1
Di depan
sebuah ruang uji coba, kuperhatikan lima
ekor monyet yang telah kusiapkan sejak hari kemarin. Kelimanya tampak sehat dan
segar. Besar badannya sama, kelincahannya sama, dan keceriaannya sama. Semua
benar-benar setaraf bobotnya.
2
Ruangan khusus
yang telah kusiapkan ini akan membuktikan benarkah bobot dan kesan yang sama
pada kelima monyet itu akan menghasilkan karakter yang sama pula? Sebuah tiang
telah kupasang di tengah ruangan ini, di atasnya kugantungkan setandan pisang
kegemaran monyet-monyet itu.
3
Setelah
kusiapkan kamera, video, dan alat tulis untuk mencatat semua penelitian ini,
kumasukkan monyet 1 dan 2 ke dalam ruangan ini sekaligus. Dari balik kaca ini,
kuperhatikan dengan seksama tingkah polah kedua monyet itu.
4
Beberapa saat
lamanya, kedua monyet itu tampak sedikit stres dengan ruangan baru ini. Setelah
mereka berhasil beradaptasi, mereka mulai melirik ke atas tiang yang digantungi
pisang-pisang ranum itu.
5
Monyet 1
berkata, “Wah, enaknya pisang itu, yuk kita ambil…”
Monyet 2
menyahut, “Tapi sulit untuk meraihnya, tergantung di tiang begitu. Berbahaya
lagi, kalau kepleset jatuh, bisa cidera kita…”
Keduanya
tampak mondar-mandir memikirkan berbagai kemungkinan untuk mengambil tandan
pisang itu.
6
Teapi kemudian
mereka memutuskan memanjat tiang itu untuk mengambil pisang-pisang menggiurkan
itu. Lalu mereka memanjat berbarengan satu persatu. Tentu, monyet mahir
memanjat, tidak ada masalah apa pun.
7
Hampir sampai
ke puncak tiang, hampir menjamah tandan pisang itu, dari lubang khusus yang
telah kusiapkan di kaca ini, kusemprotkan air sabun ke arah tiang itu, sehingga
tiang menjadi sangat licin.
8
Kedua monyet
itu terpeleset karena licinnya air sabun yang kusemprotkan. Mereka jatuh. Braaakkk! Terhemnpas di lantai yang telah kulapisi busa tebal agar
tidak membahayakan mereka.
9
Sontak mereka
blingsatan. Berlarian kesana-kemari dengan amat ketakutan. Lalu berdekatan dan
saling berbicara tentang sakitnya rasa jatuh itu.
Monyet 1,
“Sakit sekali, padahal kita hampir meraih pisang itu…”
Monyet 2,
“Iya, gimana kalau kita coba lagi menaiki tiang itu?”
10
Monyet 1,
“Tidak!” jawabnya tegas. “Aku nggak mau jatuh lagi, sakit lagi!”
Monyet 2,
“Tapi pisang itu amat segar dan lezat. Kita coba lagi aja ya…”
Monyet 1 tetap
kokoh tidak akan mencoba lagi. Monyet 2 akhirnya diam mengikuti sikap monyet 1,
terlebih setelah teringat sakitnya jatuh tadi.
11
Lalu
kumasukkan monyet 3 dan 4 ke dalam ruangan ini. Sehingga kini ada empat monyet
di dalamnya. Sama seperti monyet 1 dan 2, monyet 3 dan 4 beberapa saat tampak
stres dan blingsatan kesana-kemari dalam ruangan baru ini.
12
Monyet
1, “Sudahlah, jangan blingsatan begitu…”
Monyet 2,
“Iya, percuma kalian lari kesana-kemari, memang beginilah adanya keadaan kita
sekarang.”
Monyet 3 dan 4
baru berhenti dan mendekat ke arah mereka, seolah mencari perlindungan dari
kedua monyet yang sudah lebih dulu menghuni ruangan ini.
13
Tak berapa
lama, sama seperti monyet 1 dan 2, naluri mereka begitu tergiur melihat pisang
yang segar menggantung di atas tiang itu. Mereka mendekati tiang tersebut,
menatap ke atas, seolah sedang berpikir bagaimana cara meraih pisang itu.
