Personal Blog

SALAH BACA, SALAH MAKNA, SALAH HIDUPNYA (RAHASIA SMS RIKA DAN INYONG)



Bagi rika yang paham bahasa Arab, niscaya rika tahu kata tilka. Buat yang nggak tahu bahasa Arab, inyong kasih tahu nih biar tahu karena tahunya rika akan membuat rika tahu maksud note ini sehingga tahu menjadi penting sekali di sini. *mbulet*
Kata tilka dalam bahasa Arab bermakna “itu” (jelas itu bukan ini). “Itu”-nya pun khusus cewek. Wanita. Upps, aja ngeres kayak kuwek atuh, inyong pertegas dengan segera, bahwa itu yang dimaksud adalah itu sebagai kata tunjuk gitu.
Misal:

“Itu Ve, dia bagian dari geng cewek galau, kayak Kim.”

Bahasa Arab-nya: “Tilka Ve, hiya minal galawiyyat, kamisli Kim.

Kata tilka di situ bermakna itu (khusus cewek, kalau cowok pakai dzalika). Jelas kan ya sekarang rika ngerti maksud tilka.
Then, inyong lanjutkan, kata tilka terdiri dari ta-lam-kaf. Bacanya tilka. Artinya itu. Iya, maknanya memang itu saja.
Tetapi, misal rika ketemu kata tilka yang ditulis dalam Arab gundul, tanpa harakat, lalu rika salah baca, menjadi talka, sontak maknanya pun begitu jauh telaknya. Kayak langit dan bumi yang tak pernah bersatu. Kayak fajar dan senja yang saling berpunggungan. Kayak air dan minyak yang selalu bermusuhan. Kayak harapan dan kenyataan yang doyan buatmu galau. Kayak inyong dan rika yang berjauhan didera jarak. Halah
Tulisan kata tilka dan talka sepenuhnya plek, sama. Tapi artinya begitu jauh panggang dari api. Ya nggak matang-matang kan, lalu kapan makannya coba kalau begitu?
Jika tilka bermakna itu yang sepenuhnya fisik belaka (ya hanya itu doang), maka talka bermakna suasana esoterik, jiwa, ruhami, perasaan. Halah banget kan, jauh banget kan. Iya, suasana batin yang tidak tenteram, begitu kacau, crowded.
Rika tak bisa mendudukan makna “Tilka Ve” dengan “Talka Ve” sejajar. Ia jauh sekali maknanya. Yang satu berarti “Itu Ve”, yang satunya lagi bermakna “Ve galau”. Jauh sekali kan efek telak salah baca begitu? Fatal!
Maka layak bagi kita semua, ya inyong lan rika sih, untuk menghindari kesalahan baca atau ucap sejenis itu agar maknanya tidak memantik kekacauan apa pun.
Itu baru kehati-hatian dalam membaca ya. Belum lagi yang lebih rumit, yakni kehati-hatian untuk menciptakan intonasi. Ya, bunyi atau nada ucapan. Mudah sih jika itu komunikasi lisan, karena jelas ada intonasinya. Tapi bakal rumit jika berupa tulisan.
Apakah tulisan memiliki intonasi?
Iya jelas, ada. Selalu kan, pengucap via SMS, BBM, WA, status, mention, dll., itu adalah manusia yang memiliki konteks yang melandasi tulisannya to atau pesannya.
Sebagai pembaca sebuah pesan tulisan, misal, kita nggak bisa mendengar ada nada intonasi apa pun di situ. Memang. Tetap aja itu hanya sebuah tulisan an sich. Tetapi, rika kudu menangkap intonasi dari pesan yang diterima. Kesalahan mengendalikan diri saat menangkap intonasi itu bisa memantik kesalahan konteks dan efeknya bisa buruk sekali.
Di sini, jelas rika dewek yang sepenuhnya berkuasa untuk menciptakan intonasi itu di hati rika, bukan si pengirim, apalagi inyong. Dan inilah letak sensitifnya ia membuhul sebagai “kebaikan” atau “keburukan”, sangat tergantung pada tangkapan intonasi pada diri rika dewek.
Misal rika dapat SMS dari inyong begini:

Aja kayak kuwek, inyong pegel…”

Jika rika bacanya dengan intonasi tinggi, hasilnya rika kan menyimpulkan makna SMS inyong sebagai “marah, membentak, menyalahkan, menyudutkan, menjatuhkan.” Akibatnya, rika jadi nesu karo inyong kan. Padahal rika tidak pernah tahu betul makna dan maksud SMS inyong konteksnya bagaimana. Jika inyong sama sekali tidak bermaksud negatif pada rika, maka kan rugi sendiri rika kuwek akibat kegagalan menciptakan intonasi itu. Rika jadi nggak bisa tidur dan makan enak kayak biasanya hanya gara-gara rika berlebihan menciptakan intonasi dari SMS inyong.
Maka, Guys, sikap terbaik untuk menyelamatkan diri dari “bom intonasi” sebuah tulisan ialah, pertama,  di-cooling down-in sajalah intonasimu. Iya, intonasi rika sendiri, bukan penulis pesan atau tulisan itu. Berhentilah meninggikan nada intonasimu sendiri, sebab itu rentan salah dan menjadi masalah. Turunin, rendahin, niscaya hasilnya akan lebih cool, adem.
Lalu, kedua, rika kudu selalu berpegang pada pemahaman prinsipil bahwa rika takkan pernah tahu konteks sebenarnya dari penulis itu. Justru rika dewek yang selalu menciptakan konteksnya saat sedang rika baca sebuah tulisan. Iya lho, sumpah ini! Jika rika membacanya dengan intonasi cool, hasilnya ya rika tetap cool. Jika rika menangkapnya dengan intonasi meleduk, jales sikela hati rika akan panas dewek.
Terus, siapa yang menanggung ruginya?
Ya rika dewek, kan?
Begitulah caranya: berhati-hatilah membacanya, berhati-hatilah menciptakan intonasinya. Salah baca, salah makna, jadi salah hidupnya.
Jogja, 24 Maret 2014
5 Komentar untuk "SALAH BACA, SALAH MAKNA, SALAH HIDUPNYA (RAHASIA SMS RIKA DAN INYONG)"

Oh rika itu sampean kamu ente anda. Kupikir nama. Wwwkwk jadi saya tadi salah baca talka hahahha butuh mikir

memang sms atau bbm bisa jadi masalah kalau salah intrepretasi

apa masih ada kesempatan ngajuan buku lagi ?

nggak nyangka sama isinya.

pakai subjek Tegal/ Banyumasan pula. Kreatif.

rika bener banget loh pak. emang nyatane nek maca sms apa sepadane sok kaya kue..

Back To Top