Personal Blog

DHUHA DI MASJID AGUNG BANTUL

Nyampe di masjid legendaris ini, tampak sekitar 15 orang, dalam berbagai posisi. Ada yang shalat, tiduran, ngecas HP, merokok, melamun, ngobrol, dll.

#Scene Pertama
“Bahhh, abang cinta kaulah!” suaranya di telpon.
Seorang lelaki yang tinggi cakep.
“Ini abang lagi kerja, kerjaaaa, nyari duit buat melamar kaulah…”
Kerja? Bukannya kau sedang tiduran sambil pegang HP satu lagi dan betapa sibuknya tangan kau itu BBM-an?
Atau, kerjanya lewat BBM ya?
Ooww, maklum, ini zaman maya, Bro!
Selanjutnya, kudengar jutaan nada rayuan yang rupanya dimaksudkan untuk menentramkan hati si cewe di kampung sana. Ahh, kenapa pula si Abang ini kadangkala senyum-senyum sendiri ke layar BB-nya ya?

#Scene Kedua
Dua orang lelaki setengah baya itu tampak serius sekali berbincang, seolah sedang mengurusi masa depan KPK yang dikuliti disana-sini oleh para pemangku hukum yang konon wakil rakyat itu sih (guwe kagak ngerasa diwakili!).
“Gampanglah, kalau bapak itu biar aku yang urus asal sampeyan sediakan saja kedondong bule-nya, ya…”
“Kedondong Jawa gimana?”
“Ahh, dia itu orang Jawa, jadi sudah bosan banget ma yang lokal, kasihlah yang bule-bule gitu…”
“Berapa kilo?”
“100 dululah…”
Tampak merenung, lalu, “Banyak sekali ya, habis untung saya itu…”
“Ya terserah sampeyan saja, kalau tak berkenan, masih ada kok yang lain yang mau…”
Lalu salaman. Deal kali ya? Hemmm, kedondong bule, kedondong Jawa. Kalau yang kutahu sih itu apel Malang dan apel Washington. Waahh, kian kreatif saja ya, bisa pula suatu hari ada yang pake pindang Jawa dan pindang Inggris, pertanda itu si pindang bisa pula bahasa Inggris kali ya…

#Secene Ketiga
“Aku pasti tanggungjawab, nggak usah khawatir, ini abis shalat minta petunjuk itu, apaan yaa itu namanya, oowww yaaa shalat Istisqa’, Dik…”
Wajahnya kalem. Innocence.
Salah, Om, batinku, Istisqa’ mah minta ujan, emang loe lagi pengen dibanjirin atau gimana? Kalo minta petunjuk itu namanya shalat Tarawih tau…
Yaelaahhh, loe juga sama koplonya kale, bisik otakku, Tarawih itu shalat di malam Ramadhan, kalau minta petunjuk itu namanya shalat Istikharah…
Dia berusaha meyakinkan lawan telponnya yang kuduga kuat pastilah kekasihnya. “Pokoknya kamu the beset-lah…ehhh…the best maksudku…” ketawa. “Hemm, enak banget lho yang kemarin malam…” cekikikan. “Fantasional, imajinasional, dan nasionallah…”
Ini bahas apa sih ya gerangan mereka? Enak yang kemarin malam? Sampe penuh fantasi dan imajinasi gitu, dan mungkin saking maremnya sampe dibahasan plus “nal” semua, bahkan pake nasional-nasional segala gitu ya?
“Bikin ketagihan mulu…”
Wahh, ini dah nggak bener nih, buseeettt dahh…urusan ranjang rupanya di bahas di masjid gini, mana ma pacarnya lagi…
Dan, sialnya, kenapa otakku juga ngikut berkahayal sedang melakukan adegan ranjang itu? Di masjid pula ini? Behhhh, bikin horny aja nih orang… Tampar diri, tamper diri, biar reda horny-nya, the right karep in wrong place banget ini!

“Scene Keempat
Lhaahhh, kenapa pula ya aku kok jadi penguping dan pemerhati urusan orang-orang di masjid ini ya? Bukankah aku kesini niatnya cuma pengen shalat Dhuha, ngerasain aja gimana sih bisa shalat pagi di tempat yang disakralkan gini…
Behhh, ternyata aku sempurna merekam peristiwa gombalan si bang itu yang bilangnya kerja demi nyari uang tuk melamar kekasihnya padahal hanya tiduran dan malah BBM-an ma orang lain, juga kejadian transaksi suap-suapan yang entah mau diaksikan dimana itu, plus kejadian cowok yang tengah membahas adegan ML-nya dengan kekasihnya.
Semua itu, termasuk ngupingku ini, terjadi di masjid!
Aiiihhh, Rabb, Tuhan, kacau kali aku ini, ternyata masjid sekalipun menjadi kehilangan nilai spiritualnya jika manusianya nggak berspiritual gini. Termasuk aku!
Ngomong seks, ayoo di masjid bisa, bohong di masjid juga oke, korupsi di masjid jadi, lalu…laluuu…apa bedanya ya masjid dengan mall, pasar, resto, parkiran hotel, dan sebagainya?
Nggak ada, alias sama saja, tergantung orangnya, dan aku termasuk orang yang telah gagal banget meraih kemuliaan masjid gara-gara kupingku yang koplak minta disolder ini!
Jogja, 2 Oktober 2012

0 Komentar untuk "DHUHA DI MASJID AGUNG BANTUL"

Back To Top