Saya menduga
keras kejadian ini semata lantaran Dek Gara yang nyaris selalu bareng saya lelah
melihat aktivitas saya di depan laptop. Tanpa tedeng aling-aling, dia berkata
dari balik punggung saya:
“Mbok
Ayah itu kerja to.”
Saya menoleh
dengan dada berderak saking kagetnya, menarik mata dari layar laptop.
“Lha
ini kan juga sedang kerja.”
“Ini bukan
kerja, Yah.”
“Ayah kan
lagi nulis ini.”
“Iya, tapi
ini bukan kerja.”
Saya terdiam
beberapa jenak, mencoba mendeteksi pikiran macam apa lagi yang kini bersemayam
di kepalanya. Tapi saya gagal menebaknya. Ya, saya harus mengakui betapa saya memang
sering gagal mengantisipasi ucapan-ucapan yang bakal dilontarkannya dengan
tiba-tiba.
“Kalau kerja
itu yang gimana to, Le?” tanya saya kemudian.
“Ke kantor,
angkat karduslah.”
Oh no….
Desisan
keluar dari bibir saya. Kamu ini lho, Nak, masih terkungkung mazhab modernisme
lama. Kamu hanya belum sempat kenalan sama Foucault dan mengerti apa itu “diskontinuitas”.
Makanya konsepmu tentang bekerja ya masih begitu saja.
“Ayah pasti
nggak mau angkat kardus to? Ayah sih nggak mau kerja. Kemarin saja aku ngangkat
kardus waktu ulang tahun Kampus Fiksi itu.”
“Itu Dek Gara
lagi kerja berarti ya?”
“Ya iya.
Kerja ya begitu, Yah.”
Saya ngakak. Kejer.
Dek Gara memang terlalu tangguh untuk membuat saya mingkem, sebab
bahakan-bahakan yang tak terbendung teramat sering kabur tiba-tiba dari mulut saya
tanpa kuasa saya kendalikan lagi akibat celotehnya.
Lalu, malam ini,
sehabis jalan-jalan, saya berkata pada Dek Gara di sofa tengah.
“Le, besok
Ayah mau ke luar kota ya.”
“Ngapain,
Yah?”
“Mau angkat
kardus, katanya suruh kerja.”
“Oh iya ya.”
Dia ngakak sambil
mengerawuk wajah saya. Kami pun berduselan di atas sofa hingga benda-benda di
atas meja berantakan. Sebodohlah air mau tumpah juga nggak apa-apa.
Tampaknya
kini dia tak lelah lagi melihat saya akhirnya menuruti nasihatnya untuk bekerja
sesuai dengan konsepnya yang Cartesian itu.
Jogja,
5 Mei 2015
Tag :
Yang Serba Nakal
10 Komentar untuk "KONSEP KERJA MENURUT DEK GARA"
Hahaha, romantis sekali, Pak Edi sama Dek Gara. Saya jadi tersenyum-senyum sendiri, membayangkan celotehan macam apa yang akan keluar dari mulut lugu anak saya kelak. #apasih
Ahahaha... *Sy juga bingung jawabnya kalau ditanya tetangga, "Loh kok nggak kerja?' Padahal tiap hari mantengin laptop. :)
Polos banget itu pak, dia mungkin melihat aktifitas kerja orang lain, lalu membandingan dengan apa yg dikerjakan bapaknya :-)
Dek Gara lucuuuu. Hidup anak-anak itu kalau diceritakan sungguh menyenangkan. Lanjut terus pak. Saya malah lebih rajin ngikutin cerita tentang Dek Gara, sekaligus belajar dari bapak gimana cara nulis yang enak, ngalir, dan tik-tok. Daripada baca modul kuliah. *Lhaa*
jawabnya gampang ga. sekarang kerja udah bisa di rumah dan ga mesti harus di kantor :)
Lhaaaaaa. ..
terimakasih atas sharingnya :)
Tak jauh beda dr pikiran kebanyakan orang. Kerja ya ngantor, keluar rumah atau mikul pacul.
Iyaaa pd saatnya kan ngalamin
Iyaaa polos bner yaa xx