Cantik! Seksi!
Yaawwwwoohhh!!!!
Kejar, buru,
garap, sikattt!
Begitulah
kebanyakan kita dalam berburu kekasih. Slapstik alias permukaan belaka.
Apa salah?
Gini atuh. Gue kagak punya chemistry untuk membicarakan sesuatu
dari sudut pandang salah dan benar, sebab pola pikir yang begituan sebenarnya hanya
soal mindset “fakta dan realitas”
(kalau kurang jelas, coba stalk note
gue tentang dua konsep ini). Bukankah selalu saja apa yang gue nyatakan salah
bisa saja benar buat kamu dan dia? Gitu kan
Kak Uni? J
Ini lebih soal
“sesuai harapan tidak nantinya”, “jeglek tidak”, “berhasil tidak”. Ya, sejenis
itu.
Bahwa
pandangan pertama begitu menggoda, ahh…sudahlah, puluhan tahun silam A. Rafik
sudah mengumandangkan itu kan.
Pun bahwa nggak ada orang yang takkan tersugesti oleh pandangan pertama, ya
sudahlah itu naturally manusia begitu
adanya.
Tapi kan kemudian, beda
antara yang emosional dan rasional, childish
dan mature, yang sama-sama mengalami
pesona pandangan pertama itu adalah “pengendapan, permenungan, dan pemikiran” atuh to? Yang dengan langkah tersebut
maka terpisahlah di persimpangan jalan kedua kutub itu: si childish akan terus berburu berdasarkan emosi sesaatnya dan si mature akan berburu kemudian setelah
memperoleh “wangsit” dari hasil pendalaman pemikirannya. Simpang jalan yang
ditempuh kemudian bisa menjadi sangat berbeda, bertolak-belakang, sehingga
wajarlah bisa kelak hasil akhirnya juga sangat berbeda dan bahkan bertolak-belakang.
Atuh kan?
Nyari pacar
begitu adanya, begitu pula nyari ide lho…
Ya, ide
tulisanmu, termasuk menulis novel.
Udah nggak
zaman lagi kok nyari ide itu dengan cara pergi ke pantai, menyepi semalaman,
nggak pake baju, bakar dupa kemenyan, nyiumin keris berluk 41,12 derajat Celcius,
sampai masuk angin segala. Itu jadul, nggak musim lagi, sama dengan nggak
musimnya untuk nonton Iron Man 3
dengan pake sarung tanpa CD lho…
Come on, jadi penulis perlente dikit
kenapa sih? Udah nggak saatnya lho novelis yang nyastra sekalipun kemana-mana
bergaya kuthul, udik, tengik, nggak
mandi! Novelis yang seksi ialah novelis yang karya dan penampilannya sama
seksinya!
Catat: karya
dan penampilannya sama seksinya! Catat itu! Penampilan doang beraroma Bvlgari, Ocean Blue, tapi karya kuthul, ya tetap aja bukanlah novelis
yang seksi atuh.
Bvlgari mudah dibeli, tapi ide tidak! Ocean Blue nggak ada memang di negeri
ini, gue kudu ke Jeddah untuk mendapatkannya, tepatnya di Balad Mall of Jeddah,
tapi tetap saja ia bisa dibeli. Tidak dengan ide!
Ya. Ide itu
gratis, bertebaran di mana-mana, di kesepian dan keramaian. Penulis hanya
tinggal menangkap seliweran ide itu. Saking banyaknya ide gratis itu, mungkin
dari curhat kawan, bacaan, film, melihat sendiri, atau mengalami langsung, saking
membludaknya, kalian menjadi punya begitu banyak pilihan untuk ditangkap kan?
So, the first step, tangkaplah ide yang
hanya benar-benar klik di hatimu,
saat melintas pertama kali, dalam pandangan pertama. Yang tidak klik,
biarkanlah berlalu. Banyak cewek di luar sana, juga
cowok, bermacam-macam aromanya, tapi hanya satu dua yang klik di hatimu kan, yang antar orang
pasti beda. Jadi, tangkaplah ide yang hanya buat jleb hatimu.
The second step, catat hasil tangkapan
itu. Di manapun, dari kertas, notepad
gadget, hingga telapak tanganmuJ.
Pokoknya catat, jangan cuma mengandalkan ingatan, karena cenderung melompat
lenyap begitu saja, apalagi pikiranmu kan
sangat ruwet didera masalah bayar kost, tugas kuliah yang nggak kelar-kelar,
hingga incaran yang nggak kunjung balas BBM-mu. Nyakitin ya kalo cuma di-read, nggak dibales? *tanyaajasih*
Setelah
tercatat, ia aman di sarang notepad-mu.
Ibarat kamu ngeklik sama seseorang baru, kamu sudah berhasil mencatat nomer
HP-nya, akun twitter-nya, bahkan
ukuran sendalnya. Biarkan ia mengendap di dalam catatanmu, menumpuk di antara
jejalan ide sebelumnya yang pernah bikin klik hatimu.
