Malam ini,
saya mengantar Dek Diva untuk beli sepatu. Beberapa hari lagi, dia bakal ke Tiongkok.
Sebagai ayah yang baik, dengan senang hati saya mengantarnya. Lalu setia
menemaninya memilih-milih ragam sepatu, hingga finalnya ia mencomot 2 jenis: 1
New Balance dan 1 lagi Guardiola (emang sejak kapan ya Pep punya brand sepatu?).
Dia menatap
saya dengan sorot yang meminta persetujuan untuk membeli keduanya sekaligus.
“Sini, sayang
dulu,” kata saya sambil menyodorkan pipi ke wajahnya.
Dengan cepat
ia mencium pipi saya, lalu jadilah kedua sepatu yang ehem itu nangkring di
kasir.
Ayah adalah
solusi….
Di jalan
pulang, saya teringat untuk membeli jeruk lemon. Oke, kita ke Carefour. Saya
menunggu di luar, lalu mereka masuk ke dalam. Sekitar setengah jam, mereka
muncul lagi dengan mendorong troli.
“Banyak benar
belanjanya,” kata saya sambil membuka bagasi.
“Ah, aku
repot ma anak-anak,” kata mbok wedok. “Yang satu ke kanan, nyomot ini
itulah, satunya lagi ke kiri, ngambil ini itulah.”
“Abis berapa
ini?” tanya saya.
Dia menyebut
sebuah angka yang bikin saya geleng-geleng.
Sambil jalan,
saya bilang sama anak-anak. “Mbok ya belanja itu yang dibutuhkan saja to,
jangan boros-boros.”
Dek Gara yang selalu juara urusan comot-mencomot menyahut, “Lha, kata kakak,
Ayah nulis status kalau beli-beli itu ya beli aja, bukan yang dibutuhkan.”
Deg!
Mati saya. Status saya kemarin malam menimpuk kepala saya. Anak
sekecil dia udah rembukan sama kakaknya yang lebih gede dengan dasar pengamatan
atas tulisan status FB saya. Weladalah, saya harus hati-hati menulis apa
pun!
Tapi ya tentu saja sebagai ayah yang imam, saya tak diam saja. “Iya,
tapi kan nggak gitu juga, keless. Kalau belanja banyak-banyak gitu, terus
nggak kamu maem juga, kan sayang.”
Masih Dek Gara yang menyahut, “Ya nggak habis to, Yah, kalau dimaem
semua ini.”
“Kan kata Ayah kalau maem itu ya jangan tamak-tamak,” sahut Dek Diva.
Baiklah. Kali ini saya memilih diam, lalu menunjuk truk molen yang
entah apa maksud saya menunjuknya. Saya teh juga ndak paham kenapa pula
saya menunjuk truk molen yang ndak salah apa-apa itu. Saya hanya teringat Ve
saat ini.
Di depan
rumah, menunggu simbok membuka pagar, saya berkata, “Kalau boros-boros ntar
duit Mama habis lho.”
Dek Gara menukas
lagi. “Kan ada Ayah.”
Oalah,
saya lupa benar bahwa ayah adalah solusi….
Anak-anak
turun dari mobil sambil berlarian. Dari balik kaca depan ini, saya menatap
mereka sembari membatin, “Nak, Nak, kalian ini belum paham kalau ayah ini
penyuka lagu-lagu Engkau Laksana Bulan Sheila Madjid dan Antara
Jakarta dan Penang Poppy Mercury, bukan Best Song Ever One Direction.
Jogja,
8 April 2015
Tag :
Yang Serba Nakal
5 Komentar untuk "AYAH ADALAH SOLUSI"
hahahaha :P
Best song ever XD dek Diva directioners juga hihi.
Haaa.anak2
Senjata makan tuan ni. Hahahaha
Punten nggih, Pak ...
Mohon diperiksa dulu sepatu dek Diva yang New Balance. Beberapa jenis sepatu itu menggunakan material kulit babi. Biasanya tertulis di box-nya.
Semoga yg dipilih dek Diva tidak, ya :D
Soalnya yg saya punya udah 3 tahun dipake nyaman sekali, ternyata ada kulit babinya -_-