Personal Blog

HUMAN ERROR

Kata “maaf” jelas masih jauh lebih menghibur dibanding kata selainnya yang mewujud sebagai topeng alibi, apologi, dan menghindari tanggungjawab. Meski kata maaf itu pun takkan pernah menyelesaikan masalah yang timbul akibat sebuah keteledoran yang tak seharusnya terjadi.
Begitulah human error terjadi dimana-mana. Dari instansi pemerintah, kampus, swasta, hingga perusahaan-perusahaan elit bonafit, apalagi yang masih kecil alit-alit.
Orang atas banyak bicara tentang Standart Operation Procedure (SOP) sebagai manhaj, silabus, dan pedoman kinerja. Banyaknya orang yang terlibat di dalam sebuah proses kerja tertentu, jelas memungkinkan terjadi miss and miss di titik tertentu di dalamnya. SOP dihasratkan sebagai jembatan penyambung pengikis potensi miss tersebut.
Tapi, SOP tetaplah hanya tulisan, sebuah teks, yang akan tetap diam membisu jika tidak disentuh oleh manusia pelaksananya. Sama persis dengan kitab suci dan undang-undang apa pun, ia hanya akan berhenti sebagai teks mati jika tidak menjiwai orang-orang yang melaksanakannya.
Menjadi korban dari kegagalan penerapan SOP, yang jelas akibat human error, jelas amat menyebalkan. Kita jadi terperam sebuah masalah yang mestinya tak perlu terjadi pada diri kita hanya gara-gara kesalahan kinerja seseorang di dalam rangkaian kinerja kolektif tersebut.
Ironisnya, lalu si pemicu masalah itu seringkali tak mau membuka diri bahwa memang dialah biang kerok masalah itu. Lebih parah lagi bila masih diiringinya dengan pemasangan bemper kekuasaan yang dipikulnya.
Sempurnalah si korban terjepit sejepi-jepitnya.
Marah?
Pengen ngamuk?
Ya, ya, itu rata-rata ekspresi yang bisa kita lakukan kemudian. Meski, sekali lagi, itu pun takkan pernah bisa mengamputasi masalah yang telah kadung menyeruak ke wajah kita.
Ada solusi?
Telanlah masalah itu sebagai bagian dari realitas kehidupanmu, kendalikan diri, lalu lakukanlah langkah-langkah praktis untuk mengurai kembali masalah itu. Meski sungguh dalam proses ini dibutuhkan kelegaan hati kita untuk menempuhnya.
Di atas sana, di balik mejanya, seseorang yang melanggar SOP, tidak disiplin dengan kitab sucinya sendiri, mengangguk-angguk menikmati alunan musik MP3 yang begitu dicintainya. Tanpa pernah mengerti bahwa kita di bawah sini bermandi keringat, memeras otak, membunuh waktu, kehilangan energi, menghabiskan biaya bahkan, untuk menggunduli masalah yang dipicu oleh si penikmat musik di ruangannya yang dingin itu.
Ah, betul kata kawanmu itu, hidup ini kadang memang tidak adil. Ketidakadilan hidup ini sangat mampu membunuh kita dan orang lain. Tetapi, hal lain yang kudu selalu kita ingat, di balik ketidakadilan hidup itu, ada hikmah yang bisa diraih.
Ya, inilah kata-kata orang yang lagi tersudut: kembali kepada unsur metafisik, spiritual, karena memang hanya itulah yang bisa menenteramkan hati.
Beruntung, kita punya keyakinan spiritual…
Jogja, 4 April 2012
1 Komentar untuk "HUMAN ERROR"

Untuk mau kuliah, apalagi S3, tahapan pertama yang harus dilewati titiannya adalah sabar...sabar...sabaaaaaaaarrrrrr.....

Back To Top