Saya termasuk
orang yang menganggap seatbelt sama pentingnya dengan bensin. Terutama
untuk orang yang duduk di jok depan. Jadi, siapa pun yang duduk di sebelah
saya, ya wajib baginya untuk pakai seatbelt.
Kian gede, yang
itu aslinya saya khawatirkan akan membuatnya kurang lucu lagi (kau tahulah,
orang besar itu sulit untuk menjadi lucu lagi karena cenderung spanengan),
Dek Gara makin rajin merampas jok depan sebagai tempat duduknya. Mamanya kian
tergusur ke belakang. Messakke.
Tentu saja,
Dek Gara pun terkena aturan ketat saya soal seatbelt. Jadi dia harus
memakainya. Apalagi, mobil-mobil di rumah emang berisik-berisik. Kalau nggak
dipakai seatbelt-nya, langsung bunyi tuit-tuit-tuit.
Tetapi
namanya saya manusia biasa ya kadang suka khilaf. Saya seringnya baru menoleh
kepada Dek Gara bila alarm seatbelt itu sampai berbunyi.
Suatu hari,
alarm seatlbelt tak berbunyi. Jadi saya pikir Dek Gara sudah make seatbelt.
Cuma lama-lama saya curiga, kok badannya bisa begitu maju ke depan sampai
menutupi spion kiri ya.
Begitu menoleh,
kagetnya saya. Rupanya, seatbelt-nya diakalin! Jadi, seatbelt
dipasang sama dia sampai bunyi klik kayak biasanya, tapi tidak melintang ke
tubuhnya, melainkan di belakangnya. Ya jadilah alarm seatbelt-nya nggak
bunyi.
Waini,
gumam saya. “Le, seatbelt-nya mbok dipake yang bener, demi
keamananmu juga.”
“Nggak ada
polisi kok, Yah,” sahutnya datar.
“Yeee, biar
aman lho, bukan karena ada atau nggak adanya polisi.”
“Ya nanti kalau
mau lewat kantor polisi kupakai, Yah.”
Jiaahhh,
bocah….
Dengan gemas,
saya kerjain dia. Saya sengaja lewatin sebuah pos polisi, lalu ngerem di
dekatnya, seolah akan berhenti, lalu saya buka kaca jendela di sisi Dek Gara. “Pak
Polisi, ini tangkap Dek Gara, nggak mau pakai seatbelt,” kata saya
sambil mencorongkan wajah ke dekat Dek Gara seolah sedang bicara sama polisi di
luar.
Bayangkan! Betapa
paniknya ia memasukkan badannya ke balik seatbelt yang sudah kepasang ke
tempatnya itu. Wajahnya memucat. Saya terkekeh tiada henti, terbahak habis-habisan
sambil menutup jendela kaca dan melajukan mobil lagi.
Setelah agak
jauh, mungkin setelah napasnya normal kembali, Dek Gara menatap saya dengan
tajam. Lalu berkata, “Yah, aku mau bicara sama Ayah. “ Sampai di sini, saya
sudah waswas sama ancamannya. “Ayah itu nggak boleh jahatin anak kecillah.”
Huaahhaaaa….kalau
nggak sedang nyetir, pasti saya ndusel-nduseli dia sampai kempes!
Jogja, 11 Mei 2015
Tag :
Kisah Keluargaku,
Yang Serba Nakal
2 Komentar untuk "DEK GARA MAKE SEATBELT"
Hahaha ada ada aja deh si gara.
lucu bangeeet dek gara :D