Bila kamu
sedang berada di posisi lelah, simaklah lagu pilu Utopia ini:
Setiap kumengingatmu
Kuterasa di hati
Kau punya segalanya
Yang aku impikan…
Walau kutahu kau tak
pernah anggapku ada
Kamu akan
menangis. Meratapi poisismu yang kalah. Lantas, kamu akan memekik betapa hidup
ini kejam, Tuhan sangat tak adil padamu. Tak peduli kamu orang berduit,
terdidik, tenar, “rasa kalah” itu memang menyedihkan. Menyakitkan. Sia-sialah
kekuatan materimu, ketangguhan logikamu, dan pesona populermu.
Begitu
mudahnya bagi hidup ini untuk membuatmu jatuh, jungkal, bagai hujan yang
diluruhkan oleh gravitasi dari langit yang jauh dan murung. Hah, ternyata ya,
segala apa yang lekat pada diri kita, sebutlah itu pesona fisik hingga
kecerdasan, hanyalah debu-debu fana yang tiada daya di hadapan hukum semesta.
Kita semua
sejatinya hidup untuk menjalani pilihan-pilihan. Soal sebuah pilihan menisbatkan
sedih atau bahagia, ada atau tiada, itu sekadar konsekuensi dari sebuah
perjalanan hidup. Bahagia yang sekejap boleh jadi begitu terang nyalanya di
relung kenangan kita bahkan sampai akhir hayat dibanding sedih yang melingkupi
semalaman untuk kemudian di esok paginya punah disepuh oleh embun pertemuan.
Memilih adalah
sebuah jalan kehidupan. Memilih selalu mewasiatkan ironi: sedih atau bahagia,
ada atau tiada. Maka bila kamu telah memilih, yang tentu tak lahir dari ruang
kosong, peluklah ia dengan sehangat-hangatnya. Ironi lalu memang akan
menyertaimu, terimalah ia, sebab hidup ini merupakan kumpulan mimpi yang
sebagiannya menjelma berahi dan sebagian lainnya menjelma ironi.
Bahagia atau
sedih, ada atau tiada, sebagai sebuah pilihan hidup sejatinya tak pernah
benar-benar memiliki batasnya; di dalam sedih, selalu ada bahagia; di dalam
bahagia, selalu ada sedih; di dalam hidup selalu ada mimpi, di dalam mimpi selalu
ada ironi, dan di dalam ironi selalu ada mimpi.
Kutak bisa menggapaimu
Takkan pernah bisa
Walau sudah letih aku
tak mungkin lepas lagi
Betapa ingin aku berlari
Dan terlepas dari
dirimu
Tapi semakin kumencoba
Aku ingin kembali…
Jogja, 18 Desember 2014
Tag :
Utak Atik Manusia
0 Komentar untuk "ANTARA ADA DAN TIADA"