Personal Blog

Cantik!!!

“Huuuffhg, anak siapa sih ini?! Gile bener! Cantiknyaaaaaa!!!”
Temanku melongokkan wajahnya ke laptopku, “Woowww, gileeee!! Manusia bukan tuh ya?”
“Liat tuh, teliti detailnya, sempurna!!” gumamku, seperti seorang pakar lukisan yang begitu lama mengamati sebuah lukisan, hingga orang-orang di sekitarnya berpikir bahwa ia benar-benar seorang akademisi lukisan, meski sesungguhnya ia tak tahu warna apa saja sebenarnya yang dipakai sang pelukisnya.
“Bro, umpama aja ada lalat nempel di keningnya nih, pasti kepleset saking halusnya, licin banget kayak minyak goreng ketiban oli lalu jatuh ke tanah becek lagi…” ia terkekeh.
“Umpama ada dia tengah minum Espresso bareng kita sekarang ini, pasti aliran kopi hitam ini akan terlihat dengan sangat jelas mulai dari bibir, tenggorokan, dada, hingga perutnya…” sahutku.
”Transparan gitu dong tubuhnya?!” dia terus mengekeh terbahak panjang.
“Putih dan mulus banget! Andai Jaya Suprana lihat foto ini, pasti dia akan mengeluarkan hadiah MURI untuk kategori warna putih yang memecahkan rekor!!”
“Tapi siapa dia?” tanya temanku.
Aku menggeleng.
“Nggak tahu? Nggak kenal?!”
“Nggak kenal aku, tahu-tahu foto ini ada di e-mailku, entah siapa pengirimnya, dan saat kucoba telusuri, nggak ketemu asal-usulnya…”
“Wah, hacker kali yang ngirim…”
“Aku siapa sih? Bukan artis, bukan dalam pengawasan KPK juga, ngapain di-hacker-hackeri gini, pentingnya apa coba?!”
Obrolan pun terkelupas saat sang waitress kafe ini mengingatkan kami bahwa waktu tutup tinggal lima menit lagi. Kutolehkan kepalaku ke parkir, oalah ternyata hanya tinggal mobilku sendiri. Lalu kami segera pulang.
Hingga malam berganti semburat fajar, aku belum juga bisa lelap. Tiba-tiba aku mengidap insomnia gara-gara hadirnya foto si cantik itu. Senyumnya terus hidup di memoriku, wajahnya yang indah terus menjenterahi hatiku, dan tiba-tiba aku merasa jatuh cinta padanya!
Ya, cinta! Aku cinta dia, banget malah!
Tapi, siapa dia ya? Di mana tinggalnya? Anaknya siapa? Sudah berkeluarga belum ya? Punya anak belum ya? Alumni mana ya? Agamanya apa ya? Usianya berapa ya? Rajin shalat nggak ya? Rajin ngaji nggak ya? Pintar menabung nggak ya? Empatik nggak ya? Terbuka nggak ya? Emosional nggak ya? Terdidik nggak ya? Gaya hidupnya boros nggak ya?
Seabrek tanya itu silih-berganti menyesaki kepalaku, hingga menjelang adzan Subuh aku baru terlelap. Dan gadis cantik asing itu hadir dalam mimpiku. Penampilannya sama persis dengan foto yang tersimpan di laptopku itu. Bahkan busana dan dandanannya.
Dia berkata tegas begitu nyalang, “Jangan harap kau akan pernah berhasil memilikiku jika kau belum memenuhi tiga permintaanku!”
“Apa saja itu?” tanyaku spontan saking girangnya.
“Pertama, aku minta rumah mewah lengkap dengan isinya, pembantunya, tamannya, kendaraannya…!”
Aku terdiam sejenak, kemudian menjawab, “Ane fenuhin…”
“Kedua, aku minta villa di tiga tempat istirahat yang mewah, lengkap dengan isinya, pembantunya, tamannya, kendaraannya, di Puncak Bogor, Tretes Malang, dan Bandungan Ambarawa…!”
