"Sekarang
pergilah kau kepada kebesaran!
Puncak dan jurang, keduanya sekarang telah
menyatu!”
Nietzsche
10 Juli 1999, sebuah cerpen saya
tulis khusus sebagai ode bagi Kurt Cobain, pentolan grup Nirvana. Saya
penggemarnya –meski levelnya tercampur-aduk dengan gemarnya saya pada lagu-lagu
Guns and Roses dan Metallica.
Cerpen berjudul “Pistol Jembatan
Aberdeen” itu pernah dimuat koran Republika –entah tanggal berapa.
Honornya Rp. 100.000. Sampai kini, saya masih rajin memutar lagu-lagu Nirvana,
terutama Smeels like teen spirit.
It’s fun to lose dan pretend...
Apa yang bisa kita sangkal dari
kepura-puraan merasa bahagia, kaya, pintar, terkenal, dan diperhatikan?
Bagai bepergian semobil dengan
perempuan asing yang baru saja dikenal secara kebetulan, setelah saling lirik
di sebuah titik keramaian, lalu dilanjutkan dengan dinner, kita saling
berkisah tentang siapa diri kita, bagaimana pandangan hidup kita, apa saja
prestasi-prestasi kita, diakhiri dengan ritual saling memuji lawan bicara kita.
Di sosial media, kita pun fasih melakukannya: berpura-pura kenal baik,
berbincang intim sampai mengalpakan anak-anak yang memanggil-manggil, pula
suami/istri yang membutuhkan sesuatu dari kita, demi kepura-puraan.
Dunia kita kini adalah semesta
kepura-puraan!
Saya memetik daun-daun dari
pekarangan rumah nenek, lalu merebusnya untuk disantap pada suatu pagi sebagai
sarapan, lantas saya mengatakan kepada khayalak daring betapa bahagia sungguh
sangatlah sederhana –cukup memamah dedaunan dari pekarangan. Saya berpura-pura
bahagia, padahal lose and pretend.
Nun di sana, seorang gadis dengan heroik
menusuk mata seekor kitten dengan caption “hukuman bagi
pencuri ikan makan malamku”, menginjak kepalanya dengan ujung heels
hingga pecah. Ia berpura-pura bahagia, padahal lose and pretend.
Sesosok lelaki muda yang masih menadahkan
tangan kepada bapaknya sedang merayakan kebahagiaan berkat sebuah tulisan
dimuat di sebuah media yang sangat diidamkan. Ia bilang, “Tak nyangka tulisan
yang kubuat ala kadarnya ini dimuat....” Ia berpura-pura abai, padahal sedang lose
and pretend.
Load up on guns and bring your
friends....
Mengapa kita sungguh gemar merayakan
kekalahan dan kepura-puraan?
Sebab kita adalah “kebun binatang
manusia” –kata Desmond Morris.
Perhatikan para penghuni kebun
binatang –makhluk-makhluk yang terpenjara dengan asupan makanan yang tak perlu
dicemaskan lagi. Mereka kenyang di antara keterkungkungan, keterjebakan.
Demikianlah ihwal kita. Kita mengidami
kebahagiaan, tetapi kita sendiri yang memenjarakan kebahagiaan pada definisi-definisi
absurd, tak tulus, penuh kepura-puraan. Wajar kita lantas menjelma pecundang,
orang-orang kalah yang menyangka menang padahal dibunuh oleh denifisinya
sendiri tentang menang!
Kita semua membanting tulang mengeduk
rupiah –sebagai ekspresi atas definisi kebahagiaan adalah uang yang banyak. Sudah
pasti berjubel harga mahal harus kita tumbalkan –waktu, kebersamaan, sempat tertawa,
menikmati kriuk tempe goreng kering, kental kopi pahit, kebulan asap rokok, dan
wajah-wajah kerabat dan sahabat.
Kita sepenuhnya dibentuk oleh
definisi yang kita kerap memuakinya: sibuk, sibuk, dan sibuk. Rutinitas,
rutinitas, dan rutinitas. Menyongsong kebahagiaan? Bukan ternyata. Tapi kematian!
Bahkan kematian nurani sebelum benar-benar jasad dibuang.
It’s fun to lose dan pretend...
Saya mencari-cari kebahagiaan di
mana ia bersemayam. Semakin keluar, mengembara jauh, ke negeri-negeri seberang,
ke jejalan buku-buku menggunung, ke samudera teori dan pemikiran, ternyata
semuanya adalah perayaan kepura-puraan dan kekalahan. Menyangka deretan bacaan
berbanding lurus dengan deretan kebahagiaan berkat kekayaan perspektif terbukti
tak pernah menolong saya untuk mendapatkan apa yang paling saya buru seumur
hidup: kebahagiaan.
Kurt Cobain mengisi pistolnya, lalu
menembak kepalanya. Itulah detik ia menemukan cara terbaik untuk menghentikan
perayaan-perayaan kepura-puraan dan kekalahan. Ia menang –definisi kita menyebutnya
pecundang!
Ernest Hemingway memilih cara
merenung di sebuah kafe tua di bilangan Old Havana untuk menumpas kepura-puraan
dan kekalahannya. Dari sudut senyap itu, ia melahirkan karya-karya abadinya.
Para emir kepalang kaya dari
Timur Tengah berlibur dengan membooking pantai-pantai di Prancis nyaris sebulan
penuh dengan fasilitas super premium untuk menekuk kepura-puraan dan
kekalahannya.
Semua kita adalah kesejatian penggembala
kepura-puraan dan kekalahan. Setiap kita adalah kesejatian pecundang yang brjuang
total untuk merehasiakannya dari siapa pun –meski kita mafhum, semakin
mencitrakan yang sebaliknya semakin benamlah kita pada perayaan kepura-puraan
dan kekalahan. Konyolnya kita, ya!
Untuk alasan demikinlah, kita membutuhkan
kesedihan, menyendiri, merenung, menyalahkan diri, menyesali, pula depresi.
Dalam kesendirian dan kesunyian, kita selalu berhasil menjadi jujur pada diri
sendiri dan Tuhan, betapa kita benar-benar tak lebih dari kumpulan binatang
manusia di sebuah kebun binatang bernama kota.
Saya ingin menyangkal gemetar yang
merayapi sekujur tubuh ini. Tetapi selalu gagal....
Jogja,
23 Pebruari 2016
Tag :
Siapa Manusia Itu ya
6 Komentar untuk "IT’S FUN TO LOSE AND TO PRETEND (Merayakan Kekalahan dan Kepura-puraan)"
Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi...
Mak Jleb... Ngek...
Share cerpennya yang diceritakan itu dong,mas edi.
kebenaran itu, langsung menusuk ke dalam kalbu.
alangkah berbahagianya aq yg bodoh ini, andai dapat bertemu, bicara, duduk bertatap muka bersamamu ya akhi, ditemani oleh secangkir coklat susu panas dan kepulan asap rokok, diantara malam2 temaram kita berdua..
kebenaran itu, langsung menusuk ke dalam kalbu.
alangkah berbahagianya aq yg bodoh ini, andai dapat bertemu, bicara, duduk bertatap muka bersamamu ya akhi, ditemani oleh secangkir coklat susu panas dan kepulan asap rokok, diantara malam2 temaram kita berdua..
CASINO HOTEL, Las Vegas, NV - JM Hub
CASINO HOTEL, 논산 출장샵 Las Vegas NV 89109 - Use 김해 출장안마 this simple form 군포 출장샵 to find hotels, motels, and other lodging near CASINO HOTEL, 제주도 출장안마 Las 익산 출장샵 Vegas NV 89109.