Personal Blog

Cara Praktis Menguji Cinta Sejatimu

Menyatakan cinta, ahhh…itu mudah banget, biasa banget. Semua mulut lelaki sangat ringan mengungkapkannya (juga wanita ding). Nggak perlu jadi buaya dulu untuk dermawan menyatakan cinta, sekadar masih berupa anak kadal pun pasti udah sangat lihai kok.

Kenapa yak kok bisa semudah itu menyatakan cinta?

Sejatinya, itu bukan cinta, okelah tepatnya, belum sempurna bermetamorfosis menjadi cinta. Ia hanya sebuah simpati, ketertarikan atas sebuah chemistry, atau malah bisa jadi hanya birahi. Ia masih berupa kepompong muda yang amat dini untuk menatap dunia luas dalam kacamata cinta.

Namun lantaran dibahasakan sebagai cinta, maka mudah saja kita tergelincir oleh licin dan terjal jalannya, yang tampak kilau mempesona dirias kembang-kembang perhatian, hadiah, SMS, ucapan selamat, hingga kerdipan mata. Apa yang sebenarnya belumlah sempurna sebagai kupu-kupu, masih berupa ulat yang bertapa, keburu kita percayai sebagai cinta yang bersayap indah dan sanggup menerbangkan kita ke surgaloka.

Preeettt…!!

Lihatlah sendiri buktinya, betapa amat sangat banyak orang yang menjadi korban cinta, begitu istilahnya, padahal sungguh itu terjadi lantaran yang diterimanya bukanlah cinta, sangat bukan cinta, tetapi hanyalah kepompong-kepompong yang belum matang bermetamorfosa menjadi kupu-kupu cinta. Dan lantaran kita begitu mudah terbius oleh warna-warni pesonanya, kata-kata puitisnya, hadiah bunga yang merah merekah, hingga tebalnya dompet yang sampe nggak bisa dilipat lagi, atau pun kinclong Alkampret yang menyilaukan mata, sontak begitu mudah kita mempercayainya sebagai kupu-kupu cinta.

Hasilnya?

Nangeeess, meweekkk, banting-banting jilbab dan boxer sampai lecet-lecet semua ala Ve dan Bella yang lebay dan mudah galaww itu.

“Aku dikhianati cinta…” kata Ve sambil nyobeki jilbabnya.

“Manis kata-katanya tak semanis bukti cintanya…” ratap Bella sambil meremas boxernya.

Lalu, siang malam terus-menerus muter lagu Kerispatih, mulai Demi Cinta, Bila Rasaku Ini Rasamu, hingga Tak Lekang oleh Waktu.

Bila rasaku ini rasamu/sanggupkah engkau/menahan sakitnya hati yang terkhianati cinta yang kau jaga…
Preett…plekkk…eplek..eplekkk…

Hah!

Coba renungkan dengan khidmat dan seksama dalam tempo sesingkat-singkatnya (bukan Proklamasi lho ni ya..): “Apakah benar itu cinta? Jangan-jangan hanya cinta-cintaan, hanya kepompong yang di matamu tampak laksana cinta sejati karena terbius rambutnya yang model nampan atau perutnya yang kotak-kotak kayak papan catur itu ya?”

Apa yang kau perhatian sebagai cinta sungguh belum layak diyakini sebagai cinta sepanjang buntelan rasa itu belum berbenturan dengan ragam badai yang khas dirimu.

Badai dirimu?

Ya. Catat baik-baik lalu tempel di jidat nih ya, bahwa selalu saja dalam hubungan pacaran yang kita sebut sebagai soulmate sekalipun, kita hanya disuguhkan hal-hal yang baik, bagus, indah.

Selalu ada kata maaf, siap antar jaga, penuh toleransi, selalu ada untukmu, wangi, Mohawk, seksi, penuh chemistry.

Padahal sejatinya setiap kita menyimpan badai dalam diri kita, yang bahkan itu sangat khas diri kita sendiri, yang badai itu sengaja kita simpan rapat-rapat dari pasangan kita.

Nah, badai-badai inilah yang akan menjadi penguji kesejatian buntelan rasa itu, apakah ia kemudian tumbuh sebagai cinta yang sejati ataukah hanya ternilai sebagai simpati belaka.

Badai-badai itu bisa berupa egoisme, perbedaan paham, mimpi yang berseberangan, kondisi kekurangan, hingga bau keringat, aroma kentut, sungai iler, pesona upil, dan sebagainya.

Segala apa yang tampak baik dan bagus selama ini harus dibenturkan dengan segala apa yang sejatinya merupakan bagian tak terpisahkan dari dirimu, yang itu tampak jelek-jelek, tidak menarik, dan apa adanya.

Lalu perhatikan dengan seksama: “Apakah dia tetap ada untukmu di saat kamu lagi nggak punya duit, lagi ingusan, ngorok dan ngiler, bermandi keringat, hingga berkata dan bersikap keras dalam dorongan egoisme?”

Ketaknyamanan-ketaknyamanan memang niscaya terjadi saat benturan-benturan itu meledak. Bukan sisi ketaknyamanannya yang penting di sini, tetapi sikap yang dipilihnya usai ketaknyamanan itu. Masihkah dia ada untukmu dan menerimamu apa adanya gitu?

Ahhaaa, jangan pernah kau percaya bahwa inilah cinta sejatiku, soulmate-ku, klikku, masa depanku, apalagi pasanganku dunia akhirat, sebelum kau menempa buntelan rasa yang selama ini kau anggap cinta itu dalam badai kekurangan-kekurangan itu.

So, ujilah dia sekarang dengan: (1) Kentutlah di depannya (kalau bisa, minta dia melihat sisa serbuk-serbuk cepirit di celanamu saat kamu mencret). (2) Ngupillah di depannya (kalau perlu bagilah hasil buruan upilmu). (3) Biarkan dirimu berkeringat deras di depannya. (4) Tentanglah keinginannya dengan egomu. (5) Tunjukkan dompet kosongmu (dll).

Ssssttt, intinya, buat dia nggak nyaman dengan tampilan dan sikapmu, buat dia marah, lalu perhatikan bagaimana sikapnya menyikapi tingkah-laku menjijikkanmu itu…

Catatan: “Kalau dia pergi meninggalkanmu, berarrti dia bukan cinta sejatimu. Kalau dia tetap bertahan denganmu, kemungkinannya ada dua: dialah soulmate-mu, cinta sejatimu, atau dia tidak cukup pintar untuk meninggalkanmu…”
Haaa..haaa….tes..tess..

Jogja, 1 November 2011
0 Komentar untuk "Cara Praktis Menguji Cinta Sejatimu"

Back To Top