Aku kembali terdiam, meski sejurus kemudian menyahut, “Ya Allah, ane fenuhin…”
Belum juga syarat ketiga diajukannya, aku tersentak bangun merasakan dingin di pipiku. Ah, sial, ternyata aku ngiler banyak banget gini ya?! Huuhhh, dasar iler durhaka, sama bapaknya sendiri berani mengganggu sampai membuatku terbangun gini!!
Sambil melangkah ke kamar mandi, tentu setelah mengusap iler-iler durhaka yang morat-marit di pipiku, aku teringat mimpi aneh itu.
Apa ya syarat ketiganya? Tapi untung saja syarat ketiganya nggak sampai terucapkan, sebab aku pernah membaca cerita lucu DALK tentang syarat-syarat gituan, di mana dua syarat sebelumnya identik dengan mimpiku itu, dan syarat ketiganya memaksa sang lelaki itu memotong burungnya gara-gara melebihi panjang yang diinginkan oleh sang wanita itu. Uuhhh, kalau ternyata syarat ketiga itu juga identik, mampuslah aku! Sebab setahuku belum ada sih dokter spesialis yang bisa melakukan operasi untuk memanjangkan burung, karena pasti aku harus menambahinnya, tidak seperti Tuan Fenuhin itu… **Wwwkkkk…DALK mode on**.
Sore harinya, saat ketemu lagi dengan kawanku itu, kuceritakan tentang mimpiku didatangi wanita cantik misterius itu.
“Cuma mimpi aja loe pikirin…”
“Anehnya, kenapa dia bisa datang dalam mimpiku coba?”
“Wah, lemot nih anak…” cetus temanku. “Gini ya, psikologi kita nih memiliki apa yang lazim disebut sebagai alam bawah sadar. Alam bawah sadar ini memiliki kekuatan yang tidak kita sadari untuk merekam semua yang kita pikirkan, lakukan, dan rencanakan. Rekaman alam bawah sadar itu seringkali muncul kembali dalam jiwa kita berupa mimpi. Kita menyebutnya sebagai mimpi lantaran mimpi dianggap bukan sebagai kerja alam sadar, tapi alam bawah sadar, sebuah wilayah kejiwaan yang kita anggap nggak bisa dijelaskan secara sadar. Paham nggak?”
“Nggak…” sahutku pendek.
“Duh Gusti, ganti tuh prosesormu!” temanku menggaruk-garuk kepalanya. “Gini aja deh, Lemot, kau tahu ini apa nggak?”
“Kopi, warnanya hitam…”
“Nah, itu rekaman indera fisikmu, diolah oleh otakmu, lalu muncul dalam pengetahuanmu, disebutlah itu kopi. Benar! Itulah kerja alam sadar! Kamu bisa merasakan dan menjelaskannya dengan baik karena kamu menyadarinya. Lalu bisakah kamu menjelaskan bila tiba-tiba nanti malam kamu bermimpi tentang kopi ini?”
Aku menggeleng. Untuk urusan nyonthong gini, emang dia jagonya, jadi lebih baik aku memilih mendengarkannya saja.
“Itulah kerja alam bawah sadar, merekam apa yang kamu pikirkan, lalu bisa saja muncul dalam tidurmu, menjadi sebuah mimpi. Kamu nggak bisa menjelaskan bagaimana cara kerjanya, itu pertanda yang bekerja adalah alam bawah sadar. Sama saja yang terjadi denganmu semalam itu, mimpi ketemu wanita cantik yang entah siapa itu…” Puas banget deh kelihatannya dia bergaya psikolog yang merasa lebih cerdas daripada Sigmund Freud saat bertutur tentang psikoanalisis gitu. Uuhhh, Freud aja nggak seheboh kamu bodoh-bodohin orang, tau! sungutku, meski hanya dalam hati saja sih. Maklum, aku memang bodoh…lhoooooo….
“Udah deh, nggak usah kamu tafsirkan macem-macem, tetap aja kamu nggak kenal dia, pribadinya gimana, anaknya siapa, dan segala macemnya kan?!”
