Semua tak sama
Tak pernah sama
Apa yang kusentuh
Apa yang kupeluk…
Nggak kerasa,
Program Penulisan yang saya gagas dalam bentuk #KampusFiksi sudah masuk
angkatan 4. Perangkatan 30 orang, gampangnya diitung berarti sudah mengumpulkan
120 orang (emang nggak utuh segitu, karena ada 1 atau 2 orang yang entah kenapa menghilang meski sudah
menandatangani surat
komitmen di atas materai. Yaah, apalah arti materai, karena hati bukanlah materai...).
Anak-anakku
tercinta peserta #KampusFiksi…
Saya juga
seorang penulis. Dulu, saya penulis kere! Kini, alhamdulillah, bolehlah saya narsis nyebut diri nggak kere lagi.
Dulu, saya belajar menulis secara otodidak, kesana-kemari nyari guru, ilmu,
pengalaman, dan jaringan. Kini, setelah saya punya duit, saya “terpanggil”
untuk menyediakan fasilitas berlatih menulis buat adik-adik yang punya passion menulis. Sebagaimana saya dulu,
saya akan mikir seribu kali tuk ikut pelatihan menulis berbayar, dan kini saya
nggak ingin membebani anak-anak muda dengan masalah bayar-membayar itu.
Semuanya free!
Tidak perlulah
saya tulisakan di sini berapa biaya sekali event
#KampusFiksi. Pasti, angkanya lebih dari cukup untuk saya dan keluarga
jalan-jalan ke Bali dan Bunaken.
Sekalipun saya
punya duit, saya sengaja mengemas #KampusFiksi dalam semangat “keluarga”. Tahu
nggak, yang buatin sarapan pagi buat anak-anak #KampusFiksi adalah istri saya
yang sebenarnya juga punya kesibukan bejibun. Saya bilang sama istri saya,
“Mereka adalah anak-anak kita…” Ya, dengan hati riang, dia menyiapkan sarapan
untuk kalian sejak pukul 3 sebelum Subuh, saat kalian masih lelap. Ya, anak-anak
#KampusFiksi adalah anak-anak kami yang kami buatin sarapan dari tangan-tangan
kami sendiri dengan penuh riang….
Gedung
#KampusFiksi tidaklah megah. Lantai bawah dipakai untuk forum pelatihan, lantai
atas dipakai untuk istirahat. Kamar-kamar yang terbatas hanya disediain untuk
nyimpan barang dan ganti baju. Tidur? Mari bergeletakan bersama-sama tanpa
sekat anak si kaya atau si miskin, si sarjana atau si SMP, si penggila KPop
atau penyuka dangdut koplo. Kamar mandi juga tak banyak, jadi mari antri
bersama-sama ya. Jika ada yang benar-benar kebelet, mari silakan masuk duluan…
Saat jelang
tidur, saya bayangkan kalian akan saling say
hello, ngerumpi kesana-kemari, tukar-menukar nomer HP, pin BB, akun twitter, dll. Saat antri kamar mandi,
saya angankan kalian akan saling memperhatikan ternyata kita sama-sama lucu ya
kalau baru bangun tidur begini. Kelihatan jeleknya… Lalu kalian saling senyum,
antara malu dan lucu.
Setelah
seharian dicekoki beragam teknik dan praktik menulis itu sendiri, malam
Minggunya, kalian saya bawa ke rumah. Ini lho rumah saya, silakan…silakan… Yang
mau ke kamar mandi, itu di pojokan tempatnya, masuk saja ke dalam, lewat dapur
itu, atau di sebelah ruang keluarga yang ada tivinya itu juga bisa. Lewatin aja itu tempat biasa saya ketiduran saat dini
hari di depan tivi. Saya undang gerobak angkringan untuk menyediakan
makanan-makanan khas pinggir jalan Jogja, beserta sederet minumannya yang
bersahaja.
Yuk, sambil
lalu kita nyanyi-nyanyi bareng, joget koplo bareng-bareng, main games lucu-lucuan. Nggak ada lagi
jaim-jaiman di sini, semuanya lebur apa adanya, seasli-aslinya, segila-gilanya,
karena kita semua adalah satu keluarga, satu saudara, dalam satu rumah…
Besoknya, hari
Minggu, mari kita belajar lagi. Apa pun yang ingin kalian ketahui tentang dunia
kepenulisan, pernaskahan, penerbitan, hingga pemasaran buku, saya buka tanpa tedeng aling-aling. Apa pun!