14
Saat monyet 3
dan 4 mulai memegang tiang itu, monyet 1 dan 2 serentak menarik tangan mereka
ke pinggir ruangan, menjauhi tiang itu.
“Jangan!” kata
monyet 1. “Bahaya!”
15
“Kenapa?”
tanya monyet 3 dan 4 serentak.
“Tadi kami
sudah mencoba menaikinya, pas sudah hampir sampai ke pisang itu, ada air licin
menyemprot ke tiang hingga kami terpeleset jatuh…” ujar monyet 2.
“Waduuuhhh…”
pekik monyet 3 dan 4 serentak lagi.
16
“Sakit banget
jatuh itu,” kata monyet 1. “Sampai sekarang masih terasa ngilu…”
“Tapi pisang
itu begitu menggoda, pasti lezat sekali rasanya,” sahut monyet 2. “Sebenarnya,
aku ingin menaiki tiang itu lagi, berusaha lagi mendapatkan pisang itu…” sahut
monyet 2.
“Jangan, nanti
jatuh lagi kamu lho!” sergah monyet 1.
17
Monyet 3 dan 4
terdiam menyimak obrolan monyet 1 dan 2 itu.
“Memang kamu
nggak kapok jatuh begitu? Sakit kan?”
kata monyet 1.
“Ya sakit
memang, tapi pisang itu kan
sangat lezat, aku lapar…” sahut monyet 2.
“Sudahlah,
jangan memaksakan diri, kamu bisa mati kalau jatuh lagi!”
Monyet 2
terdiam sambil terus memandangi pisang-pisang itu.
18
Sambil menatap
monyet 3 dan 4 bergiliran, monyet 1 berkata, “Makanya, kalian nggak usah nekat
coba-coba memanjat tiang itu, kalian pasti jatuh juga seperti kami. Sudahlah,
jangan melakukan kegagalan yang telah terjadi pada kami, ya…”
19
Monyet 3 dan 4
hanya diam, meski sesekali mereka menolehkan pandangan ke arah pisang-pisang
itu. Melihat sikap monyet 3 dan 4, monyet 1 kembali berkata, “Kalau kalian ingin
tahu rasa sakit karena jatuh dari tiang itu, silakan saja naik…”
20
“Gimana nih?”
tanya monyet 3 pada monyet 4.
“Aku pengen
banget pisang itu, mana lapar begini lagi,” sahut monyet 4. “Tapi, kalau kita
gagal dan jatuh kayak mereka, sakitnya gimana ya….?”
21
“Makanya,
jangan nekat!” cetus monyet 1.
“Ya sudahlah,
jangan deh,” sahut monyet 3.
Monyet 4 hanya
diam, tidak mengangguk atau menggelengkan kepala. Matanya tajam tertuju ke arah
gantungan pisang-pisang di ketinggian sana.
22
Kemudian, kukeluarkan
ambil monyet 1 dan 2 dari ruangan uji coba ini, tersisa monyet 3 dan 4. Lalu
kumasukkan monyet 5, hingga di dalamnya kini ada monyet 3, 4, dan 5.
23
Monyet 5
bergerak kesana-kemari, tapi hanya sebentar demi melihat gantungan pisang di
ketinggian tiang itu.
“Kalian nggak
doyan pisang lagi?” tanya monyet 5 pada monyet 3 dan 4.
“Doyanlah!”
sahut monyet 3 dan 4 serentak.
24
“Apa kalian
nggak lapar? Nggak ingin menyantap pisang-pisang ranum yang pasti lezat itu?”
tanya monyet 5 lagi.
“Lapar!
Pengen!” sahut monyet monyet 3 dan 4 lagi.
“Lalu kenapa
kalian hanya diam? Kalian berharap pisang-pisang itu jatuh sendiri begitu?
Tinggal ambil di bawah lalu dimakan begitu?”
25
“Jangan mimpi
deh!” kata monyet 5 lagi. “Kalau kalian mau pisang itu, ya harus dinaiki,
dikejar, baru bisa dinikmati! Kalau cuma diam begitu, mana mungkin kalian bisa
makan pisang-pisang itu?!”
