Personal Blog

DEK GARA MAKE SEATBELT




Saya termasuk orang yang menganggap seatbelt sama pentingnya dengan bensin. Terutama untuk orang yang duduk di jok depan. Jadi, siapa pun yang duduk di sebelah saya, ya wajib baginya untuk pakai seatbelt.
Kian gede, yang itu aslinya saya khawatirkan akan membuatnya kurang lucu lagi (kau tahulah, orang besar itu sulit untuk menjadi lucu lagi karena cenderung spanengan), Dek Gara makin rajin merampas jok depan sebagai tempat duduknya. Mamanya kian tergusur ke belakang. Messakke.
Tentu saja, Dek Gara pun terkena aturan ketat saya soal seatbelt. Jadi dia harus memakainya. Apalagi, mobil-mobil di rumah emang berisik-berisik. Kalau nggak dipakai seatbelt-nya, langsung bunyi tuit-tuit-tuit.
Tetapi namanya saya manusia biasa ya kadang suka khilaf. Saya seringnya baru menoleh kepada Dek Gara bila alarm seatbelt itu sampai berbunyi.
Suatu hari, alarm seatlbelt tak berbunyi. Jadi saya pikir Dek Gara sudah make seatbelt. Cuma lama-lama saya curiga, kok badannya bisa begitu maju ke depan sampai menutupi spion kiri ya.
Begitu menoleh, kagetnya saya. Rupanya, seatbelt-nya diakalin! Jadi, seatbelt dipasang sama dia sampai bunyi klik kayak biasanya, tapi tidak melintang ke tubuhnya, melainkan di belakangnya. Ya jadilah alarm seatbelt-nya nggak bunyi.
Waini, gumam saya. “Le, seatbelt-nya mbok dipake yang bener, demi keamananmu juga.”
“Nggak ada polisi kok, Yah,” sahutnya datar.
“Yeee, biar aman lho, bukan karena ada atau nggak adanya polisi.”
“Ya nanti kalau mau lewat kantor polisi kupakai, Yah.”
Jiaahhh, bocah….
Dengan gemas, saya kerjain dia. Saya sengaja lewatin sebuah pos polisi, lalu ngerem di dekatnya, seolah akan berhenti, lalu saya buka kaca jendela di sisi Dek Gara. “Pak Polisi, ini tangkap Dek Gara, nggak mau pakai seatbelt,” kata saya sambil mencorongkan wajah ke dekat Dek Gara seolah sedang bicara sama polisi di luar.
Bayangkan! Betapa paniknya ia memasukkan badannya ke balik seatbelt yang sudah kepasang ke tempatnya itu. Wajahnya memucat. Saya terkekeh tiada henti, terbahak habis-habisan sambil menutup jendela kaca dan melajukan mobil lagi.
Setelah agak jauh, mungkin setelah napasnya normal kembali, Dek Gara menatap saya dengan tajam. Lalu berkata, “Yah, aku mau bicara sama Ayah. “ Sampai di sini, saya sudah waswas sama ancamannya. “Ayah itu nggak boleh jahatin anak kecillah.”
Huaahhaaaa….kalau nggak sedang nyetir, pasti saya ndusel-nduseli dia sampai kempes!
Jogja, 11 Mei 2015
2 Komentar untuk "DEK GARA MAKE SEATBELT"

Back To Top