16 Pebruari 2014.
Pernahkah kau
membayangkan jarak benua Eropa dan Asia hanya
sepelemparan tombak? *Bayangkan novel Wiro Sableng dulu*
Guys, di selat Bosphorus inilah kau bisa
melakukannya. Tentu, kau tak perlu mengambil tombak dan melemparkannya beneran
lho.
Iya, selat ini
jauh lebih dekat alias sempit dari selat Madura. Jika kau berada di dermaga
Ujung (Surabaya), kau lemparkan matamu ke
seberang sana,
kau akan melihat gemeriap Kamal di ujung pulau Madura. Di selat Bosphorus ini,
jaraknya palingan hanya separuhnya. Sangat dekat. Saya malah membayangkan, saya
pasti bisa berenang lho menyeberangi selat ini. Heeee…
Bosphorus
adalah nama sebuah selat yang memisahkan Turki bagian Eropa dengan Turki bagian
Asia. Selat ini juga menghubungkan antara Laut
Marmara dengan Laut Hitam. Selat ini memiliki panjang 30 KM, lebar maksimum
hanya 3.700 meter dan minimum 750 meter. Kedalaman selat ini dari 36 meter
sampai 124 meter. Cetek kan? Tapi saya juga menyaksikan
ada sebuah kapal sangat besar, mungkin tanker kali ya, yang melintasi selat ini
lho. Di tepian selat ini, di kanan dan kiri, begitu padat oleh kehidupan Istanbul.
Selain lewat selat,
cara melintasi antar benua ini bisa dilakukan dengan memakai 2 jembatan yang
membentang bak Jembatan Suramadu. Yakni Jembatan Bosphorus dengan panjang 1.074
(dibuat tahun 1973) dan Jembatan Fatih Sultan Mehmet sepanjang 1.090 meter (dibuat
tahun 1988). Kedua jembatan itu berjarak sekitar 5 KM.
Lalu masih ada
cara lain lho, yakni lewat subway
bernama Marmaray (selesai dibuat tahun 2008), terowongan kereta api bawah laut.
Iya, nembus di kedalaman 55 meter di bawah selat Bosphorus.
Kebayang kan, gimana tuh mereka
bisa bikin subway bawah laut? Di
kita, kapan nih akan bisa beginian, coba? Ya ntar, kalau duit rakyat kagak
dimaling mulu sama perompak berdasi sialan itu! Huh…. *jengkel banget saya sama
para koruptor bedebah itu!
Sejarah
mencatat bahwa selat Bosphorus menjadi salah satu pintu masuk serangan al-Fatih
saat menaklukkan Konstantinopel. Tapi tentara Romawi yang kaya pengalaman
perang pun tidaklah bodoh. Mereka memasang rantai-rantai besar melintangi selat
Bosphorus, sehingga kapal-kapal perang al-Fatih tidak bisa memasukinya.
Al-Fatih tak
kalah geniusnya. Di tengah malam buta, bersama pasukannya, ia memindahkan
kapal-kapal perang Ottoman sebanyak 70 buah melintasi pagar-pagar rantai bawah
laut dengan cara mengangkat kapal-kapal itu ke daratan. Jadi, bayangkan,
al-Fatih dan pasukannya menaikkan kapal-kapal ke daratan, lalu menariknya di
daratan, terus begitu sampai melewati tempat dipasangnya rantai-rantai bawah
laut itu, lalu kapal-kapal itu dimasukkan lagi ke lautan. Luar biasa
perjuangannya!
Dan, dengan
cara demikianlah, al-Fatih berhasil mengalahkan Konstantinopel, menyerang titik
lemah benteng keliling Romawi yang luasnya 21 KM dan terdiri dari dua lapis
(lapis pertama setebal 2 meter dan lapis kedua setebal 4 meter). Romawi tampak
lalai pada kemungkinan serangan dengan cara mengangkat kapal-kapal perang
melalui daratan ini.
Sampai saat
ini pula, di tepi selat Bosphorus, masih ada peninggalan al-Fatih berupa
benteng besar, tinggi, yang membentuk bacaan Muhammad lho. Pas di tepian selat
Bosphorus. Benteng ini dibangun oleh al-Fatih beserta pasukannya selama 130 hari
saja, dijadikan menara pengawas ke Eropa, sehingga jika ada bantuan pasukan
dari Eropa melintasi selat Bosphorus, mudah baginya untuk menembakkan
meriam-meriam dari atas benteng itu.
