Sadarkah ente bahwa semua kita sebenarnya
mengkonsepkan sesuatu, apa pun itu, bahkan tentang Tuhan, sepenuhnya hanya
berdasarkan satu hal: KEPENTINGAN. Di luar itu, sebutlah ilmu pengetahuan,
pendidikan, pergaulan, ideologi, dll., hanyalah nomer sekian di belakang
kepentingan itu.
Tentu ini
tidak salah. Alamiah bahkan. Manusiawi.
Soal seseorang
yang sebutlah terdidik berbeda dengan seseorang lainnya yang sebutlah tidak
terdidik, sejatinya itu hanya berpengaruh di ranah permukaan, ya kulitnya,
langkahnya, strateginya. Tetapi intinya tetaplah sama: kepentingan.
Itulah
sebabnya, nggak usah heran, sesungguhnya setiap kita ini dibentuk oleh
kepentingan itu. Kepentinganlah yang membentuk kita semua menjadi siapa.
Cukup kita
simak bersama tentang diri kita sendiri. Misal, jika hari ini kita rapat dengan
seseorang, kita berkepentingan untuk menjaga kerapatan itu, otomatis kita akan
bersikap teduh padanya. Kalaupun ada sesuatu pada dirinya yang nggak cocok
bahkan secara prinsipil dengan kita, niscaya kita akan menyimpannya
rapat-rapat, tidak mengumbarnya, demi menjaga kerapatan tadi.
Jika sebulan
kemudian kita tidak lagi memiliki kepentingan padanya, atau sebutlah
kepentingan kita tidak lagi bisa diagunkan padanya, bukankah kita akan menguak
ganjalan-ganjalan sebulan lalu itu ke permukaan? Dia yang hari ini kita
lisankan begitu manis, sebulan berikutnya telah menjadi lebih pahit dari jamu
sambiloto. Lisan kita kini dan sebulan kemudian tetaplah lisan yang sama,
tetapi rasa kalimatnya telah jauh berbeda, dari manis menjadi pahit. Orang atau
sesuatu yang kita lisankan manis kini dan kemudian kita lisankan pahit sebulan
kemudian, ternyata tetaplah orang yang sama. Perbedaan frontal itu dipicu oleh hanya
satu hal: kepentingan!
Saya punya
cerita lebih telak lagi. Ada
dua orang kawan yang namanya identik. Yang satu bernama Robi dan satunya lagi
Rudi. Oke. Keduanya sama-sama cowok tsakep.
Sama-sama murah senyum. Sama-sama kreatif. Sama-sama menyita perhatian
seseorang yang kudu saya lindungi namanya. Sebutlah Miss Konterek.
Dulu, ya
kira-kira hampir setahunlah, Miss
Konterek ini dekat sama Robi. Cukup sulit bagi mata yang tak jeli untuk
bisa membedakan yang mana Robi dan mana Miss
Konterek jika mereka sedang berboncengan naik motor. Saking rapatnya!
Saking berceluritannya! *bayangin sendiri
deh gimana tuh bentuk penggunaan idiom celurit yang melengkung jika dikalungkan
ke perut*
Tapi, seperti
kata orang tua, tak ada retak yang tak
gading. Belanga sesusu rusak oleh
titik senila. Mereka pisah. Sejak pisah ini, sontak lisan Miss Konterek berubah dari gula jadi
jamu. Tentu, di kejauhan sana,
Robi pun demikian lisannya. Pemicunya adalah satu hal saja: kepentingan. Dulu, saat
kepentingannya sejalan, jadilah lisan pun manis. Kini, saat kepentingannya
berseberangan, jadilah lisan pun pahit.
Lalu kini, ada
kawan lain bernama Rudi. Belakangan, cukup rajin jadi bahasan Miss Konterek. Dan, you know-lah, semuanya begitu gula, bahkan lebih manis dari kadar
gula penderita diabetes. Lol.
Saya mencoba
menganalisa nama mereka yang begitu identik. Robi dan Rudi. Nama keduanya
sama-sama memiliki 2 huruf vokal dan 2 huruf mati. Sama-sama diawali dengan
huruf “R”. Sama-sama diakhiri dengan huruf “i”. Diftongnya pun identik banget.
Pengejaannya pun sama: “Ro” dan “Ru”, “Bi” dan “Di”.
Tapi, saya
tahu, bagi Miss Konterek keduanya berbeda
jauh maknanya.
Jika “Ro”
diterjemahkan sebagai “Roar biasa
kamu kurang ajarnya”, maka yang “Ru” jadi “Rucu
banget sih kamu…”.
Jika “Bi”
diterjemahkan sebagai “Biang kerok
nggak penting”, maka yang “Di” jadi “Diihhhh
imutnya kamu…”
Begitulah, Guys...
Kepentingan menjadi
landasan paling besar dalam sejarah hidup kita semua dalam mengkonsepsikan
sesuatu. Kepentingan benar-benar pembentuk paling dasar akan menjadi siapa
kita, ngomong apa kita, bersikap bagaimana kita.
Itu alamiah,
manusiawi. Tidak ada yang salah dengan Miss
Konterek. Lol.
Jogja, 22 Oktober 2013
Tag :
Yang Serba Nakal
0 Komentar untuk "CERITA MISS KONTEREK: “KEPENTINGANLAH YANG MEMBENTUK SIAPA KITA”"