Hidup kadang memang tak
sesuai inginmu. Lalu kau merasa hidup tak adil padamu. Hidup tak pernah salah.
Kau pun tak salah. Hidup dan kau hanya sedang berada di sebuah persimpangan
jalan, lalu hidup dan kau memilih ingin yang berbeda.
Inyong
Lupakan
quote
yang inyong
karang untuk rika
yang para penggalau itu yak.
Galau karena segala daya upaya belum membuahkan hasil untuk dapat kekasih (misal)
hingga galau lantaran belum juga gol cerpennya untuk #LelangNulisNovel. FYI
aja, semalam MU menang lho, dua gol and clean sheet,
bahkan gol pertama Wayne Rooney begitu sepektakuler. Inyong
seneng pisan atuh,
mau syukuran ah…
Guys, setiap #LelangNulisNovel
inyong
buka, ya you know-lah,
as usual ka’adadihi,
pesertanya mbludak kayak kuwek.
Antusiasme peserta tinggi, selain emang tak setiap minggu inyong
punya kesempatan menggelarnya. Maafin inyong yakkk. Rika aja nesu yaakkk.
#LelangNulisNovel
periode 16 April 2014 lebih dari 50 peserta yang sampai meneruskan ngirim
cerpennya. Kalau yang sekadar hangat-hangat empot-empotan cuma kirim email
kosong, ya akeh banget yak.
Biasalah kayak kuwek inyong wes orak gumun
babar blas, menggebu di awal, lalu
lemes di belakang. Emosi sesaat, niat kurang.
Mulanya,
inyong
nemuin 3 cerpen yang “baik”. Inyong
baca sampai tiga kali ketiganya. Satu cerpen inyong delete kemudian karena
ada selip logika. Konsistensinya gagal. Tinggal dua. Yang dua ini inyong
baca lagi. Inyong delete
satu lagi, karena beberapa paragraf terlalu saklek/kaku dengan struktur
kalimat. Kurang lugas sih. Inyong kandani yak,
bikin kalimat fiksi itu jangan terjebak kekakuan struktur kalimat atuh. Coba rika
baca postingan inyong
tentang itu di blog inyong.
Akhirnya,
inyong
nemu satu cerpen. Ya, ini yang inyong posting.
Bahwa
cerpen ini lalu absolutely
keren, inyong
tidak ngomong kayak kuwek yakk.
Misal, endingnya kurang jleb.
Iya, betul. Tapi inyong
kasih pengertian karena cerpen ini hanya boleh ditulis 5 halaman, dan itu
memang tak sederhana untuk bisa menciptakan keutuhan struktur cerpen secara
komplit. Mncerminkan keutuhan sebagai sebuah cerpen dan kemampuan tekniknya. Jadi,
minus dikit-dikit ya inyong
maafin aja.
Punten yak. Sekali lagi, rika-rika aja nesu karo inyong yak, inyong teh
manusia biasa kayak rika, jadi isa bae inyong agawe rika kecewa kayak kuwek.
Dibaca yak,
ikutin #LelangNulisNovel periode berikutnya yak, sok atuh,
mangga…. *lalu keluar cerpennya utuh tanpa editan sedikit pun*
Cafe Lovers
(Luka dan Kenangan)
“Ersen,
kau tidak mau ikut?” tanya seorang gadis berambut panjang bergelombang di sana.
Lelaki
yang diberi pertanyaan hanya tersenyum sekilas sambil menggeleng pelan. “Tidak,
Ayla. Kalian saja. Aku ingin langsung pulang dan istirahat,” tolaknya halus.
Ayla
hanya mengangguk dengan ekspresi kebingungan. “O-oh, baiklah kalau begitu. Kami
pergi dulu,” pamitnya.
Gadis
itupun melangkahkan kaki beriringan dengan kawan-kawannya menjauhi pintu tempat
mereka bekerja. “Aneh. Kenapa ia selalu menolak ke Velvet Cafe?”
***
Ersen
Yafuz menelusuri jalan setapak Galata dalam diam. Hatinya terasa campur aduk
saat ini. Sepertinya lelaki itu butuh menenangkan hati dan pikirannya.
Sebenarnya,
Ersen sempat mendengar penuturan terakhir Ayla –rekan kerjanya. Tentang suatu
tempat bernama Velvet Cafe. Salah satu kafe ternama di Istanbul karena desain
interior yang memberi kesan hangat pada pengunjung yang datang. Tapi tidak bagi
Ersen.
Velvet
Cafe merupakan kenangan rumit baginya. Ada suatu hal yang mengharuskan ia menjauh
dari tempat itu. Namun, sebagian dari dirinya tidak ingin terlalu jauh dari
bangunan itu.
Langkah
kaki Ersen terhenti ketika ia sampai di suatu tempat. Jemari panjangnya
tergerak untuk melepas kacamata yang membingkai wajah sempurnanya. Kedua mata
Ersen menutup sejenak, merasakan hembusan angin yang membelai surai cokelat
gelapnya.
Perlahan,
kelopak mata lelaki itu terbuka. Ia pun disuguhkan warna biru nan menenangkan
dari Golden Horn[1]
di hadapannya.
Ya,
Ersen sedang berada di Galata Bridge. Inilah yang biasa ia lakukan di saat
pikirannya kembali memutar kenangan itu. Kenangan yang amat menyakitkan.
