Personal Blog

Pendekar Mata Satu

Gimana rasanya datang ke sebuah taman dengan menutup satu mata?

Nggak enak dong.

Ya, itu hanya secara penglihatan lho. Kalau ditanya, apa saja gerangan yang dilihatnya di taman luas itu? Mungkin ia hanya akan bisa menyebut 20 atau sekian jumlah obyek di sana.

Lalu, cobalah buka matamu semua, dua-duanya, lalu lihatlah ke saantero taman itu? Apa saja gerangan yang kamu temukan? Ah, pasti jumlahnya akan jauh lebih banyak. Sebutlah, dua kali lipatnya.

Lalu cobalah ajak beberapa temanmu ke taman itu, pasang semua matanya, bawa semua, jangan ada yang ditinggal di rumah, lalu perhatikanlah seluruh taman itu. Apa saja gerangan yang ditangkap?

Wah, pasti bejibun kan, mulai dari yang nempel di tanah macam ciplukan dan krokot hingga yang terbang di angkasa macam burung atau balon lepas. Bahkan, hamster yang kabur dari tuannya karena nggak tahan dianiaya pun bisa ditemukan. Semua tertangkap mata!

Itulah bedanya melihat dengan satu mata dibanding dua mata, dan bedanya melihat dengan dua mata dibanding sekian banyak mata. Hasilnya, seabrek penglihatan yang berbeda jumlah dan cakupannya!

Oke, kalau sudah tahu bahwa satu mata itu nggak seluas dua mata, dll., ngapain sih masih membiasakan diri menjadi pendekar mata satu?!

Wwwkkk…terobsesi kali ya pengen jadi pendekar sakti itu ya? Entahlah, tetapi yang pasti, ketahuilah bahwa fungsi mata diberikan oleh Tuhan sebagai alat penglihatan sesungguhnya untuk meluaskan cara pikirmu. Mengapa Tuhan merasa perlu memberikan alat untuk meluaskan cara pikir kita ya?

Oohooo, jelas dong bahwa pikiran cupet, lantaran hanya bisa melihat sesuatu dengan gaya pendekar mata satu alias dari satu sisi, satu arah, satu tekanan, dampaknya sangat buruk bagi seabrek hubungan apa pun. Ujungnya ialah cideranya personalitas kita.

Gimana nggak cidera, Bro/Sist, kalau ada orang bicara A, sontak satu matanya menyebabkannya tidak bisa melek terhadap ragam pandangan lain bahwa A itu bukan hanya bermakna huruf, tapi bisa juga singkatan, inisial, nilai, tata cara, dll. Akibatnya, karena pikiran hanya bisa menerjemahkan A sebagai huruf, maka semua di luarnya ternafikan, musnah.

Iya kan?

Lalu bayangin deh gimana dampak buruknya bila kebiasaan melihat hanya dengan satu mata itu terwujud dalam hubungan dengan orang lain, apa pun itu?

Si A bermaksud bukan seperti yang dimaksud olehnya, tetapi karena kata-kata si A dilihat secara satu mata, dampaknya ya pasti sesuai dengan cara lihat itu doang. Nggak ada opsi lainnya.

Dalam beragama juga gitu kok. Kalau hanya melihat masalah praktik beragama dari satu mata doang, niscaya yang di luarnya akan dinafikan, parahnya disalahkan, dikafirkan. Misal nih, yang nggak pakai sarung dan kopiah pada waktu shalat dilihat sebagai ketidaksempurnaan shalat, tidak khusyuk, karena itu niscaya tidak diterima oleh-Nya, maka siapa pun yang shalat dalam keadaan begitu cenderung disalahkan.

Itulah contoh gangguan cara hidup dengan satu penglihatan. Seabrek deh urutan contohnya kalau mau diuraikan.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan orang yang berusaha selalu hidup dengan banyak mata. Banyak penglihatan, banyak perspektif. Niscaya orang yang bisa begini akan mampu menguraikan dan memikirkan apa pun tidak dari satu sisi tekanan doang, pasti akan beragam, dinamis, hingga hasil action-nya akan sangat jauh lebih positif.

So, open your mind seluas-luasnya, sebanyak-banyaknya, buka telinga, buka mata, buka hati, atas semua pemikiran, kritik, masukan, bacaan, dll., agar kita bisa memiliki lebih banyak mata untuk melihat segala apa pun dengan lebih kaya raya.

Jika personality kita bisa kaya raya penglihatan, segahar apa pun ledakan torsi emosi di hati kita atas sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, apa pun itu, pasti nggak akan menghantar kita gelap mata, buta mata, lalu ngawur, ngacau, dan dampak hebatnya merusak segalanya!

Iya to?

He eh to?

Nggak enak, yakin banget deh, nggak enak rasanya jadi pendekar mata satu, apa-apa dilihat hanya sebelah. Gajah yang gede kelihatan hanya tipis saja, taman lebar kelihatan hanya sempit aja, rumah luas hanya kelihatan cupet aja, dan seterusnya.

Wokkeeeyyyyy…
1 Komentar untuk "Pendekar Mata Satu"

Bagaimana dengan men"satu"kan mata? ada makna lain?

Back To Top