26
“Itulah
masalahnya,” sahut monyet 3. “Tadi, sebelum kamu masuk ke sini, ada dua monyet
lainnya yang sudah lebih dulu masuk ke ruangan ini. Mereka bercerita bahwa
mereka gagal menaiki tiang untuk mengambil pisang itu gara-gara begitu hampir
sampai ke ujung tiang, dari luar disemprot air licin sehingga mereka jatuh…”
27
“Mereka
mengingatkan kami agar tidak melakukan kegagalan yang sama seperti yang mereka
alami. Katanya, sakit rasanya jatuh dari ketinggian begitu! Pisang nggak dapat,
malah badan remuk, untung nggak mati!” lanjut monyet 4.
28
“Aku sebenarya
telah berniat untuk mencoba menaiki tiang itu, tapi cerita kegagalan monyet 1
dan 2 tadi, apalagi mendengar keluhan sakitnya, membuatku jadi takut untuk
mencoba…” ujar monyet 4.
29
“Ya, aku juga ingin
mencobanya tadi, tapi kupikir-pikir, daripada mengalami kegagalan dan sakitnya
jatuh kayak monyet 1 dan 2, mending nggak usah sajalah…” lanjut monyet 3.
“Makanya, kamu
nggak usah coba-coba deh, ntar malah jatuh juga!” kata monyet 4.
30
Monyet 5
terbahak.
“Kalian ini
aneh! Aneh sekali! Kalau kalian hanya niat atau pengen, tapi nggak pernah
mencoba, bagaimana mungkin niat dan keinginan kalian bisa terwujud?!”
31
“Kami bukannya
nggak mau mencoba, tapi cerita monyet 1 dan 2 tadi sudah cukup membuktikan
bahwa kami akan gagal juga kalau mencoba. Kami bisa jatuh juga seperti mereka
kalau memaksakan diri. Kami bisa sakit juga…” sahut monyet 3 dan 4 serentak
membela diri.
32
“Tapi kalian kan belum mencoba
sama-sekali, lalu kenapa kalian berhenti hanya karena cerita monyet-monyet lain
itu? Kalian jelas harus berusaha dong, mencoba sendiri, memaksa diri untuk
membuktikan berhasil atau nggaknya memanjat tiang ini!” sahut monyet 5.
33
“Nggaklah!”
sahut monyet 3.
“Pengalaman
monyet 1 dan 2 sudah cukup jadi bukti kok bahwa kami juga akan gagal kalau
mencobanya. Ujung-ujungnya cuma jatuh dan sakit!” timpal monyet 4.
34
Monyet 5
tersenyum kecil, “Dasar kalian penakut aja! Dengan sikap kalian yang memutuskan
tidak berusaha begitu, jangan harap kalian bisa mencicipi pisang lezat itu ya!”
35
“Sekarang apa
yang akan kamu lakukan coba?” tanya monyet 3.
“Aku akan
memanjat tiang ini, berjuang mengambil pisang itu!” sahut monyet 5 mantap.
36
“Kamu nggak
takut gagal juga? Jatuh?!” tanya monyet 4.
“Kalau kamu
jatuh, pasti sakit banget lho! Kalau sial, kamu bisa patah tulang atau mati
bahkan!” sambut monyet 3.
37
“Sudahlah,
jangan berbuat bodoh, jangan ngotot begitu!” lanjut monyet 3.
“Cukup monyet
1 dan 2 saja yang jadi bukti gagalnya usaha untuk mengambil pisang-pisang lezat
itu. Jangan korbankan dirimu!” ujar monyet 4.
38
“Dengar ya,”
kata monyet 5. “Aku nggak akan mengikuti kekonyolan kalian yang takut menaiki
tiang itu, takut gagal, takut sakit karena jatuh, yang tidak kalian alami
sendiri. Kalian takut berusaha gara-gara sebuah cerita kegagalan dari monyet
lain. Aku akan menaiki tiang ini!” Ia melangkah ke arah tiang itu.
