woaaaah cetar bangeeet iniiii, Pak Edi.... *langsung pelototin naskah sambil bawa golok buat nebas2in bagian yang nggak perlu atau dialog nggak penting :D
nice post pak, sungguh buat koreksi--->>>> swiiiiiiing lirik naskah sendiri (^_^)
Anda perlu baca cerpennya Joni Ariadinata!!
Saya sudah baca beliau luar dalam. Cerpen dan orangnya. Kami sahabat sejak tahun 1996 :))) :p
ingin belajar menulis cerita, sungguh :)
terutama bacaan untuk anak-anak..
matur nuwun infonya :))
Andai disuruh baca dialog yang kayak di atas itu kira-kira 20 halaman saja, sepertinya bukan hal yang mustahil kalo bikin saya jadi muntah,panas, dingin, pening, diare *sambil mbatin, ini cerita apa mantra dukun beranak sih :P
baru baca awalnya aja udah ngakak, tanyanya, jawabku, katanya, jawabku.. hahaha
itu novelku yang dibuang sama mas edi tuh ! he he he
apalagi saya
Dialog yang bikin gedek itu kayaknya di file laptop saya banyak #ehh
Hatur nuhun infonya...mas Edi
Yaa ampuun p edy hh tonjok langsung nih saranya ...bagus..bagus sy br nemuin .
nggak ngerti.. maksudnya apa ya?
sabar ya mas...
itu sih baca sms orang kali min bukan novel :v kkkkk
iya setuju banget ..
aku sering beli novel tebel, .. bacanya sampek gempor, isinya monoton.. walah.. rugi ..
Bila novel kita di tolak, itu berarti novel kita sudah hampir akan terbitkan.
Terus berjuang!
Ngk punya dasaran menulis dan menyampaikan, makanya gitu
Sip..catet