Di tepian lain
selat Bosphorus ini, terdapat sebuah istana (saya lupa itu istana milik siapa),
yang hari ini difungsikan sebagai hotel termahal di Istanbul. Tarifnya sampai
3.000 US
dolar semalam! *mabok tuh duit segitu jika dipakai beli tahu!
Dan, sebelum
istana itu, terdapat sebuah pulau kecil buatan di tengah selat, yang difungsikan
sebagai restoran. Ternyata, itu milik klub sepakbola terkenal Turki,
Galatasaray. Hemmm, saya melemparkan mata berkeliling saat melewati resto mewah
itu, berharap ketemu Didier Drogba dan Manchini. Sayang nggak ketemu, kabarnya
mereka lagi sibuk tuh menyiapkan diri untuk bertarung di Liga Champion.
Dari kapal
feri yang tak seberapa besar ini, yang lebih menyerupai kapal pesiar, yang kami
tumpangi, juga tampak masjid terbesar di Istanbul,
yakni Masjid Sulaiman. Benar-benar panorama yang menakjubkan bisa menyaksikan
masjid besar berarsitektur ala Romawi begitu dari tengah selat ini.
Saya dapat
info dari seseorang di kapal ini bahwa harga tanah di sepanjang selat Bosphorus
ini bisa mencapai 500 juta rupiah permeternya. Minat? Yuk, korupsi dulu! Beehhh!
Saya juga
menyimpan rasa penasaran melihat sepanjang selat ini, dari berangkat sampai
balik, di tepian Eropa dan Asia, dibangun
talud beton (pembatas laut dan darat). Ya, talud sepanjang selat ini, Sob! Gila
bener deh! Dan, anehnya, jarak antara permukaan laut dengan bibir talud itu
palingan nggak ada setengah meter. Saya mikir, apa lautnya nggak pasang ya? Ah,
pusing saya!
Kian sore,
udara kian dingin aja di dek kapal ini. Saya pesan teh pada orang kapal ini,
harganya 3 Lira, ya kira-kira hampir 15.000 rupiahlah. Asem tenan kok, duit kita benar-benar kagak ada nilainya di negeri
orang!
Di dermaga,
begitu banyak burung-burung camar dan elang laut berkeliaran. Sangat bebas.
Mereka tak takut pada orang: tanda bahwa mereka memang dilindungi. Saya begitu
leluasa memotret mereka dalam beragam style.
Saya juga beruntung lho di tengah selat menyaksikan rombongan lumba-lumba
berlompatan cukup dekat dengan kapal.
Kami lalu
pulang, berbalik arah, melintasi bawah jembatan ini, yang tempo hari pernah
saya lewati. Di bagian kanan jembatan itu, terdapat tulisan Welcome to Europe. Di bagian kirinya,
terdapat tulisan Welcome to Asia.
Main-main
banget Istanbul
ini: dua benua cuma sepelemparan tombak! Huh…
Tag :
Traveling
16 Komentar untuk "SELAT BOSPHORUS: DI KANANMU EROPA, DI KIRIMU ASIA (OTTOMAN PART 4)"
Mupeeeeng bangeetttt deh Pak buat bisa kesana jugaaa -____-
saya akan menyusul aamiin
This is cool Boss.. Did Orhan Pamuk's Museum of Innocence on the list?
Keren... kayak di pilm
Di balik sejarahnya yang garang itu, ternyata Istanbul ini suka bercanda juga ya? Edann... Kenapa nggak "sepelemparan kolor" aja ya? kikikiki, (pinjem istilah di Novel Koin Cinta). Makasih, Bos, oleh-olehnya sangat elegan.
Berangkattt
Berangkat jugaaa
Pamuk lagi bobok pas saya ke rumahnya
Semogaa sukahhh
Pilm kuch kuch hota hai
Guanteng ya Pak Edi, gambar-gambarnya maksudnya, peace. Alhamdulillah. Hebat.
Aku pengeeeeeeeeeeeen pak bos.
berangkaaattttt
iya ganteng *gambarnya
Terima kasih banyak.. tulisan yang sangat menarik.. baca tulisan ini jadi teringat beberapa tahun yang lalu pas bisa ke bosphorus. anginnya, suasananya, bangunannya yang eksotis.. aah.. smoga bisa kesana lagi..
Katanya di Turki ada jembatan gantung terbesar di dunia di pantai Laut Hitam dg penerangan yg sangat besar bertuliskan “bismillahirrahmanirrahim..” bener g tuh?