Sama aja
bukan, kamu punya kenalan 10 cewek baru dalam sebulan, misal, punya semua nomer
HP dan pin BB-nya, biarkan to mereka
semua ada dalam gadget-mu dulu. Seiring
jalannya waktu, pasti ada kan
satu dua dari mereka yang ngeklik bagimu sebagai apa pun.
Nah!
Cepat atau
lambat, tumpukan ide yang telah kamu catat itu akan membuhul ke pikiran dan
hatimu kan.
Mungkin saja (misal lho ini, sekali lagi cuma misalnya kok), pada dini hari
buta saat kamu sedang galau gara-gara Barca-mu dilumat habis-habisan oleh
Munchen tanpa peripersepakbolaan gituJ, satu ide yang pernah
kamu catat menghunjam.
“Ohh ternyata
hidup benar-benar berputar ya. Dulu Barca dijuluki club alien karena tidak terkalahkan, tapi sekarang compang-camping
begitu menyedihkan ya…”
Ya, ya, ide
bahwa cinta (misal) adalah bagian nyata dari naik-turunnya kehidupan itu
sendiri.
Selami,
dalami, renungkan, refleksikan, telisik seluas-luasnya ide yang sedang mengalir
deras ke rongga kepala dan dada itu. Lemparkan mata pikir, imajinasi, dan
rasamu kemana-mana, sejauh-jauhnya, agar kamu bisa mendapatkan seabrek
perspektif tentang ide itu.
Tapi jangan
lupa, untuk bisa meraih itu, tidak bisa ditawar lagi bahwa kamu kudu “menguasai
ide”, punya pengetahuan luas tentangnya. Kian dalam, kian kaya perspektif
pengetahuanmu tentang ide tersebut, maka akan kian lugas dan luweslah kamu
meraih kisi-kisinya.
Well, sekarang sudah matang!
Saatnya
nembak, saatnya menuliskan!
Nggak ada kata
macet di tengah jalan jika proses ini kamu tempuh dengan sungguh-sungguh. Sama
dengan nggak bakal kena PHP di tengah jalan jika kamu nggak berhenti hanya pada
termehek sama tampang keren doang, nggak menyelami dulu karakter dan habitnya kan?
Cantik sih,
tapi kok nusuk gitu omongannya ya?
Cakep sih,
tapi kok sering tercecer ya matanya ke pantat-pantat cewek di jalanan?
Kaya sih, tapi
kok pelit benar ya mau nonton aja kudu urunan?
Pintar sih,
tapi kok egois banget ya selalu memaksakan pikirannya sendiri?
Bla-bla-bla…
Wajar kan, jika baru kencan
sebulan dua bulan aja udah bosenin, patah di tengah jalan? Ini tentu kan beda
ceritanya jika seberapa pun kamu terpesona pada pandangan pertama si cantik,
cakep, jleb, smart, wowww bangetlah, tapi
kamu memilih natural rasional mengendapkan keterpesonaanmu untuk menggali pengetahuan
yang lebih detail tentangnya, maka saat kamu maju untuk memburunya, niscaya
sikapmu tersebut telah didasarkan pada chemistry
yang lengkap. Hasilnya, kamu lebih bisa punya sikap logis, plus kegigihan yang
tahan-banting berkat chemistry kuatmu
yang detail itu.
Ini atuh sebenarnya masalahmu selama ini
jika sering macet menulis novel di tengah jalan?
Ingat dong, menulis
novel itu beda jauh ma menulis status atau PM lho. Novel butuh napas panjang
yang natural, bukan hasil bekapan oksigen belian. Novel butuh kedalaman konflik
dan kekuatan logika, bukan sekadar ditebal-tebalkan kayak tukang kredit pasar nemu
klien buta huruf, karenanya persiapkan napas panjangmu sebelum menuliskannya.
Dan, kunci
pertamanya terletak pada “kekuatan ide”.
So, masih mau nguber cewek hanya karena
lo ngaceng saat pertama kali liat kupingnya doang? J
Jogja, 2 Mei 2013
Tag :
Yang Serba Nakal
2 Komentar untuk "MENCARI IDE SEPERTI MENCARI PACAR ATUH"
wkwkwk........ *tuing* *tuing* *tuing*
saatnya menulis....
Memang benar bos, ide itu spt "jailangkung" datang tak di jemput pulang tak di antar. Kadang2 saat kita tidak merealisasikan apa yg sedang terinspirasi dalam otak bisa lenyap begitu saja. Makanya di note pad ku; mbludak semua kata-kata.
Kadang2 malah suka nyengir sendiri baca tumpukan ide yg paling bawah. "Kok bisa ya, dulu nyantol sama si ide itu pd hal biasa2 aja kok" tapi sebaliknya seiring berjalan nya waktu ide - ide yg paling "jleb" itu akan hadir di relung jiwa tulisan ku.
Ha..ha..ha thank's a lot for bos, edi..