Anak-anakku
tercinta peserta #KampusFiksi…
Sebagai
seorang ayah, sebutlah demikian, saya tahu benar bahwa anak-anak saya yang kini
sebanyak 120 orang (dan insya Allah
akan terus bertambah) tidak akan pernah sama. Kata Padi, “Semua tak sama, tak
pernah sama, apa yang kusentuh, apa yang kupeluk…” Ada Putri yang lucu imut,
yang masih SMP itu. Ada Pia yang dewasa karena ia seorang profesional. Ada
Resti yang nggak bisa diam. Ada Kang Aris yang ngebanyol. Ada Adit yang doyan
pake jas dan Cindy yang teknik menulisnya keren banget. Ada Farrah Nanda yang
pinter nyari ide-ide. Ada Eka yang kayak anak SMA, tapi ternyata udah S-2. Ada
Kang Kamil yang udah punya keluarga. Ada Reza yang doyan cengar-cengir. Ada
Nadia yang sampek bokek telak meski demen cinlok. Ada Indah yang dijulukin
Mami. Ada si
kembar Eva dan Evi. Ada Maroyah yang nunduk-nunduk aja. Ada Erika si dokter
gigi yang jika ngomong hobi banget ngedip-ngedipin alis. Ada Ningrum yang jika
saya ajak ngomong, selalu menatap meja atau lantai. Ada yang dari Medan,
Padang, Jambi, Jakarta, Bekasi, Serang, Bandung, Kudus, Jepara, Jogja,
Surabaya, Madiun, Blitar, Tulungagung, Probolinggo, Madura, Banjarmasin, dll.
Sebanyak itu, ya, sebanyak itu…
Satu demi satu
dari kalian pun kembali ke kampung halaman masing-masing. Malam Senin selalu
jadi malam menyebalkan bagi saya, karena saya tahu kalian akan segera
menghilang dari hadapan saya. Saat malam perpisahan, saya menatap wajah kalian
semua. Saya tahu kalian takkan pernah sama. Sebagian dari kalian kan tumbuh sebagai penulis,
sebagian lainnya tidak. Sebagian dari kalian akan terus mencetak helai-helai
sejarah bersama saya, sebagian lain akan tenggelam dalam pilihan-pilihan
hidupnya, kesibukannya, dan keluarganya di kejauhan sana. Apa pun itu, satu-persatu dari kalian takkan
pernah bisa tergantikan oleh siapa pun dalam sejarah hidup saya.
Saya tahu,
boleh jadi ini adalah kali terakhir saya sebagai ayah berjumpa kalian di dunia
ini. Untuk pertama dan terakhir kalinya. Bagaimana pun sejarah bekerja, saya selalu
berharap kalian bisa menjadi orang-orang yang bahagia di kejauhan sana, dalam bidang apa
pun, melalui media apa pun…
Karena itu,
saya tak pernah bosan memberikan 5 wasiat di malam perpisahan kita:
1.
Menjadi penulis itu adalah dengan menulis itu sendiri.
2.
Jangan pernah menyerah berlatih menulis, sampai kapan
pun, dalam keadaan apa pun.
3.
Jangan malas membaca, mengamati, diskusi, sebab itu
kunci perluasan cakrawala kalian.
4.
Jaga attitude
kalian sesejuk-sejuknya, baik dalam ranah profesional atau pun bukan, dengan
siapa pun kalian berhubungan. Ingat selalu, “Menang jadi arang, kalah jadi
abu.”
5.
Jika kelak kalian menjadi orang yang kuat, diberi
kelebihan oleh Tuhan, gunakanlah kekuatan kalian untuk memberikan kemanfaatan
sebanyak-banyaknya pada orang lain.
Anak-anakku
tercinta peserta #KampusFiksi…
Hidup akan
terus bergerak maju, tidak mundur. Selalu saja waktu melipat segalanya, tanpa
ampun. Juga saya dan kalian. Wajah-wajah kalian memang akan segera tergerus
dari gedung #KampusFiksi ini. Hanya segelintir wajah yang kan terus eksis, yang akan terus menjadi
bagian dari sejarah gedung ini, baik dari kunjungan atau pun karya kalian.
Namun demikian, momen sekilas saat kita makan bersama, tertawa bersama,
menyanyi bersama, merenung bersama, duduk bersama, dan bahkan menangis bersama,
mari kita rawat supaya tetap nyala dalam setangkup kenangan kita sampai akhir
hayat nanti.
Saya tahu, 120
anak tidaklah mungkin kan
jadi penulis semua. Sebagian kan
jadi, sebagiannya tidak. Buat saya, itu bukanlah ukuran kesuksesan hidup. Saya tak
akan bahagia sekalipun kalian menjadi penulis hebat, beken, tajir, namun kalian alpa untuk merawat kehangatan
jiwa kalian sebagai manusia. Tidak hanya pada saya, tapi pada siapa pun di
sekitar kehidupan kalian kelak.