“Sebentar, berdasarkan mimpiku semalam, apa menurutmu dia cewek matre, Bro?”
“Gimana mau tahu dia matre atau nggak sementara kenal juga kagak?! Emang kamu mau memvonis orang berdasar kerja alam bawah sadar gitu?”
“Tapi kan mimpinya gitu, Bro?”
“Pikir gini aja deh, umpama kamu mimpi didatangi ular Kobra, ularnya nurut banget sama kamu, apa lantas ketika kamu bangun dan pergi ke kebun binatang, setelah tujuan intimu ke sana selesai, yakni ngecek kemiripan wajahmu sama monyet, lalu kamu akan menyodorkan tanganmu ke mulut Kobra dengan keyakinan bahwa mimpimu semalam menunjukkan Kobra itu nurut dan nggak menggigitmu? Gitu po?!”
Sialan! Nge-monyet-monyetin lagi! “Loe tuh cek sendiri ke biangnya monyet!” sergahku. Dia terkekeh, bangga banget! Puas menari di atas luka laraku, gundah gulanaku, haru-membiru yang menguliti sekujur hidupku, halaaahhh…wwwkkk..
Tapi emang bener sih, ngapain juga aku mikirin mimpi, apalagi sampai mempercayainya, toh mimpi tetaplah persembahan alam bawah sadar, yang nggak bisa dijelaskan secara sadar, dan karena itu hasilnya sangat nggak bisa dipertanggungjawabkan!
“Tapi aku cinta beneran, Bro….” kataku kemudian.
“Cinta apa ngebet aja ma kecantikannya?”
“Cinta!”
“Palsuuuuu!!!”
“Kok bisa bilang gitu?!”
“Bro, cinta itu nggak bisa datang sekejap mata gitu. Cinta itu bukan hanya soal cantik, lalat kepleset jika hinggap di keningnya, atau aliran kopi kelihatan kalau diminumnya. Cinta itu meliputi semuanya, plus-minusnya, kecantikan dan sekaligus ngilernya! Pesonanya dan sekaligus emosinya! Komplit, sepaket itu, luar-dalam. So, jangan kau bilang cinta dulu deh bila kenal aja belum, tahu kepribadiannya aja belum, keturunan siapa aja belum. Ah, palsu banget sih loe!”
“Lalu apa dong namanya ini kalau bukan cinta?”
“Nafsu kali! Nafsu ma kebeningannya!”
“Apa nafsu ma kecantikannya gitu salah?”
“Nggak usah ruwet kayak entut manja gitu, mulek-mulek menebar baunya enggan pergi. Kalau kamu memang tertarik padanya, cari tahu siapa dia, di mana tinggalnya, bagaimana kepribadiannya. Jika kamu terus tertarik setelah tahu semua itu, berarti itu cinta sejatimu, kamu memang mencintainya!”
“Sulit amat ya untuk dapat cinta sejati,” desahku.
“Ya iyalah, kalau mau yang nggak sulit alias kilat, pake tagline ini aja: cinta sopir numpang mampir!” ia mengekeh.
Aku nyengir getir.
“Cinta sejati itu sulit, Bro, butuh perjuangan, kerja keras, pengorbanan, dan pengertian. Nggak heran deh kalau Kahlil Gibran tuh sampai ngomong gini: Jika engkau ingin melihat indahnya fajar, maka engkau harus melihat kelamnya malam…”
Aku terdiam mendengarkan ungkapan kecil itu. Dalam banget! Luar biasa! Penuh falsafah tiada tara! Meski aku nggak ngerti maksudnya, karenanya kemudian aku bertanya, “Maksudnya apa tuh?”
“Iiihhhh, Oneeeenngg…!!!!” pekiknya sambil menyurukkan kepalaku dengan tengannya.
“Bukan, namaku Bajuri alias Mat Tapit!!!” balasku memekik di telinganya.

Jogja, 9 Mei 2010
1 Komentar untuk "Cantik!!!"

Back To Top