“Ersen,
kau harus bisa melupakannya...” bisiknya, lirih.
***
“Ayla...”
Merasa
terpanggil, gadis bernama lengkap Ayla Kurt itu menoleh ke Sahan, si penjaga
kasir sekaligus seseorang yang telah memanggilnya. “Kau memanggilku?”
Sahan
hanya menghembuskan napas berat, tetap menjaga image ‘charismatic’-nya. “Ada pelanggan yang sedari tadi
melambaikan tangan ke arahmu. Kau tega membuat mereka menunggu?”
“Astaga!”
pekik Ayla, tersadar setelah melihat dua orang wanita memasang ekspresi jenuh. Gadis
itu segera menyambar buku menu di dekat kasir dan berjalan cepat menuju meja
yang dimaksud Sahan.
“Selamat
datang di Galata Cafe, maaf sudah membuat anda menunggu lama...” Ayla segera
menyodorkan buku menu yang ia bawa. “Jadi... mau pesan apa?”
***
Ersen
masih setia dengan titik yang ia pijak saat ini. Seakan kedua telapak kakinya
memiliki perekat amat kuat hingga malas untuk bergerak.
Lelaki
itu mencoba untuk mencari pemandangan lain. Di sepanjang Galata Bridge ini
memang cukup ramai. Banyak orang menyalurkan hobi mereka, memancing atau hanya
sekedar jalan-jalan dan melihat-lihat, sama seperti dirinya.
Ia
mencoba untuk mengalihkan sorot matanya ke titik lain. Matanya tiba-tiba
membulat, setiap syaraf di tubuhnya seakan membeku, kacamata yang ia genggam
langsung terjun begitu saja.
Kenangan
itu sedang berada di dekatnya.
***
Usai
mengantarkan pesanan pelanggan yang sempat terbengkalai tadi, Ayla kembali
berdiri di samping Sahan. Pandangan gadis itu menerawang seakan memikirkan
sesuatu.
“Ada
yang mengganggumu?” tanya Sahan, memecah keheningan.
Ayla
sedikit terkesiap dengan pertanyaan Sahan yang tiba-tiba. “Tidak... Em,
sebenarnya ada. Aku hanya penasaran...”
“Penasaran?
Soal?”
“Ersen.
Aku hanya bingung dengannya. Kenapa ia selalu menolak kalau diundang ke Velvet
Cafe?”
Senyum
misterius terulas di wajah Sahan. “Sudah kuduga kau akan menanyakan itu.”
“Kau
tahu sesuatu?” Sahan hanya mengangguk sebagai respon. “Beritahu aku~” pinta
Ayla.
Hembusan
napas terlepas dari sela bibir Sahan. “Kau tahu kan, sebelum bekerja di sini
Ersen bekerja di Velvet Cafe?” Anggukan diberikan Ayla sebagai jawaban. “Saat
Ersen bekerja di sana, ia pernah bertemu dengan seorang gadis. Percakapan yang
semula hanya sebatas antara pelanggan dan pelayan, terus berlanjut hingga
keduanya semakin dekat. Ersen juga menaruh harapan besar pada gadis itu.”
“Lalu,
apa selanjutnya?” potong Ayla, penasaran.
“Ada
saat dimana si gadis tidak mengunjungi Velvet Cafe selama berminggu-minggu.
Namun, akhirnya ia kembali setelah dua bulan absen dari jadwalnya. Dan kau tahu
apa yang terjadi?”
***
Tanpa
komando, kedua kaki Ersen melangkah maju mendekati orang itu, kenangan yang
selama ini ingin ia hilangkan. Gadis itu.
Kini
keduanya hanya terpisah jarak sepanjang tiga meter. Tidak ada yang Ersen
lakukan, hanya memandangi gadis itu dari jauh.
Merasa
diperhatikan, akhirnya gadis berambut pendek sebahu itu berbalik, menatap
langsung ke arah Ersen.
“Adile...”
panggil Ersen, amat lirih. Namun masih dapat didengar oleh gadis di hadapanya.
Gadis
itu –Adile semula terkejut. Namun, senyuman tipis mengembang di bibir tipisnya
menggantikan ekspresi shock-nya.
“Maaf,
tapi kau siapa ya?
“Gadis itu... kehilangan ingatannya...”
***
Tentang penulis
nama
asli : Rosyidina Afifah (@Och1e_chan)
NOTE: Tuk Rosyidina Afifah plis segera buat sinopsisnya yak, akan inyong
bombing sampai jadi novel, lalu terbit secara masif, lalu mejeng deh novel rika
di took-toko buku nasional. Tapi, pesen inyong, rika kudu serius atuh
selama masa bimbingannya yang hanya 4 bulan.
Tag :
KampusFiksi
5 Komentar untuk "CERPEN TERBAIK #LELANGNULISNOVEL PERIODE 16 MARET 2014"
wuiiiih enak nyooo dapat bimbingan. Inyong mau dong pak edi
Rika ke mana atuuh
alhamdulillah~ :)
terimakasih banyak, pak bos~ :D
saya akan berusaha semaksimal mungkin ^^)9
-@Och1e_chan
mau ikut tapi langsung nyera karna berlatar tempat yang masih nihil informasi.
pak edi mau kasih solusih biar gak nyerah nulis karna di minta latar tertentu?
Kapan kah ada lelang novel lagi? ^_^ #ngarep