Saya,
sebagaimana kebanyakan lelaki yang kenyang sekolah, nggak alergi blas sama kehebatan wanita (ehm, saya
pakai kata wanita, bukan perempuan, pasti sudah ada yang merengut. Ben!). Keren dong, lakinya cerdas, pasangannya
hebat.
Nah,
masalahnya ialah dalam satu rumah, satu hutan, jelas nggak mungkin ada dua
raja. Dua imam. Ini hukum alam. Nggak boleh dilanggar agar tak memantik home warming. Yang alamiah itu hanya ada
satu raja, lainnya adalah wakil. Tentu, raja yang baik akan mendengarkan
pendapat atau saran wakilnya. Dan wakil yang baik akan menghormati keputusan
final yang selalu ada di tangan sang raja.
Kan bakal
terlalu cupet pilihannya bila sang raja selalu memutuskan apa pun menurut
pikirannya sendiri?
Kan juga akan
tegang bila sang wakil memaksa sang raja memutuskan berdasar pendapatnya?
Raja yang
cupet itu sama halnya dengan menutup pintu-pintu kebaikan lain yang boleh jadi
tak terpikirkan olehnya, sekalipun ia cerdas.
Wakil yang ngeyelan atau mutungan itu sama halnya dengan menganggap sang raja nggak
bijaksana bila ngambek saat rajanya memutuskan dengan tidak berdasar
pendapatnya, sekalipun ia hebat.
Situasi
demikian sama persis dengan raja dan wakil sama-sama pengin jadi raja semua.
Pasti kacau. Sebab melanggar hukum alam.
Wanita, ehmh, ya silakan merengut kedua kalinya
di sini, kebanyakan alpa bahwa posisinya adalah wakil, bukan raja atau imam.
Tentu saja, sebab wanita nggak punya pedang untuk menusuk sang raja, maka
tamengnyalah yang kemudian demen dipukulkan; ngeyel, lalu ngambek dan mutung,
pundung.
Sebagian besar
raja sebal melihat wakilnya kok ngeyelan,
suka mendebat, membanting pintu kamar lalu mendekam semalaman, sebab itu sama
persis dengan kudeta untuk merebut tahta kerajaannya. Maka sang raja bisa saja
kalap dan menghunus pedangnya di malam buta. Sebagian raja lainnya yang lebih
memiliki dada lebar atau sekadar takut ditinggalkan wakilnya, lalu menyelinap
ke lotengnya yang gelap dan menangis terisak-isak.
Terdengar
ortodoks ya? Terdengar egois ya? Terdengar menyalahkan wanita sebagai wakil
raja ya?
Jika kamu sedang
merasa demikian, ada baiknya kamu belajar pada ibumu sendiri; bagaimana selama
ini ia menjadi seorang istri, ibu, di rumah. Jika kamu tak menemukan maksud hukum
alam ini pada sosok ibumu, sebab mungkin ia pun bagian dari Club Wanita Pengeyel,
lihatlah wanita-wanita di sekitarmu; tetangga-tetanggamu.
Hei, jika kamu
tak juga menemukannya sebab kini kian berjubel wanita pengeyel dengan dalih ia telah
pintar, sampai lupa pada akar dirinya sendiri, akhirnya kamu hanya perlu menatap
semesta saja; betapa hujan yang meneduhkan bumi tidak pernah datang di saat
kemarau menerjang atau malam yang menelungkupi bumi hingga lelap tak pernah datang
di kala siang begitu benderang.
Keduanya
saling mengerti, saling tahu diri, saling menghormati. Nggak kayak kamu!
Jogja, 2 Desember 2014
Tag :
Utak Atik Manusia
3 Komentar untuk "CLUB WANITA PENGEYEL "
Duh pak, kalimat terakhir itu loh. Untung aku laki, kalau aku wanita njuk kudu njawab piye?
huhuhhuuu..
Pak Edi...
saya merengut nggak cuma dua kali, tapi sepanjang membaca artikel ini.. hhehehhee..
tapi bener juga pak..
Wanita itu kayaknya punya bibit "Monster" deh :D
Leres, Pak.