Maka,
Anak-anakku tercinta peserta #KampusFiksi… Jangan pernah pakai kesombongan,
sebab itu hanya kepalsuan. Jangan pernah kedepankan emosi dalam masalah apa pun,
karena itu hanya kesemuan merusak. Jangan simpan egoisme, sebab itu hanya kan membuatmu kesepian. Jangan
pernah memelihara keserakahan, sebab itu hanya akan buatmu terjengkang dalam
perbudakan materi.
Padi yang
padat berisi tidaklah pernah menegakkan tubuhnya. Ia rela selalu untuk runtuh
berkalang-tanah demi mengisi perut-perut yang lapar.
Padi
mengajarkan kemuliaan hidup yang begitu menakjubkan, maka sungguh tak
selayaknya kita yang dianugerahi hati, akal, dan pesona kenangan oleh Tuhan
tidak mampu menjadi mulia pula…
Anak-anakku
tercinta peserta #KampusFiksi…
Dimana pun
kalian berada, di manapun kalian berkarya, bersama siapa pun kalian bernapas
dan beranak-pinak, mari tularkan semangat hidup ini ya. Jika kalian ada sesuatu
yang ingin dibicarakan dengan saya, baik dalam urusan kepenulisan atau pun
bukan, silakan kirim email ke saya: ircisod68@yahoo.com.
Saya selalu
mencintai kalian, sampai Tuhan mencabut kekuatan kenangan dari hidup saya. Itu,
ya hanya itu spirit saya membangun #KampusFiksi…
Jogja, 30 September 2013
Tag :
Utak-utik Agama
18 Komentar untuk "“SEMUA TAK SAMA” (Catatan Seorang Ayah untuk Anak-anaknya di #KampusFiksi)"
Baru baca satu paragraf udah mbrebes, kangen suasana Kampus Fiksi dan semua orang di sana T__T
Allah...! T,T
Terimakasih, Pak Edi. Senang sekali bisa berkesempatan belajar ilmu kesederhanaan yang Bapak tularkan ^_^
Nangis! T.T
Tahun depan aku daftar KAMPUS FIKSI, Bapake! :')
Bukan peserta ikut merinding juga pak, tess tess
Paaak... saya terharu pak :(
Terima kasih atas kesempatan dan ilmu yang udah bapak beri buat saya :) terima kasih juga buat Ibu yang udah bersedia membuat sarapan yang gak kalah enaknya sama ibu saya dirumah :') Makasih banyak pak :)
Seperti anak pada Bapaknya, saya gak akan melupakan bapak :')
Hikssss... Terharu... Terima kasih, Pak Edi dan Bu Edi :)
Terima kasih untuk rasa itu :)
Terimakasih Bapakkk... Kampus Fiksi adalah pengalaman hebat yang akan selalu di hatiku. Allah...
Alah...
Jadi mellow... kalian adalah keluarga, bagian dari perjalanan hidupku...
lebih dari sekadar bangga saya bisa jadi bagian kecil dari #KampusFiksi....
Salman Rusydie
Saya ikut mendoakan. Semoga semuanya seperti yang diharapkan
*nangis* saya bukan anak #KampusFiksi, tapi saya sudah belajar banyak darimu, Pak :) Terima Kasih :)) Semoga tahun depan kita dapat dipertemukan di gedung yang Bapak sebut sederhana itu :)
Tahu nggak, yang buatin sarapan pagi buat anak-anak #KampusFiksi adalah istri saya yang sebenarnya juga punya kesibukan bejibun. Saya bilang sama istri saya, “Mereka adalah anak-anak kita…” Ya, dengan hati riang, dia menyiapkan sarapan untuk kalian sejak pukul 3 sebelum Subuh, saat kalian masih lelap.
Pak Bos, Bu Bos... //pelukerat// saya speechless bacanya, ngebayangin kasih sayang tanpa batas ini :")
Allah......Allah.........Allah.......Allah......Allah.....Allah........Allah....Allah...... Allah......Allah.........Allah.......Allah......Allah.....Allah........Allah....Allah...... Allah......Allah.........Allah.......Allah......Allah.....Allah........Allah....Allah......
Allah......Allah.........Allah.......Allah......Allah.....Allah........Allah....Allah......
#Lanjutkan 10.000 kali setiap abis bernapas ya...
ALLAH.....selalu mendukung dan terus mendukung selamanya untk pak edi sekeluarga....
Siap Sedia 24 jam untuk teman-teman yang akan ke #KampusFiksi!!!!SEMANGAT...
#KampusFiksi!!! PASTI BISA!!!
Terima kasih Pak Edi atas semua yang telah diberikan saat #KampusFiksi. Jadi mbrebes mili waktu baca postingan ini, hiks...hiks....
saya mau sekali jadi anak angkat kak Edi.. please :D
Allah... baru bacaa dan langsung merinding disco :') bahagia jadi keluarga #KampusFiksi