Personal Blog

Kubayangkan Shalat Seperti ML

Shalat?! Ngapain? Buat apa? Kayak senam aja? Salsa lebih asyik kale? Lebih seksi, ada ketek-ketenya segala, lipet-lipetan pantat juga kelihatan banget jew!
Tapi shalat? Hadeeehhh, jadul banget! Manfaattnya juga apa? Ngomong pahala apaan sih? Pahala dari hongkong….pretttt….
Mau pake acara ngentutin shalat kek atau nganggap shalat itu jadul, you know deh bahwa shalat itu mutlak wajib hukumnya bagi setiap muslim/muslimah. Ini dulu. Kesadaran akan kewajiban shalat terbit sebagai konsekuensi syahadatain kita. Kalau kita paham benar bahwa setiap hal memberikan konsekuensi, maka demikian jugalah ikrar berislam menerbitkan konsekuensi, di antaranya shalat. Lhah kalau sudah berikrar, tetapi tidak mau mengambil konsekuensi shalat itu, berarti ada yang bermasalah nih dengan ikrar atau komitmennya itu kan?
Dan, itulah yang mayoritas terjadi pada kita. Mengaku islam, berikrar dengan syahadatain, tetapi emoh dengan konsekuensi shalat, dengan beragam pemicu, dari yang nggak penting banget kayak malas (bukannya ini sama dengan malas berkomitmen ya?) hingga yang prinsipil banget seperti mempertanyakan apa sih gunanya shalat bagi kehidupan kita.
Di antara mereka, ada yang rajin shalat tetapi hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Nah lho, ini masalah baru lagi nih. Ia sudah menempuh konsekuensi bersyahadat itu, mendirikan shalat, tetapi tegakan shalatnya hanya bersifat menggugurkan kewajiban, bukan menyelami makna di balik kewajiban itu. Kira-kira nih, yang berkarakter begini, sama dengan orang ML alias bercinta tetapi sekadar untuk tujuan orgasme! Nah, kebayang nggak tuh, caranya bercinta akan seperti apa, to the point, sraattt…sreeettt…sroottt…bleng! Ambruk kecapekan kalau sudah orgasme! Yang begini ini nggak akan pernah dapat feel-nya bercinta, ekstasenya! Nggak ada foreplay, frenchkiss, dll, yang serba senasional bagi pelaku ML to the point crat-crot gini kan…
Haaa…haaa…ekstase bercinta itu akan menerbitkan suasana batin yang mendahsyat ke negeri jiwa yang tak terwakilkan oleh kata-kata manusia. Mau bahasa Jawa, Padang, Sunda, Arab, Inggris, dll., lewat deh untuk membahasakan rasa yang dicapai oleh mereka yang bercinta dengan penuh ekstase.
Betul nggak?! Bangetlah…
Begitu juga dengan shalat. Mereka yang shalat sekadar untuk menggugurkan kewajiban, jangan pernah harap akan merasakan feel-nya shalat itu, yang rasa orgasmenya oleh Allah disebut sebagai “mencegah dari kekejian dan kemungkaran”.
Maka tanyalah pada diri kita masing-masing sekarang nih, apakah orang yang bershalat hanya untuk menggugurkan kewajiban, yang tidak dapat feel shalat, tidak bisa orgasme dalam shalatnya, akan menemukan keindahan di dalamnya?
Nggak bakal. So, karena tidak menemukan keindahan di dalamnya, pesonanya, chemistry-nya, feel-nya, maka semua akan kosong makna. Kosong sensasi. Kosong bekasnya. Mudah kan dipahami mengapa mereka yang nggak bisa orgasme dalam shalatnya akan tetap pethakilan, nyelekit, mbenyeyetan, clelekan, kemethak, dan seabrek ekspresi kemungkaran dan kekejian lainnya. Mau yang melulu pake surban sepanjang karpet Istiqlal, peci super tinggi hingga nyentuh langit-langit, tasbihnya terberat se DIY, plus jenggot kian tebal dan panjang, jidat item, dll., yang serba simplistic-lipstik, kalau kelakuannya masih haulal hajingan, yakinlah bahwa shalatnya belum bisa orgasme, ekstase, intim dengan Allah, sehingga rasa “mencegah dari kekejian dan kemungkaran” nggak hadir dalam jiwanya.
Pemirsa, jika Anda mau melakukan survey, se Jogja aja, atau lebih kecil lagi, se RT, tanyakan pada semua wanita di sana, ML macam apakah yang mereka idamkan dari pasangannya? Niscaya jawabannya: ML yang sensasional, yang penuh rasa, kaya selebrasi, bukan yang asal hunjam, asal gali, lalu nyumber, selesai! Feel, itulah poinnya! Dapatnya feel itu niscaya akan selalu menerbitkan kerinduan untuk memasukinya lagi, lagi, dan lagi, tanpa jenuh, tanpa bosan, sedemikian dalamnya di relung hati, tidak lagi sekadar soal adu fisik doang!
Begitulah pelaku shalat yang berhasil mencapai feel, ekstase, niscaya akan selalu merindukan saat-saat shalat, menjaganya sekuat tenaga agar tidak kebablasan, karena pesona esktase selalu didapatnya dalam tegakan shalat-shalat itu. Lihatlah bagaimana kemudian mereka tidak lagi berkutat dengan shalat wajib, tetapi juga segala jenis shalat sunnah, berkat dorongan kerinduan-kerinduan luar biasa yang menjenterai hati itu melalui takbir hingga salam shalat yang penuh orgasme dan ekstase.
Di hadapan pelaku yang begini nih, otomatis mereka yang menegakkan shalat hanya untuk menggugurkan kewajiban, lewat pinggir aja deh. Apalagi mereka yang tidak punya komitmen kuat terhadap konsekuensi syahadatnya, berupa perintah bershalat itu.
Gitu ya, kalau masih grundel pengen nanya macem-macem, analogikan aja deh dengan caramu ML selama ini, gali jawabannya di situ (Uppsss, khusus yang sudah menikah!).^_^

Jogja, 3 November 2010
0 Komentar untuk "Kubayangkan Shalat Seperti ML"

Back To Top