Personal Blog

Kisah Pencari Bunga (Tips Memetik Bunga di Kebun Bunga)

Kamu pasti pernah masuk ke dalam sebuah kebun atau toko bunga kan?

Apa yang kamu temukan di dalamnya?

Keragaman bentuk, ukuran, model, warna, dan aroma bunga. Bahkan satu jenis bunga pun, bisa memiliki puluhan ragam yang berbeda-beda tampilannya. Bagaimana pun tampilannya, kita semua sepakat menyebutnya sebagai “bunga”.

Umpama suatu hari kamu datang ke kebun atau toko bunga, dengan tujuan untuk mencari sebuah bunga yang terbaik menurutmu, perhatikan apa yang akan kamu alami dalam proses pencarian bunga idaman itu.

Bisa saja, saat baru memasuki kebun bunga itu, kamu terpesona oleh tampilan sebuah bunga di tempat yang mudah terlihat semua mata. Indah bentuknya, warnanya mempesona, dan aromanya wangi sekali. Kamu pun mendekatinya, melihat-lihatnya, kalau perlu menyentuhnya, menciumnya.

“Ini bagus sekali, cantik dan indah…” begitu bisikan hatimu.

Lalu kamu berhasrat untuk memetiknya, ehhh…kok kelebatan pojok matamu menangkap warna lain yang begitu terang di kejauhan sana.

Kamu pun berpikir untuk mendekati warna lain yang menyita perhatianmu itu, dan berencana akan kembali lagi nanti ke bunga pertama itu bila ternyata bunga kedua itu kalah indah.

Kamu segera mendekati bunga kedua itu, mencermatinya, meneliti setiap detilnya, mencoba membaui aromanya. Iya ya, ini kelopaknya lebih banyak dibanding bunga pertama tadi, bentuknya juga lebih menjulang langsing, meski aromanya tidak sewangi bunga pertama tadi.

Bimbang, itulah isi kepalamu kini.

Yang tadi atau yang ini ya? Atau ambil keduanya aja ya? Tapi…

Segera kamu pun berpikir yang sama dengan pikiran awal tadi: ntar ajalah, lihat-lihat dulu, barangkali ada bunga yang lebih indah dan wangi, kombinasi bunga pertama dan kedua itu sekaligus.

Lantas, sambil melangkah kian jauh ke dalam kebun, matamu terus dilempar kesana-kemari, menangkap ragam jubelan tampilan bunga, dari yang kecil sampai besar, dekat sampai jauh, dan seterusnya. Sesekali kamu berhenti pada sebuah bunga yang berhasil menarik tubuhmu mendekatinya. Kamu pun mencermatinya, detail demi detail, menciuminya, lalu pergi lagi dengan tetap membawa pikiran, “Ingin menemukan bunga lain yang lebih perfect, yang barangkali ada di kedalaman kebun bunga ini, yang akan membuatmu merasa benar-benar terpesona bertekuk-lipat di hadapannya…”

Huahhh…!!!

Ternyata kamu tak kunjung mampu menemukan bunga impianmu itu, apalagi memilikinya, meski kamu telah mencermati dan menciumi begitu banyak bunga di kebun bunga ini.

Mengapa ya begitu sulit menemukan bunga impian itu, padahal kamu sedang berada di sebuah kebun bunga?

Ahaayyy, jawabannya sungguh sederhana, Cing!

Semua kesulitanmu menemukan bunga impian itu semata lantaran kamu selalu membandingkan bunga satu dengan bunga-bunga lainnya!

Itu derita loe!

Percaya deh, sepanjang isi kepalamu masih dijejali oleh “banding-membandingkan” maka kamu takkan pernah menemukan kata cukup, puas, dan sip!

Selalu begitu.

Bagaimana mungkin kamu akan berhenti pada sebuah bunga, yang pada mulanya begitu menarik perhatianmu, yang awalnya kamu pikir sebagai bunga terbaik buatmu, jika sejurus kemudian kamu melirik kesana-kemari dengan motivasi membandingkan bunga yang ada di depanmu, dekat dengan genggamanmu, dengan bunga-bunga lain di kejauhan sana, yang mampu menarik perhatianmu dan menarikmu ke arahnya meski kamu sungguh belum benar-benar tahu mutu hakiki bunga-bunga itu.

Kamu begitu mudah untuk rela meninggalkan bunga di depanmu, yang telah benar-benar kamu ketahui secara detail segala bentuk dan wanginya, menuju bunga-bunga lain yang sama sekali asing buatmu, demi memuaskan idealismemu mendapatkan bunga impianmu!

Niscaya kamu akan selalu menemukan kekurangan demi kekurangan di antara dorongan kuat pikiranmu untuk membanding-bandingkan dengan bunga-bunga lain.

Dan, terlecutnya kekurangan-kekurangan pada setiap bunga yang kamu bandingkan akan terus menjadikanmu tidak pernah mampu menemukan bunga impian yang menjadi tujuan utamau datang dan memasuki kebun bunga itu.

Padahal, jika dirunut ulang, tujuan sejatimu sungguh sederhana: mencari bunga! Titik.

Umpama kamu berhenti pada bunga pertama yang berhasil menyedot perhatianmu, rasa sukamu, rasa nyamanmu, lalu kamu memetiknya, dan membawanya pulang, maka selesailah urusanmu to. Tapi lantaran kamu terus membandingkan, sehingga memunculkan deretan kriteria di kepalamu, yang pada mulanya kriteria-kriteria itu tidak pernah ada di benakmu, kamu tak pernah mampu menemukan bunga impian itu. Semakin banyak kamu melakukan perbandingan, jelas akan semakin panjang deretan kriteriamu! Dan semakin banyak beban kriteriamu, niscaya kamu akan kian kesulitan mendapatkannya!

Di ujung pencarian bunga impian yang tak kunjung tuntas itu, yang membuatmu merasa lelah benar, kemudian kamu berpikir untuk kembali ke bunga pertama, memetiknya, lalu membawanya pulang.

Gontai dalam lelah kamu kembali ke pintu masuk kebun bunga itu. Tapi, OMG…! Ternyata bunga pertama itu telah tanggal dari tangkainya. Sudah diambil orang!

Sesal pun menderamu!

Ahaayyy, Bro/Sist, nggak perlu kan kamu menjebak hidupmu sendiri dalam kawah penyesalan gara-gara kamu gagal meletakkan tujuan utamamu memasuki kebun bunga sebagai peganganmu, dengan membiarkan dirimu terseret kilau keriuhan warna-warni bunga di keluasan kebun bunga itu, yang kamu andaikan akan memberimu bunga terindah dan terwangi?!

Sungguh lesat tajam menancap ke jantung setiap kita kalimat emas Kahlil Gibran ini: “Semakin kau cari kesempurnaan, maka semakin kau takkan mendapatkannya, karena sesungguhnya kesempurnaan hakiki tidak pernah ada. Kesempurnaan hakiki itu hanya bisa ditemukan dalam keikhlasan hati menerima kekurangan…”

Emang yummy ya memiliki bunga terindah tapi hanya dalam mimpi?

Emang enak jadi jomblo teruusss ya?

Jogja, 27 Oktober 2011
2 Komentar untuk "Kisah Pencari Bunga (Tips Memetik Bunga di Kebun Bunga)"

Bunga melati yang indah, mungil, dan wangi hehehehe

kalo aku ga pernah mbandingin, tapi dibandingkan, dan ditinggal,,, nah gimana tuh kang? mohon bimbingan suhu edi....

Back To Top