39
“Kamu ini yang
konyol!” pekik monyet 3.
“Sudahlah,
Teman, jangan memaksa begitu, nanti kamu jatuh dan sakit lho!” sergah monyet 4
dengan keras.
40
Monyet 5 terus
melangkah, memegangi tiang, lalu berkata sebelum memanjat, “Aku memilih untuk berusaha
mengambil pisang-pisang itu dengan kerja kerasku sendiri. Aku nggak akan
menghancurkan keinginanku menikmati pisang-pisang itu hanya gara-gara cerita kegagalan
monyet lain!”
41
Monyet 5 mulai
memanjat tiang, perlahan tapi pasti, penuh ketelitian dan kehati-hatian. Setahap
demi setahap ia mendekati pisang-pisang itu.
Aku diam di
balik kaca menyaksikan usaha monyet 5 meraih pisang-pisang lezat itu. Tak
kusemprotkan air sabun ke tiang itu hingga monyet 5 itu berhasil menjamah
pisang-pisang itu, lalu turun.
42
Monyet 3 dan 4
tertegun menyaksikan keberhasilan monyet 5 itu mengambil pisang-pisang lezat
itu.
“Kamu berhasil,
kamu hebat…” kata monyet 3 dengan suara lirih.
“Ya, kamu
tidak gagal, tidak jatuh, malah dapat pisang lezat itu…” sambung monyet 4.
43
Dengan mulut
penuh pisang, monyet 5 tersenyum kecil dan berkata, “Ini bukan soal hebat atau
tidak, tetapi aku nggak sudi membunuh keinginanku sendiri untuk menikmati
pisang-pisang ini gara-gara takut jatuh, takut gagal naik tiang, sebelum aku berjuang
sendiri….”
44
“Apalagi akibat
cerita dari monyet lain. Nggak patut aku takut
berusaha hanya karena monyet lain gagal. Yang lain boleh saja gagal,
tapi aku akan tetap berusaha dan berusaha sampai mendapatkan pisang-pisang
lezat yang sangat kuinginkan ini…”
45
Dari balik
kaca, aku menggeleng-geleng sendiri. Sungguh tingkah polah kelima monyet itu
mencerminkan keberhasilan atau kegagalan dalam hidupku dan semua orang. Monyet
1 dan 2 mencerminkan karakter orang yang pernah gagal berusaha lalu tidak mau berusaha
lagi gara-gara takut gagal lagi. Pengalaman gagal dan sakit akibat jatuh
membuatnya jera, kapok, akibatnya dia tak bisa meraih apa pun!
46
Monyet 3 dan 4
mencerminkan karakter orang yang tidak mau berusaha gara-gara takut mendengar
cerita tentang kegagalan dan sakitnya jatuh dari orang lain. Ia memilih untuk
tidak pernah berusaha sendiri, akibatnya dia tidak pernah dapat apa pun juga!
47
Monyet 5
mencerminkan karakter orang yang percaya pada dirinya sendiri, usahanya sendiri,
kerja kerasnya sendiri. Ia tidak mau membunuh cita-citanya gara-gara cerita
kegagalan orang lain. Ia terus maju, berusaha, bekerja keras dengan dirinya
sendiri. Hasilnya, dialah yang muncul sebagai peraih keberhasilan itu!
48
Lalu Anda?
Karakter yang manakah gerangan yang Anda miliki? Monyet 1 dan 2 yang menyerah
gara-gara pernah gagal? Monyet 3 dan 4 yang menyerah gara-gara cerita kegagalan
monyet 1 dan 2? Atau monyet 5 yang percaya pada kemampuan dirinya sendiri?
Karakter
itulah yang akan menentukan hasil akhir keberhasilan atau kegagalan Anda dalam
hidup ini!
4 Komentar untuk "BELAJAR DARI LIMA MONYET"
tersentuh bacanya :)
Hebat! bisa bahasa monyet!! yeay~!! LoL
kereeen ceritanya. tinggal kita memilih mau menjadi seperti apa, semua kembali pada kita :)
Keren anlogi motavsi yg bagus..